Erwin, Starla, dan Bunga

23 5 0
                                    

Minggu pagi pukul 07.10, Erwin hendak mengunjungi rumah seseorang, yang seseorang itu mungkin sudah bisa kalian tebak siapakah dia.

Tak pernah dalam riwayat hidup seorang Erwin ia mengawali Minggu pagi dengan begitu semangat dan bukan di tempat tidurnya. Ini terjadi sejak Erwin berteman dengan Starla.

Bayangkan jika Erwin tak pernah kenal seorang Starla, tempat tidur Erwin sudah cukup muak dengan majikannya sendiri.

Mengajak Starla menyarap kupat tahu yang dijual tak jauh dari rumah gadis itu sudah jadi rencana utamanya hari ini. Tiada dalih ingin minta diajarkan pekerjaan rumah dari sekolah atau parahnya minta jawaban pekerjaan rumahnya langsung pada Starla (Dilarang keras meniru Erwin ya!)

Erwin hanya ingin memulai paginya bersama Starla hari ini.

Hari ini Erwin tidak mengikutsertakan motor vario kebanggaan keluarganya itu, ia lebih memilih sepeda yang lama ia campakkan setelah ia diwariskan motor vario milik ayahnya itu. Hitung-hitung sekalian olahraga dan bonceng Starla ke angkringan kupat tahu.

Bercanda.

Tapi kalau boleh jujur Erwin sempat berharap sepeda milik Starla sedang rusak, dipakai anggota keluarga yang lain, atau malah sudah disumbangkan ke seseorang.

Oke kembali ke laptop.

Destinasi sudah ada di hadapan. Erwin memarkirkan sepedanya di dekat pagar utama rumah Starla, mengetuk pagarnya pelan sebelum ia melangkah masuk ke dalam.

Starla yang sedang sibuk memotong rumput liar yang memanjang mendongak begitu mendengar ketukan dari pagar rumahnya, menandakan ada yang hendak datang berkunjung.

Starla bangkit dari posisi menjongkok, "Ya sebentar!" dan dengan tergopoh-gopoh segera bukakan pagar. Pagar terbuka dan nampakkan presensi seorang Erwin.

"Eh, Erwin?"

Mendengar intonasi terkejut Starla, Erwin nyengir kuda sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Hari ini hari minggu loh, kenapa kamu kesini?"

"Oh jadi gue gak boleh dateng kesini selain hari sekolah?"

"Gak gitu juga laaah. Takutnya kamu keseringan anter-jemput aku jadi gak inget hari." Starla memberikan gestur mempersilakan Erwin masuk ke halaman depan rumahnya.

"Gue cuman pengen dateng doang. Orang tua lo ada?" tanya Erwin.

Starla mengangguk, "Di dalem lagi ngurusin halnya masing-masing." Erwin berniat untuk beri salam pada kedua orang tua Starla sebelum membawa anak gadis mereka sarapan di luar rumah.

"Mama lo lagi masak?" tanya Erwin takutnya mama Starla sudah memasak untuk sekeluarga tapi Erwin malah mengajak Starla menyarap makanan di luar. 'Kan tidak sopan jadinya. 

"Kayaknya belum. Mama lagi ngurus kerjaan dari kantornya dulu."

"Kalo lo udah sarapan belum?"

Erwin seketika mirip petugas interview kerja yang banyak tanya. Seorang Erwin yang biasanya irit ngomong hari ini tiba-tiba cerewet banget bikin Starla gemas sendiri.

"Hahaha belum Erwiiin, aku baru minum air putih sama ngemil biskuit gandum dikit. Makasih udah peduli ya." goda Starla. Erwin mendecih tapi kemudian senyum kecil merekah di wajahnya.

"Eh by the way lo lagi ngapain tadi di halaman depan? Takutnya gue kesini malah ganggu lo." Tanya Erwin untuk yang terakhir kalinya (Suer!) sebelum mengajak Starla meluncur sarapan.

"Cabut-cabutin rumput liar di halaman! Tiap minggu pagi aku emang biasa beres-beres halaman depan rumah sama rawat bunga-bunga yang aku tanam sendiri."

Apa yang barusan Starla bilang menjawab semua pertanyaan Erwin sedari tadi. Dari mengapa Starla mengenakan sebuah pakaian mirip apron yang ada sedikit bercak tanah dan mengapa Starla menyambut Erwin di depan pagar dengan sebuah sekop di genggamannya.

Erwin makin memusatkan perhatiannya pada bunga-bunga di halaman depan rumah Starla setelah Starla bilang bahwa semua bunga-bunga ini dirinya sendiri lah yang tanam dan rawat. Perlahan melirik sang empu bunga-bunga indah itu.

"Cantik..." gumamnya.

Saking fokusnya Starla mengamati halamannya, hampir saja ia acuhkan Erwin yang sepertinya hendak berbicara padanya, "Hah? Ngomong apa tadi kamu Win?"

Erwin terkesiap, "Eh... Engga..."

Erwin berani sumpah yang barusan itu benar-benar diluar kendalinya, seperti tiba-tiba terucap dari bibirnya begitu saja. Beruntungnya Starla tidak terlalu memedulikan ucapan Erwin barusan.

"Kalo gitu tolong bantuin aku siram tanaman yang di situ ya? Aku gak bakal bisa lanjut kegiatan lain kalo belum liat 'anak-anak' aku makan semua."

Ternyata se-sayang itu Starla pada tiap tanaman di halaman rumahnya. Kalau kalian bisa berkunjung ke rumah Starla memang halaman rumahnya bagaikan taman bunga yang cantik yang biasanya jadi destinasi wisata. Starla tak perlu jauh-jauh pergi ke destinasi itu semua jika masih ada halaman rumahnya.

Starla aja bisa sesayang itu sama tumbuhan. Apalagi kalau ke...

Oke cukup sampai disana ya angan-anganmu, Erwin.

Starla sodorkan pipa kecil yang tersambung ke keran pada Erwin, "Nih. Sekalian aku ajarin gimana caranya nyiram tanaman yang bener." Erwin ambil alih si pipa dan nyalakan keran. Mau tak mau ikuti komando Starla karena mau Erwin ajak sarapan keluar sekarang pun Starla akan tetap puguh ingin 'memberi makan anak-anaknya' lebih dulu. Aliran air kecil keluar dari moncong pipa.

"Ada dua waktu terbaik buat nyiram tanaman, Win. Pagi sama sore. Waktu pagi pastinya waktu paling tepat buat nyiram tanaman sebelum mulai aktivitas lain. Tapi, kamu harus perhatiin waktunya. Sebaiknya gak lebih dari pukul 08.00 pagi karena di waktu itu udara masih lembap."

Di saat Starla asyik beri penjelasan pada pemuda di sampingnya, Erwin asyik pandangi gadis yang sedang menjelaskan penuh antusias tanpa tertangkap basah.

Starla makin cantik auranya waktu lagi serius.

"Oh iya, tanaman cukup pinter kok buat nyalurin air sama nutrisi ke seluruh bagian tubuh dia. Jadi, gak ada gunanya kamu nyiram batang sama daunnya, hahaha." Starla tertawa kecil.

Ternyata daritadi Erwin hanya siram bagian daun saja, itu juga tanpa beri atensi ke arah mana airnya menuju. Toh Erwin sibuk perhatikan si gadis. Erwin jadi malu sendiri 'kan.

"Bagian yang harus kamu basahin itu tanah di sekitar tanamannya. Nyiram air ke tanamannya langsung malah bisa bikin jamur atau parasit lain tumbuh di san—Erwiiin." Protes Starla, ternyata ulah Erwin yang tak sengaja cipratkan air ke lengannya.

Erwin nyengir, "Hehe, sorry sorry."

Tiada dialog terjadi setelahnya. Erwin sibuk siram tanaman sesuai arahan Starla dan di sampingnya, Starla sibuk perhatikan cara kerja Erwin dan sesekali beri komando siram tanaman yang lain yang belum kebagian.

Hening agaknya beri Erwin sebuah ide.

"Win, jangan macem-macem." Ternyata si gadis waspada, Erwin sudah ambil ancang-ancang dengan arahkan mocong pipa ke arah Starla.

Erwin menyeringai jahil, tetap melancarkan aksinya. Tenang tenang, aliran air yang keluar tak terlalu besar dan mengerikan kok.

Beberapa bulir air hinggapi apron Starla, "Erwin ih jail banget deh!"

Yang diprotes malah merekah senyum puas sampai barisan giginya nampak. Tak terima hanya dirinya yang terkena air, Starla raih botol semprotan tanaman di belakangnya.

PSSSTTT!

Pembalasan dendam Starla memang luar biasa. Barusan ia semprotkan air tepat ke paras menawan Erwin sampai empu wajahnya terperanjat tutup mata.

Starla puas sekali. Perutnya bisa-bisa meledak karena tawa bombastisnya, "Wle rasain! Makanya jangan jail!"

Si pemuda usap pergi air dari wajahnya. Bersiap beri balasan yang lebih-lebih.

Oho, nantangin ya kamu?

Ambil kuda-kuda siap serang kembali. Ia agak halangi moncong pipa dengan jari telunjuk, hasilkan aliran air ganas, "SERANG STARLAAA!"

"ERWINNN!!!"

that's when, sullyoon. ✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon