22

282 31 1
                                    

"Sialan!"

Christ—yang sedari tadi sibuk memijat pundak kepunyaan lelaki itu, lantas mengangkat tangannya ke atas. Kepalang terkejut mendengar sang sahabat mengumpat sambil memukul meja dengan keras.

Hyunjae kembali meraih gelasnya, hampir menenggak sisa minuman yang sudah tersisa setengahnya. Namun, kalah cepat dengan Mingyu yang langsung mengambil gelas tersebut dan meletakkannya jauh dari jangkauan lelaki Lee itu.

"Jika kau ingin pingsan atau mati, pergilah ke tempat lain. Jangan di rumahku, brengsek!" sungutnya, kemudian memukul kepala Hyunjae dengan tak sabaran. "Lagipula, aku menyuruhmu ke sini, bukan untuk melihatmu kacau begini. Sekarang katakan, ada apa denganmu?"

Netra badamnya terlihat semakin sayu. Hyunjae mabuk dan hampir tak sadar lagi sesudah menenggak habis empat gelas minuman yang diberikan oleh Mingyu sebelumnya. Dikiranya Hyunjae hanya akan meminumnya sedikit, seperti biasa. Sungguh tak disangka jika dia kehilangan kontrol akan dirinya sendiri.

"Aku menyukaimu, hihi," ujarnya, melantur.

Christ meringis, menggelikan.

Lelaki itu tak berkata apa-apa lagi dan hanya mengeluarkan tawa sumbangnya yang membahana—hingga membuat Mingyu kesal bukan main, sampai-sampai kembali melayangkan pukulannya ke kepala Hyunjae dan membuatnya pingsan seketika.

"Woy!" seru Christ, tak habis pikir dengan Mingyu yang gampang sekali melayangkan tangan kepada Hyunjae begitu saja.

Sementara itu, Mingyu nampak tak mengindahkan teriakan Christ. Ia dengan santai memberikan saran, "Kita bawa dia pulang."

Serius, apa hanya dia yang normal di sini?

.
[Priority]
.

Younghoon menguap lebar. Pria Kim itu baru saja terbangun—atau memang dia tidak tidur sama sekali tadi dan melangkah pergi ke dapur guna meredakan dahaga. Ia berniat ingin kembali melanjutkan pelukannya dengan Juyeon yang sekiranya masih terlelap tadi. Andai ia tak haus, Younghoon tak akan mungkin mau melepaskan dekapannya sama sekali.

Selanjutnya, pria itu dikejutkan dengan sosok Hyunjae yang tengah duduk di salah satu anak tangga dengan kepala yang disenderkan pada dinding. Matanya nampak terpejam, yang benar saja sepupunya itu tidur di sana? Padahal saat turun tadi, Younghoon tak melihat dia di situ.

"Pergilah tidur ke kamarmu," suruh Younghoon seraya mengambil langkah mendekat. Namun, tiba-tiba saja hidungnya mencium bau minuman yang begitu kuat dari mulut lelaki itu. "Sial, berapa banyak yang kau minum, Hyunjae?!"

Si pemilik nama perlahan membuka kedua netranya. Sembari tersenyum lebar, ia menatap Younghoon dengan kondisi setengahnya tak sadar.

"Dimana kau menemukan Juyeon?"

Younghoon mengerutkan dahinya, sedikit kebingungan akan pertanyaan yang diajukan oleh Hyunjae tadi. "Kenapa kau peduli?" Ia balik bertanya. Tak ingin dengan gegabah menceritakan semuanya, toh Hyunjae juga masih dalam pengaruh minuman. Tidak ada gunanya untuk menjawabnya karena keesokan harinya, mungkin Hyunjae tak lagi ingat dengan pembicaraan mereka ini.

Hyunjae terkekeh ringan. Maniknya memandang kosong ke atas. Kemudian, jatuh ke arah Younghoon yang sedang berjongkok di depannya. "Juyeon yang manis."

Apa-apaan?

"Kenapa tiba-tiba kau mengatakan itu?" Younghoon mendelik tak senang. Biasanya, orang yang mabuk cenderung mengatakan isi kepalanya begitu saja tanpa kontrol sama sekali. Maka dari itulah, Younghoon dengan pandangan datar sedikit merasa tak suka usai mendengar perkataannya tadi.

"Entahlah," jawabnya, kemudian menggidikkan bahunya. "Kau pasti sadar, bukan? Juyeon, semua tentang dirinya itu manis. Termasuk bibirnya."

Sorot yang lebih tua menajam seketika. Younghoon dengan cepat mencengkeram kerah kemeja yang dipakai oleh Hyunjae. Dengan gurat kemarahannya, Younghoon lantas berucap, "Kau bilang apa barusan?"

Hyunjae tersenyum lebih tipis dari sebelumnya. Ekspresi wajahnya nampak menantang menurut Younghoon, seakan dengan sengaja menyulut api di antara mereka.

"Aku sudah pernah merasakannya tadi siang. Bagaimana denganmu? Tidak pernah, ya? Sayang sekali, berarti aku yang pertama. Hehe, aku sangat senang sekali."

.
[Tbc]
.

Priority +Bbangju Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang