8. Meluruskan

51 15 5
                                    

Happy reading semua....
Mohon maaf membuat menunggu lama, sampai sebulan lebih bahkan wkwkwkw...

Terimakasih juga untuk pembaca setiaakuuu...
Love youu pulll

"Coba kalo mobil kita ngga dijual ya Pah?"
Itu adalah kalimat yang kerap muncul ketika kami kehujanan. Tidak dapat dipungkiri, memori  bersama mobil sedan berwarna cream memang sangat membekas di benak Fia. Ia sampai memiliki sebuah cita-cita untuk memiliki mobil Lamborghini, sebuah mobil termewah, termahal yang dia ketahui diusianya yang menginjak umur 7 tahun.

"Makanya Fia jadi anak yang pinter ya? Kalo pinter kan banyak untungnya. Bisa cepat dapat pekerjaan, dapat gaji, habis itu ditabung, bisa beli mobil atau membangun rumah."

"Kan udah ada rumah Pah." Katanya polos, mungkin yang ia maksud adalah rumahku yang masih mangkrak hingga detik ini.

"Nanti kalau Fia menikah, punya anak kan harus punya rumah sendiri. Itu tanah yang dulu punya Mama Anggi, bisa Fia bangun rumah. Jadi rumah Fia ngga jauh dari rumah Papa."

Mengajak anak membahas rencana masa depan memang susah-susah gampang. Impiannya begitu besar, dan beberapa kesalahan yang dilakukan oleh orang tua adalah menganggap mimpi anak terlalu berlebihan atau tidak masuk akal. Padahal siapa yang tahu masa depan? Leonardo del Vecchio, anak Italia yang lahir dari keluarga miskin, dimana saat tujuh tahun ia dikirim ke panti asuhan lantaran masalah ekonomi. Hingga akhirnya, dikenal sebagai pendiri raksasa kacamata Essilor Luxottica, yang memiliki merek seperti; Ray-Ban, Oakley, dan Sunglass Hut.

Tak ingin larut dengan keinginan dan impian-impian Fia, sore harinya aku putuskan untuk mencuci motor trail dan sepatu. Jika tidak segera, tanah yang menempel di body motor akan mengeras dan sulit untuk dibersihkan. Sambil mendengarkan musik melayu tahun 2000an, aku mulai menyemprotkan air dengan kekuatan sedang, mencoba meluruhkan kekerasan tanah dengan kelembutan yang konsisten.

Sepertinya itu ide bagus, meluluhkan dengan kelembutan yang konsisten. Rata-rata wanita menyukai jika dirinya diberikan perlakuan istimewa. Lemah lembut, penuh perhatian dan mencoba mengerti keadaan. Aku terbiasa melakukannya, pada Anggi juga pada Fia. Terbukti ketika mereka marah, aku akan  langsung memanjakannya dan tak butuh waktu lama, mereka akan kembali normal. Namun sedikit berbeda dengan Sofi, dia tidak mudah marah, namun sekali emosinya tersulut butuh waktu cukup lama baginya kembali ke mode awal.

Salahku juga, mungkin terlalu intens hingga ia mengira aku sudah siap ke tahap hubungan selanjutnya. Salahku juga yang sering menebar kode-kode rahasia, tentang kesepianku, kesulitan dalam mengurus anak, kesehatanku dan masih banyak lainnya.

Hai? Lagi ngapain Mba?
Ngga kangen sapa aku?

Hmm ini siapa ya?

Waduh. Udah langsung dihapus aja nomornya.

Maaf lagi sibuk.

Maaf juga udah ganggu De.

De?? Aku ngga sudah dipanggil De!

Maunya apa?

Ngga usah mancing-mancing! Kalau akhirnya setelah dapat terus kamu balikin lagi ke kolam.

Beeeeh. Bahasanya... Iya maaf

Sebelum berangkat dinas malam ke Cirebon, sengaja aku mengirimkan chat iseng ke Sofia, lantaran gatal ingin tahu kabarnya. Tidak disangka, responnya begitu tajam. Ia seperti membentengi diri dengan tembok yang tinggi. Tak lagi mau menanggapi candaanku dengan sama nakalnya. Karena Sofi yang selama ini aku kenal adalah sosok yang pintar juga liar pemikirannya.

Create HappinessWhere stories live. Discover now