Part 2

25 2 0
                                    

Selesai makan siang bersama kakaknya Berli, Melvin kembali masuk ke kamarnya. Ia membuka buku dan mencoba mencatat sesuatu di sana.

"Oke, untuk urusan uang, karena nyokap dan bokap masih ada, harusnya secara uang jajan gue nggak akan ke kurangan, tapi gue masih butuh tambahan untuk nabung, dan kegiatan gue pribadi," ujar Melvin.

Melvin mencatat beberapa kemungkinan yang bisa ia kerjakan dengan bekal pengetahuannya akan masa depan.

"Judi? Ng.. sepertinya tidak, meskipun itu pasti cepet banget dapetin duitnya. Jualan? Tapi ngejual apa? paling gue cuma bisa ke warnet doang. Online shop juga belum banyak berkembang sekarang ini.." gumam Melvin.

"Yang pasti bisa gue lakuin adalah, ngajar ke anak-anak bawah, ikut tim di kota Barbenda, tim... bisnis? Emang ada ya? Ya nanti gue tanya bokap deh. Apa lagi ya. Anjir karena internet, hp belum secanggih masa depan, jadi agak bingung gue nyari uang,"

Melvin kembali mengotret buku tulisnya, menuliskan plan yang akan ia kerjakan selama kelas 9 ini dan di SMA nanti.

"Oh.. yang pasti gue harus masuk SMA Garsa, di sana banyak lulusannya yang di masa depan jadi orang sukses, Garuda Bangsa.. ya gue harus masuk sana," Melvin melingkari SMA GARUDA BANGSA yang ia tulis pada bukunya.

"Kalo nggak salah, tes utamanya itu wawancara pake bahasa inggris, dan nilai harus di atas rata-rata semua, kayaknya.." Melvin mengambil sebuah map berisikan fotokopi hasil rapot sekolahnya.

"Ya bener kan, harusnya dengan nilai ini gue bisa lulus dengan gampang, tinggal masalah UN dan Tes Seleksi Masuk Garsa aja nanti," ujar Melvin sambil melihat hasil rapot sekolahnya.

"Masih ada waktu sekitar 6 bulan sebelum UN, harusnya jam pelajaran tambahan udah di mulai di semester akhir ini, ah bete nya gue nggak ngerasain jadi OSIS lagi deh, udah kelas tiga gini,"

"Viin, gue mau cabut kuliah ya, nanti kalo lu keluar kunci di taro di tempat biasa aja," teriak Berli dari luar kamarnya

"Iyaaa siap," balas Melvin.

Setelah itu, Hpnya berdering, tertera nama Dino di sana.

"Halo,"

"Halo Vin, kemana lo?" ujar Dino di seberang sana

"Gue, telat bangun," Melvin bingung mau cari alasan apa, mau bilang sakit tapi dia baik baik aja.

"Ah si tai, udah gue duga kan. Semalem padahal lu pulang duluan, bisa-bisanya lu telat bangun bego,"

"Hehe, tai lah gue aja bangun jam berapa barusan, ini baru kelar mandi," jawab Melvin

"Yaudah, ngeband nih kita sore ini, jam 3 di Unders, udah gue booking 3 jam,"

"Oh oke, nanti gue ke sana,"

"Yaudah, ini masih pelajaran tambahan, kelar bentar lagi, kita pada mau makan di mekdi barangkali lu mau nyamper ke sana aja ya,"

"Oke Din,"

"Oke dah.."

Dino memutuskan sambungan telfonnya, Melvin kemudian beranjak ke arah sudut kamarnya, sebuah gitar bass yang ia beli saat kenaikkan kelas tahun lalu.

"Hehe, cailah masih aja ngeband gue ya udah mau UN padahal, bodo ah, lagian nanti UN ada kunci jawabannya kalo nggak salah,"

Melvin mengingat berita sesaat setelah ujian nasionalnya dulu, kalau ada satu sekolah yang membeli kunci jawaban dari oknum luar dengan bayaran yang cukup mahal. Bego juga menurut Melvin, udah cape-cape sekolah ujungnya ada oknum sesat yang bikin seakan semuanya sia-sia dan orang bego juga bisa jadi rangking satu kalo di kasih kunci jawaban.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang