Bab 6. Tak Segampang Itu...

1.8K 497 72
                                    

Segalanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Segalanya...

Gia menepis kata-kata itu.

Bukan segalanya, tapi ada yang jelas berubah dari suasana rumah Gia. Dia mencoba anteng dan mengabaikan kenyataan bahwa dia kini bertetangga dengan pria yang selama bertahun-tahun merajai hatinya dan membuatnya merasa bahwa mereka terikat karena pria itu yang selalu hadir di mimpinya.

Gia menghitung dengan jarinya, sudah berapa lama Prof Garin menempati rumah nomor 13 itu? Sesaat kemudian Gia menyadari, tentu saja hari itu nyaris sebulan pria itu tinggal di sana. Dan mereka beberapa kali bertemu namun tidak berinteraksi sama sekali. Gia datang ke pertemuan RT waktu itu tapi dia pulang lebih awal dengan alasan tidak enak badan. Tentu saja itu hanya alasannya saja. Dia tidak ingin berlama-lama di balai RT dan nantinya melihat Prof Garin diminta untuk memperkenalkan diri sebagai anggota baru di komplek mereka.

Gia menyesap tehnya pelan. Weekend datang dengan kepenatan di tubuh sebagai penanda bahwa sudah lima hari dia bekerja sangat keras di kampus. Gia meletakkan tehnya di meja balkon dan memeriksa tanaman di ujung balkon lainnya. Dia mengusap kucing keluarga Tasrifin yang dititipkan padanya karena pasangan itu yang ada acara keluarga ke Klaten hingga Minggu malam.

"Hai Lola

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hai Lola..." Gia tersenyum saat kucing bernama Lola itu mengeong dan seakan menyukai usapan tangannya. Dia menghela napas pelan saat kucingnya sendiri, Miki, keluar dari rumah dan seperti biasa, melongok ke halaman rumah nomor 13. Gia mengabaikannya. Entah sudah berapa kali Miki melakukan hal itu sejak pagi. Atau sejak kedatangan Prof Garin? Miki memiliki kebiasaan baru yaitu menumpukan kaki depannya ke pembatas balkon dan menatap halaman belakang rumah pria itu. Miki terlihat jatuh cinta.

"Hiish..." Gia mengalihkan pandangannya dari Miki dan mulai menyiram kembangnya. Dia lalu hanyut dalam kesenangannya yang lain itu. Merawat kembang, menyirami dan membuang daun-daun yang mengering.

Dan berakhir meluruskan kakinya di sofa sambil menikmati sinar matahari. Gia memperhatikan Lola yang turun dari kursi kayu dan memejamkan mata di lantai. Gia berpikir, tidak mungkin dia pindah dari rumah itu. Rumah itu seperti bukti perjuangannya selama dia bekerja. Hasil dari tabungannya selama menjomblo. Satu-satunya hal yang membuat dia merasa hebat untuk dirinya sendiri.

LEFTOVERS LADYWhere stories live. Discover now