Dendang Merdu Tiga Danadyaksa

207 26 3
                                    

Suara denting sendok yang beradu dengan piring terdengar, tanpa ada pembicaraan, keluarga kecil Bapak Dana kini nampak tenang dan menikmati acara makan malam mereka. Sebuah kebiasaan yang selalu di terapkan oleh kedua orang tua, tak boleh bicara saat makan sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang bisa mereka makan hari ini.

Yudhistira jadi orang pertama yang selesai dengan makanannya, menyapu bibir lalu beranjak dari kursi, membawa piring bekas makannya ke wastafel untuk di cuci. Kebiasaan lain yang di terapkan orang tua mereka sejak mereka kecil.

"Yudhis duluan ya, mau ngerjain tugas" izin Yudhistira kepada kedua orang tua serta saudaranya. Pemuda itu kemudian berlalu setelah mendapatkan anggukan dan memberi usapan pada kepala Harshita.

"Tama juga ya" ucap Tama sembari berdiri. Mengambil piringnya, mencuci benda itu lalu ikut meninggalkan dapur.

Harshita menjadi satu satunya yang masih duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya. Gadis itu sebenarnya sudah selesai tetapi masih menunggu ibu dan bapak selesai makan.

Gadis berumur hampir lima belas tahun itu kemudian menyodorkan sebuah undangan kepada kedua orang tuanya, membuat kedua orang itu menatap Harshita dan benda yang di sodorkan secara bergantian, meminta putri bungsu mereka menjelaskan.

"Shita masuk final, bu, pak. Jadi bisa undang ibu sama bapak buat nonton finalnya Shita nanti" ucap Harshita menatap takut takut kedua orang yang lebih tua darinya itu.

Bapak meraih kertas tersebut, memperhatikan tanggal yang tertera lalu menganggukkan kepalanya. "Yasudah nanti ibu sama bapak datang, mas dan abang juga nanti bapak ajak"

Harshita menggelengkan kepalanya, "Bapak nanti datang sama ibu aja"

Ibu mengernyitkan dahi, menatap putri satu satunya itu dengan sorot bingung, merasa aneh sebab putrinya nampak enggan mengundang kedua kakaknya. Padahal setahu ibu, ketiga anaknya ini sangat akrab dan tak punya masalah sama sekali.

"Loh, kenapa?"

Harshita menundukkan kepalanya dalam, bingung hendak berucap apa dan sedikit takut dengan manik legam bapak yang masih menyorotnya. Semua anak bapak pasti sangat segan dengan beliau walaupun tak pernah sekalipun bapak memarahi mereka.

"Shita belum tahu berapa orang yang boleh Shita undang. Nanti kalau boleh berempat Shita ajak abang sama mas sendiri" ucap Harshita beralibi, menatap kedua orang tuanya dengan senyuman yang di paksakan.

Ibu menghela nafas, tahu betul dengan Harshita yang kini tengah berbohong kepada keduanya. Entah apa alasan yang mendasari bungsunya ini berbohong.

"Yasudah, nanti kalau sudah tahu boleh atau enggak kasih tau ibu ya"

Harshita tengah melewati pintu belakang rumah saat rungunya menangkap dua suara merdu yang saling bersahutan dengan iringan gitar angin berasal dari belakang rumahnya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Harshita tengah melewati pintu belakang rumah saat rungunya menangkap dua suara merdu yang saling bersahutan dengan iringan gitar angin berasal dari belakang rumahnya.

Cucunya Kakek Wibowo || TREASURE ft BABYMOSNTEROù les histoires vivent. Découvrez maintenant