9. Senyum Yeosang

283 34 19
                                    

Oh, Wooyoung menye2 ya? Oke, happy reading.

.

.

.


  "DIAM!!!"

Sesuai dengan suruhan suara bentakan itu, San diam.

  "Woo__"

  "Ngerti kata-kata DIAM nggak?!"

Tatapan nyalang dan raut marah memenuhi wajah manis Wooyoung.

San menatap intens netra yang semakin memerah di hadapannya, berharap Wooyoung tenang.

Namun, itu tak ada dampaknya. Tatapan itu tetap seperti semula, membuat San sedikit kehilangan keberanian untuk berbicara.

  "Lo pikir, cuma lo yang bisa marah?" Smirk tipis muncul di bibir Wooyoung.

San kaget, Wooyoung terlihat menakutkan.

  "Cih, lo pikir, cuma lo yang bisa bentak gue,hah!" Suara Wooyoung kembali meninggi, berikut bola mata nya yang melebar, dan urat lehernya yang bermunculan.

  "Lo pikir, cuma lo yang bisa main lari-larian dan sok-sok an menghindar. Taik!"

Oke, Wooyoung mulai berkata kasar. Dan San tentu saja tak menyangka akan hal itu.

  "Lo berhak marah, tapi lo ngga berhak se enaknya dalam hubungan ini."

San akui, yang Wooyoung katakan memang  benar.

  "Denger, ya, Choi San. Gue juga bisa marah dan ngabain lo, seperti apa yang lo lakukan ke gue. Lo pikir apa? Dengan lo dateng kesini gue bakal peluk lo, minta maaf sama lo, dan nyoba jelasin semuanya? Heh, mimpi lo." 

  "Denger ya, San. Harusnya gue sadar dari awal, kalo lo cuma main-main sama perasaan gue."

  "Woo, kamu ngomong apa,sih?" San tidak bisa terus-terusan diam.

  "LEPAS!" 

Wooyoung menghempas tangan San dengan kasar, membuat pegangan cowok itu pada bahunya terlepas.

  "LO STRAIGHT, ANJING! JAUH-JAUH LO DARI GUE! LO GABUT DOANG,'KAN PACARAN SAMA GUE!" Teriakan Wooyoung menggema memenuhi se antero kamar tamu bernuansa putih yang ia tempati.

San tercengang, apa-apaan?

Oh ayolah, selama hidupnya San memang tidak pernah tertarik pada makhluk bernama wanita. Ia hanya mencintai Jung Wooyoung.

  "Wooyoung, kamu itu ngomongin apa,sayang? Aku ngga pernah main-main sama perasaan aku, dan ngga pernah mainin perasaan kamu." Dari nada suaranya San panik, tentu saja.

  "Bacot, bangsat. Kek apa banget lo, pergi gak lo! Gue udah tau semuanya."

San belum mengerti ada apa sebenarnya, kenapa tiba-tiba Wooyoung begini?

Apa yang terjadi?

  "Please,Woo. Aku ngga pernah nyembunyiin apapun dari kamu, apalagi ngebohongin kamu. Kenapa kamu tib__"

  "Pergi!"

  "Woo__"

 "Gue bilang per__"

  "Jung Wooyoung, dengerin aku dulu!"

Oke, sekarang San menyesal. Terhitung sudah 2 kali ia membentak Wooyoung, dalam keadaan yang sangat tidak tepat.

Jadi maksud lo, kalo keadaan yang tepat lo mau ngebentak WUyo gitu, San? Oh no, langkahi dulu mayatku :)

  "Woo, maafin aku."

Dan kalimat ini keluar dari mulut San, setelah mendapati Wooyoung kembali diam.

San tahu, sekeras dan sekasar apapun Wooyoung dia tetaplah Wooyoung yang terlalu takut akan sebuah gertakan. Selembut itu memang hatinya.

  "Gue mohon pergi, gue capek. Udah nggak ada yang perlu di omongin dan di dengerin, lo ngga punya kesempatan apapun lagi. Jadi, please go away."

Lirih, kalimat yang keluar dari mulut Wooyoung terdengar sangat lirih dan penuh permohonan di telinga San.

  "Woo, please... Jangan gini."

Air mata San turun, oh ayolah. Ia harap ini hanya mimpi.

  "No San, please give me alone. I wanna get my quality time. Don't distrub me, today, tomorrow, or anytime."

San tak dapat menahan isaknya, ia tak mau kehilangan Wooyoung apapun alasannya.

 "Here, closed to you."

Wooyoung menunjuk dadanya, pertanda bahwa sudah tak ingin San berlama-lama mengganggu kehidupannya.

Setelah itu, Wooyoung berbaring memunggungi San dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia tak mau menangis, itu membuatnya terlihat sangat lemah di depan San.

Sama di depan si ono,noh juga. Biar ngga kek anak gadis :)

  "Jung Wooyoung, aku tau kamu lagi emosi sama satu hal yang bahkan aku ngga paham. Aku tau kamu ngga bisa mikir jernih. So, i will back again, soon. To open back your heart and make all of it finish, which i will bring you back to me."

San perlahan membuka selimut Wooyoung, menampilkan wajah dengan mata terpejam yang dibuat setenang mungkin.

  "Kamu adalah hidup aku, dan aku bakal datang kembali buat ngambil kehidupanku lagi."

San mencium kening Wooyoung sedikit lama, karena si empu tak memberikan pemberontakan, dan hanya diam dengan mata terpejam.

Setelahnya, San bangkit. Perlahan melangkah meninggalkan kamar itu dengan berat hati, dan banyak rasa sesal disana yang ia bawa.

San dan Wooyoung terlalu larut dalam suasana bergejolak, dan tak sadar bahwa Kang Yeosang tersenyum dalam keterdiamannya di balik pintu sambil mengamati mereka.

  "Hah, Choi San yang malang," ucapnya perlahan.


______________________________________________________________________

■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■■-■


Makan tuh Wooyoung galak.

Makan tuh Wooyoung galak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pengen tak hihhhh.


dahlah.

semoga suka dengan ke gj anku ini yawah, thankseu syuda batcah😘

lagi break down banget plis

but, happy reading rain♥


ngga ada salhang dulu ya, lagi kesel nih

My Brother - Woosan/SanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang