Side Story (Ledib)

307 27 0
                                    

BAB 1

Cowok dengan seragam sekolah yang terlihat begitu lusuh itu terus berlari menghindari kejaran segerombol remaja seusianya. Napasnya terengah - engah. Peluhnya menetes tanpa henti. Bahkan kemeja seragam putihnya itu sudah bercampur dengan tanah karena sempat jatuh berguling beberapa kali. Celana birunya juga robek di bagian lutut, sehingga membuat penampilannya kian terlihat kacau.

"WOI! BERHENTI NGGAK LO!"

Sekujur tubuh Wijaya Wahyuda bergetar hebat saat menyadari jika para pengejarnya sudah berada di dekatnya. Dalam hati, cowok 14 tahun itu tidak berhenti memanjatkan doa. Kedua kakinya berlari tanpa arah hingga membawanya ke sebuah gang kecil di belakang sekolah yang terlihat sangat sepi. Ledib menyesal karena telah berlari ke arah sini.

"Mau lari ke mana lo?"

Ledib menepuk jidat saat melihat jalan buntu di depannya. Dengan jantung yang berdegup kencang karena ketakutan, dia memberanikan diri untuk membalikkan tubuh. Kedua matanya menyorot takut ke arah empat teman cowok seangkatannya yang memandangnya remeh. Saat mereka bergerak maju, Ledib langsung mundur hingga punggungnya membentur dinding yang menjulang tinggi. Kini, dia tidak punya kesempatan lagi untuk melarikan diri. Mereka berempat sudah mengepungnya tanpa memberikan celah sedikit pun.

Seorang cowok dengan rambut hitam berantakan melangkah maju. Seringai tipis terukir di bibirnya. Dia terlihat sangat menikmati ekspresi ketakutan di wajah Ledib. Tidak ada rasa iba sedikit pun di hatinya ketika melihat cowok di depannya itu menderita akibat ulahnya dan juga teman-temannya.

"Mulai," perintah cowok itu. Tiga cowok lainnya langsung menjalankan aksi atas perintah sang ketua dan melempari Ledib dengan telur busuk yang sudah disiapkan. Tidak sampai di situ, mereka juga melempari cowok itu dengan tepung terigu.

Karena tidak dapat menghindar, Ledib hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua tangan agar lemparan telur busuk dan tepung terigu itu tidak mengenai matanya.

"Nenek..." lirih Ledib tidak berdaya. Dia kini terduduk di tanah dengan memeluk kedua lututnya. Ledib tidak melawan karena tahu jika itu tidak ada gunanya. Lelehan air mata mulai menetes dari sudut matanya. Hatinya terasa remuk mendengar tawa puas dari teman-temannya. Ledib tidak tahu kesalahan apa yang dia perbuat hingga membuat mereka selalu membenci dan mengucilkannya. Lebih tepatnya, temannya yang laki-laki. Selama ini, Ledib selalu menerima perisakan dari teman-teman laki-lakinya, bahkan yang berbeda kelas dengannya "Hari ini ulang tahun, kan? Berhubung kami kasihan, jadi, kami bantu
rayain biar lo seneng." Ucapan itu terlontar dari mulut Yohanes Nevin Kusuma -murid paling pintar di SMP Samarinda, tempat mereka bersekolah. Namun, guru-guru tidak tahu tentang Nevin yang menjadi ketua perisakan terhadap Ledib. Dia selalu mengajak teman temannya untuk membenci cowok itu. Bahkan, Nevin juga memprovokasi para cewek meski belum berhasil sampai sekarang. Karena itulah dia semakin membenci Ledib.

"Murid bodoh tapi jadi kesayangan guru-guru." ujar Nevin diakhiri dengan decak meremehkan. "Gue yang berhasil dapetin banyak piala buat sekolah, nggak pernah dilirik sekali pun sama mereka."

"Namanya juga caper, Vin. Selain caper ke guru-guru, dia juga caper ke cewek-cewek. Si paling baik hati, si paling menghargai perasaan perempuan. si paling kurang perhatian," balas Kevin Livestrong Kurniawan-siswa paling nakal seantero sekolah. Hanya karena orangtuanya berpengaruh di sekolah, tidak ada guru yang berani memarahinya.

Nevin dan Alvin tertawa puas mendengar ejekan yang dilontarkan Kevin kepada Ledib. Mereka semua sudah berhenti melempari Ledib dengan telur dan tepung. Bau busuk yang menyengat itu membuat mereka berempat menutup hidung dengan tangan.

Ledib terlihat sangat menyedihkan sekarang. Hari ulang tahun yang seharusnya dirayakan dengan penuh kehangatan, justru penuh isak tangisan. Selama ini, Ledib hampir tidak pernah membalas perbuatan mereka. Sebisa mungkin dia akan menghindar saja dan tidak ingin menyakiti balik mereka.

"Ngerayain ulang tahun lo sekaligus hari ujian terakhir kita. Gue agak sedih karena habis ini kami nggak bisa bully lo lagi," tutur Nevin dengan eskpresi yang dibuat se-menyedihkan mungkin. Hari ini adalah hari terakhir mereka melaksanakan ujian sekolah sebagai syarat menuju jenjang yang lebih tinggi, yaitu SMA

"Jadi, kami mau puas-puasin kali ini," lanjut Nevin diakhiri dengan seringainya. Cowok itu melangkah maju, semakin mendekat ke arah Ledib yang menunduk. Tanpa rasa kasihan sedikit pun, Nevin menginjak jemari Ledib dengan kakinya yang terbalut sepatu.

Sakit!

Ledin mengaduh kesakitan dengan kedua mata yang mulai memanas. Tulang jemarinya seperti diretakkan begitu saja. Nevin bukan hanya menginjak biasa, tapi cowok itu memberikan tekanan sekuat mungkin seraya menggeseknya.

"Gantian!"

Setelah puas dengan apa yang dilakukannya, Nevin memberi perintah pada teman temannya. Secara bergilir, Kevin, dan Alvin melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh  sambil menertawakan kemalangan nasib Ledib. Tidak ada rasa iba sedikit pun di benak mereka ketika melihat Ledib yang tak berdaya dengan tubuh yang begitu ringkih.

Dalam diamnya, Ledib menahan mati-matian rasa sakit di jemari tangan kirinya. Sementara tangan kanannya yang terbebas itu digunakan untuk meremat sisi celananya sebagai penahan rasa sakit. Tiga tahun lamanya dia hanya diam saja, menahan semua rasa sakit tanpa bercerita pada siapa pun. Namun, sikapnya yang seperti itu justru menumbuhkan rasa benci dalam hati teman temannya sehingga membuat dirinya harus menerima perisakan yang amat menyakitkan, seperti saat ini.

Nevin mengulas senyuman penuh arti ke arah Ledib yang kini menangis dalam diam. "Gue harap, kita ketemu lagi di masa depan nanti," ucap cowok itu, lalu mengajak teman-temannya untuk pergi dari sana.

***
Buru-buru,
Author mau nonton live bg firman:p

Jangan lupa subscribe @FirmanGG

Ayon & Ledib [YTMCI] [BxB] [Ledib X Ayon] [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora