Chapter 19

132 14 0
                                    

Hyunjin menatap Seungmin yang sekarang masih menjadi Hajoon dengan tatapan sedih. Dia sedikit merasa menyesal dan hampir menyalahkan diri saat mengetahui apa yang telah dilalui oleh sahabatnya itu.

"Hyunjin."

"Ck kau malah menangis."

Hyunjin membuang wajahnya sembari mengusap matanya yang basah.

"Aku tidak menangis bodoh," ucap Hyunjin sembari mendudukkan diri di sebelah Hajoon.

Keheningan terjadi. Hajoon yang masih terikat hanya bisa menatap ke segala arah dan masih tidak ingin berbicara terlalu banyak. Energinya habis hanya untuk memberontak beberapa jam lalu. Dia melirik ke sampingnya dan mendapati Hyunjin dengan wajah sembabnya.

"Maafkan ak-" ucapnya yang langsung dipotong oleh Hajoon.

"Jangan terlalu menyalahkan diri. Itu semua bukan kesalahanmu," Hajoon membuang napas panjang.

"Tapi, andai saja aku sudah bisa melindungimu waktu itu."

Hajoon tertawa getir, "sudahlah, lagipula itu diluar kuasamu. Kau masih menjadi anak bodoh ingusan waktu itu mana mungkin bisa memukuli preman berbadan babi."

Hyunjin sedikit terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa anak itu bisa mengatakannya dengan mudah, ketika Hyunjin mendengarnya saja sudah bisa membayangkan bagaimana beratnya menjalani hari-hari seperti itu. Hyunjin menyenderkan kepalanya pada bahu Hajoon dan memberikannya sebuah pelukan hangat.

"Mulai sekarang aku akan melindungimu."

Hajoon menundukkan kepalanya merasa tersentuh. Seumur dia hidup tidak pernah ada yang mengatakan hal seperti itu. Sedikit asing tapi Hajoon merasa senang karenanya.

"Terima kasih," lirihnya.

Satu jam yang lalu, Changmin menyempatkan diri untuk mendatangi Hajoon. Setelah mendengar berita dari Eunkwang dia langsung kembali dari perjalanannya ke rumah sakit. Changmin membawa setumpuk kertas tes yang digunakannya untuk mengadakan sesi konseling. Sebagai psikiater Changmin sering sekali menghadapi kasus seperti ini. Menurut pandangannya kasus seperti ini hanya bisa disembuhkan bila pasien mau menerima segala dalam dirinya, pasien harus berdamai dan mau menerima kepribadian lain dalam dirinya.

Changmin mengajukan beberapa pertanyaan mendasar dan Hajoon hanya menjawabnya dengan seadanya. Sesi konseling seperti ini sudah pernah dia lalui dulu dan itu juga yang membuatnya tersadar kalau dirinya hanya sebagai alter ego seseorang. Fakta itu membuat Hajoon merasa terluka, bagaimana pun juga bagi alter ego mereka selalu merasa menjadi kepribadian utama dari host-nya.

"Aku mau menanyakan sesuatu."

Changmin menaikan kaca matanya lalu memberikan izinnya.

"Bagaimana Seungmin bisa melupakan hal penting seperti ini. Maksudku sejak kecelakaan kapal itu dia melupakan semua tentang permasalahan penting seperti ini."

Changmin tampak berpikir sebentar. Menemukan kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya.

"Bagaimana pun juga kalian berdua itu adalah orang yang berbeda yang berbagi satu tubuh. Mungkin kau mengingatnya karena kau tidak merasakannya tapi Seungmin mungkin sengaja melupakannya."

"Maksudnya?"

"Begini jika manusia mengalami sebuah kecelakaan yang sedikit traumatis otak mereka akan melupakan memori kelam itu. Mungkin sebagai alter ego kau masih bisa mengintip sedikit memori itu."

"Apa kau mengetahui sesuatu Hajoon?"

Hajoon terdiam. Dia tidak pernah melihat apapun yang dialami oleh Seungmin.

MANIACDonde viven las historias. Descúbrelo ahora