-22-

805 156 98
                                    

Limario baru saja selesai menguruskan pasiennya dan sekarang saatnya untuk beristirahat diruangannya itu namun secara tiba tiba saja Jihan memasuki ruangannya dengan rusuhnya diikuti oleh Jennie dibelakangnya.

"Oppa!"

"Jihan!? Kenapa kamu bisa ada disini?"

"Aku punya kabar untuk Oppa" ujar Jihan.

"Kabar apa?" Bingung Limario.

"Apa Oppa yakin istri Oppa itu tulus mencintai Oppa?"

"Maksud kamu apa Jihan? Kalau kamu ingin mengatakan sesuatu yang buruk soal Kakak ipar kamu, mendingan kamu pulang saja" usir Limario.

Jihan mendengus "Asal Oppa tahu, tadi istri Oppa itu bawa pulang cowok ke mansion"

"Cukup Jihan!" Kesal Limario.

"Oppa tidak percaya sama aku hah?! Aku lihat sendiri Oppa! Mereka bahkan berciuman!" Dengan kasarnya Jihan meletakkan ponselnya diatas meja didepan Limario "Itu, Oppa lihat saja sendiri"

Limario menghembuskan nafasnya dengan kasar dan mengambil ponsel Jihan. Jennie ikut mendekati Limario untuk melihat photo itu.

Deg

Nafas Limario seakan tercekat. Walaupun sosok itu membelakanginya, dia yakin itu adalah sosok istrinya sendiri. Apa apaan itu? "I-ini editan bukan?" Tanya Limario terbata bata.

"Heol! Apa Oppa fikir aku ada waktu untuk mengedit photo itu?" Sambar Jihan "Mereka bahkan hampir memasuki kamar kalau saja aku tidak mengusir cowok itu" lanjutnya memanaskan suasana.

"T-tidak mungkin" lirih Limario.

"Sudah aku bilang, dia hanya mempermainkan hati Oppa. Dia itu tidak tulus mencintai Oppa!" Lanjut Jihan lagi.

"Lim, mungkin kata kata Jihan ada benarnya. Kamu tidak percaya sama adek kamu sendiri hurm?" Timpal Jennie mengelus pundak Limario.

"K-kenapa Chaeyoung mengkhianati aku? Aku bahkan sudah berusaha membuka hati aku untuk dia. Kenapa disaat aku sudah mencintai dia, dia malah mengkhianati aku?" Lirih Limario.

"Itu karena kamu mencintai orang yang salah. Tenang lah Lim, ada aku disamping kamu bukan? Aku akan setia mencintai kamu"

Limario menatap Jennie dengan tatapan berkaca kacanya "Kamu janji tidak akan meninggalkan aku?"

"Aku janji!" Sahut Jennie dengan yakin.

"Gomawo Jennie-ah" Limario membawa Jennie kedalam pelukannya.

Jihan sontak tersenyum. Akhirnya rencananya berhasil.

*

Malam harinya, Chaeyoung sudah selesai memasak makan malam dan sekarang dia hanya perlu menunggu kepulangan sang suami.

Tepat jam 7. 7 menit malam, Limario akhirnya tiba dimansion dan Chaeyoung dengan segera menyambut kepulangannya.

"Lim, ayo makan. Aku sudah menyiapkan makan malam" ujar Chaeyoung.

"Saya sudah kenyang" dingin Limario.

"Kenyang? Bukannya tadi pagi kamu bilang kalau kamu bakalan makan malam dirumah?" Bingung Chaeyoung.

"Saya sudah makan sama Jennie"

Chaeyoung mendengus "Kenapa selalu Jennie yang kamu pedulikan!? Aku ini istri kamu Lim! Seharusnya kamu memproritaskan aku!"

Limario menatap Chaeyoung dengan tajam "Untuk apa saya memproritaskan pengkhianat?" Sinisnya.

"Maksud kamu apa Lim? Siapa pengkhianat?"

"Kamu! Kamu pengkhianat Chaeyoung!" Teriak Limario "Kamu mengkhianati saya! Setelah saya berusaha mencintai kamu, kamu malah mengkhianati saya! Saya menyesal karena sudah mengenal kamu!"

"Lim, aku tidak tahu apa masalah kamu tapi tolong jelaskan dengan benar! Jangan bikin aku bingung Lim!"

"Siapa yang kamu bawa kemansion tadi!?" Tanya Limario serius.

Dahi Chaeyoung mengernyit "Aku tidak bawa siapa siapa"

"Jangan bohong Chaeyoung!" Bentak Limario.

"Apa sosok yang kamu maksudkan itu adalah Mark? Dia memang datang kesini tapi bukan aku yang membawa dia masuk. Dia saja yang tiba tiba masuk"

"Ck, kamu bukan hanya pengkhianat tapi ternyata kamu pembohong yang handal juga ya. Saya menyesal karena telat mengenali kamu! Andai saja kamu tidak muncul dihidup saya, hidup saya pasti akan lebih bahagia!"

Chaeyoung menelan ludahnya dengan kasar "J-jadi kamu menyesal karena kenal aku? Selama ini kamu tidak pernah menganggap aku sebagai istri kamu?"

"Iya, saya menyesal! Saya menyesal atas apa yang sudah terjadi diantara kita!"

"Apa yang bisa membuatkan kamu bahagia?" Tanya Chaeyoung menahan isakannya.

"Kepergian kamu"

Chaeyoung tersenyum miris. Sepertinya ini sudah saatnya dia menyerah bukan? Percuma dia terus bertahan sama sosok yang tidak pernah mempercayai dirinya. Jadi untuk apa lagi dia terus ada disana?

"Baiklah-" Chaeyoung menjeda kata katanya. Dia menatap Limario dengan tersenyum tulus.

"Lim, aku pamit ya" tanpa mendengar sahutan dari Limario, Chaeyoung bergegas kekamar dan membereskan pakaiannya.

Tidak butuh waktu yang lama, dia kembali dengan menyeret kopernya "Terima kasih untuk semua waktu yang kita lewati bersama selama ini. Aku hanya ingin kamu tahu kalau aku mencintai kamu dengan tulus"

Chaeyoung berjalan melewati Limario lalu dia beralih menatap Jihan yang berdiri tidak jauh dari mereka "Selamat, rencana kamu sudah berhasil" ujarnya dan dia akhirnya benar benar pergi dari sana.

Limario hanya mampu berdiam. Dia menatap kepergian Chaeyoung dengan rasa sakit dihatinya. Ingin sekali dia menghalang Chaeyoung pergi namun ketika dia mengingati photo dan cerita dari Jihan, rasa kecewanya kembali muncul membuatkan dia mempertahankan egonya itu.














Akhirnya karam🤭



Tekan
   👇

Surrender ✅Where stories live. Discover now