14. Rain and thunder

65 6 0
                                    

Tiba tiba pintu ruangan terbuka dengan dokter yang berpakaian seragam rumah sakit. "Atas keluarganya Kazea?" tanyanya.

"Iya dok, bagaimana kondisi Kazea saat ini?"

"Pasien Zea saat ini baik baik saja hanya saja.. ia kelelahan mungkin di penuhkan hidupnya istirahat jangan sampai kewalahan"

Di dalam ruangan terdapat Zea dan suster yang membereskan peralatan yang berceceran di atas laci. Suster itu memberikan inhaler kepada Zea membuat nya bertanya mengapa aku di beri ini?.

"Maaf mengapa saya di kasih inhaler ya bu?"

"Adik mempunyai penyakit Asma dan tumor otak adiknya seminggu sekali harus rutin kemo ya? supaya penyakitnya itu tidak menumbuh.."

"baiklah.."

Sebelum Dokter yang merawatnya itu keluar Zea sudah memesani dokter itu bahwa jangan bilang kepada orang yang mengantarkan Zea untuk penyakit nya.

Suster itu meninggalkan Zea seorang di dalam ruangan itu. Setelah nya pergi Seorang gadis berambut pendek sebahu memakai jaket berwarna hijau mudah. Zea tau jika itu Lia segera ia memalingkan pandangannya dari Lia.

Lia tau Zea ketakutan melihat nya karena ia saat ini berubah total dari sikap beberapa tahun yang lalu. Lia tau benar Zea trauma dengan masa lalu apalagi omongan orang yang menyakitinya.

"Zea kau tidak apa apa?"

Gadis itu hanya mengangguk pelan. Ia tidak menatap wajah Lia yang berdiri di samping nya. "Ze.. malam ini kamu boleh pulang bagaimana jika kau menginap dirumah ku? aku akan menjaga mu.." Ucap Lia dengan tatapan penuh tulus.

"Tidak aku tidak akan menginap dirumah mu itu aku akan pulang sendiri kau pulang lah.."

Lia tidak tau lagi apa yang harus Ia katakan saat ini ia hanya menunduk ketika Zea bilang seperti itu.

"Jika kau membutuhkan bantuan kau hubungi aku ya?"

Zea pun bangkit dari tidur di kasur rumah sakit itu dan mengambil inhaler milik nya dan menyembunyikan nya di saku baju Zea.

Justru Zea langsung meninggalkan Lia sendirian disana Lia hanya menatap pintu yang habis dilalui oleh Zea.

Justru Zea langsung meninggalkan Lia sendirian disana Lia hanya menatap pintu yang habis dilalui oleh Zea

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zea telah sampai di kosnya sejak 24 menit yang lalu mamanya, Ivin belum pulang sedari tadi. Ia tahu mamanya nginap tak perlu membuka handphone Ia juga tahu..

Menjadi anak seperti Zea tidaklah gampang hanya saja memikirkan bahwa paling rasa sakitnya cuma gitu.

Kini hujan turun tanpa seizin. Hujan itu turun dengan deras Suara itu kembali tergiang giang di pikiran Zea.

𝘋𝘜𝘈𝘈𝘙𝘙𝘙!

𝘚𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘱𝘦𝘵𝘪𝘳 𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢 𝘩𝘶𝘫𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘳 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘳𝘢𝘴𝘯𝘺𝘢. 𝘛𝘦𝘳𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭 𝘣𝘦𝘳𝘸𝘢𝘳𝘯𝘢 𝘬𝘶𝘯𝘪𝘯𝘨.

"𝘋𝘈𝘚𝘈𝘙 𝘒𝘈𝘔𝘜 𝘚𝘜𝘈𝘔𝘐 𝘎𝘈𝘒 𝘉𝘌𝘙𝘎𝘜𝘕𝘈 𝘑𝘈𝘋𝘐 𝘖𝘙𝘈𝘕𝘎 𝘑𝘈𝘕𝘎𝘈𝘕 𝘗𝘌𝘕𝘎𝘈𝘕𝘎𝘎𝘜𝘙𝘈𝘕!"

"𝘈𝘗𝘈 𝘚𝘐𝘏 𝘒𝘈𝘔𝘜 𝘐𝘝𝘐𝘕! 𝘈𝘒𝘜 𝘉𝘌𝘎𝘐𝘕𝘐 𝘚𝘈𝘓𝘈𝘏 𝘓𝘈𝘎𝘐𝘈𝘕 𝘐𝘕𝘐 𝘚𝘌𝘔𝘜𝘈 𝘚𝘈𝘓𝘈𝘏 𝘒𝘈𝘔𝘜 𝘚𝘌𝘕𝘋𝘐𝘙𝘐!"

"𝘏𝘌 𝘒𝘌𝘗𝘓𝘌𝘒 𝘒𝘈𝘔𝘜 𝘋𝘐𝘙𝘜𝘔𝘈𝘏 𝘏𝘈𝘕𝘠𝘈 𝘑𝘈𝘋𝘐 𝘗𝘌𝘕𝘎𝘈𝘕𝘎𝘜𝘙𝘈𝘕 𝘈𝘒𝘜 𝘠𝘈𝘕𝘎 𝘉𝘐𝘈𝘠𝘈 𝘒𝘈𝘔𝘜 𝘋𝘐𝘙𝘜𝘔𝘈𝘏 𝘚𝘈𝘒𝘐𝘛 𝘉𝘜𝘈𝘛 𝘉𝘐𝘈𝘠𝘈 𝘗𝘌𝘕𝘠𝘈𝘒𝘐𝘛 𝘒𝘈𝘕𝘒𝘌𝘙 𝘔𝘜 𝘐𝘛𝘜 𝘉𝘖𝘋𝘖𝘏!"

Hahaha masa lalu kembali teringat. Sejak saat itu lah Zea takut dengan namanya petir tetapi ia sangat menyukai hujan karena jika ia menangis selalu tidak terlihat jika air matanya keluar mengalir.

"Ternyata aku menderita penyakit Tumor otak"

"Tidak apa apa Zea kau harus menahan penyakit ini dari semua orang kau kan kuat Zea.. Lagian kau juga meminta mati tidak apa apa aku akan menerimanya"

Kini tubuh Zea merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk itu. Ia sangat kelelahan hari ini dan hari ini hari buruk bagi Zea dengar dan rasakan.

Bagi Zea ia pantas mengeluarkan air matanya Air mata itu selalu ada di bagian hidup manusia itulah manusiawi yang selalu berharap.

Air mata selalu merungkai segalanya. Pergilah gelap datanglah cahaya terang. Pergilah masalah datanglah kebahagiaan.

Itu hanya dirasakan anak yang beruntung di dalam hidupnya.

Kini matahari melewati cela cela tembok berwarna kuning

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kini matahari melewati cela cela tembok berwarna kuning. Cahaya itu mengenai mata seorang gadis yang tertidur lelap di atas kasurnya terdapat seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di lantai.

Wanita itu tampak familiar baginya. Seperti..

"Mama?" Tanyanya

Wanita paruh baya yang berumur sekitar 40-an lebih itu menoleh dan melanjutkan aktivitas nya di bawah sana. Yang benar saja itu benar mamanya baru ini ia melihat mamanya di kos.

Biasanya hanya sendirian tidak ada teman.

"Habis ini kita pindah mama udah nabung uang dan udah membeli rumah ngga tingkat sederhana saja.." Ucap Ivin.

Zea yang mendengar itu langsung kaget ketika mendengar ucapan mamanya itu. Jujur Zea tak ingin pindah rumah ia masih ingin tempat tinggal nya dekat danau yang sering ia kunjungi.

"Emang pindah dimana ma?"

"Dekatnya psikiater sekaligus itu rumahnya deket indomaret"

Jika dekat soal psikiater Zea setuju akan hal itu. Karena ia lelah menempuh jarak jauh dari kosnya sampai psikiater. Tidak apa apa jika jauh dari tempat Danau suteng. Ia kesana bisa jalan kaki jika mau.

Pukul 15.48 WIB.

Semua barang yang ada di kos kini pindah di rumah kecil sederhana namun klasik dan bagus. Kini Zea mempunyai kamar sendiri itu membuat nya senang karena bisa mengurung diri.

Kamar yang bercat putih serta kasur berbalut kain berwarna kuning mudah itu Kini di tidurkan oleh Zea. Sangat nyaman sekali tanpa berbagi kasur dengan Mamanya.

Dan tidak bersempit sempitan berbagi kasur. Selama hidupnya di kos Hidup sempit tidak luas sama sekali. Zea membenci yang namanya kesempitan dalam ruangan. Ntahlah ia sangat membenci Petir,Ruangan sempit,Dan Api.

Dan Zea hanya menyukai hujan.

_____

𝗢𝗸𝗲𝘆 𝗮𝘂𝘁𝗵𝗼𝗿 𝗱𝗼𝘂𝗯𝗹𝗲 𝗨𝗽!

𝗚𝗮𝗽𝗮𝗽𝗮 𝗯𝗶𝗮𝗿 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗲𝗻𝗴𝗴𝗮 𝗻𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂 𝗮𝘂𝘁𝗵𝗼𝗿 𝘀𝗮𝗺𝗽𝗲 𝘀𝗲𝗮𝗯𝗮𝗱😭

𝗟𝗼𝗽𝗲 𝘀𝗲𝗸𝗲𝗯𝗼💚

Brokenhome [ END ]Where stories live. Discover now