17. Cookie Gosong

41 8 0
                                    

Hari minggu. Nggak ada yang spesial. Tapi mungkin sangat spesial bagi Ajun karena dia bisa menghabiskan sebagian waktunya untuk ngorok di atas kasur. Apalagi kalau hari minggu, kembarannya itu tidak sensi seperti hari-hari biasanya.

Ajun mendengar pintu kamarnya di buka. Lantas dia menaruh kembali hp nya di samping bantal, dan memposisikan tubuhnya menghadap dinding. Dia sudah menduga jika oknum yang membuka pintu kamarnya adalah Paji.

"Bang,"

Oh, dugaannya salah. Walau begitu, Ajun tetap tak berbalik. Dia masih tetap diam di atas kasurnya dengan posisi bagai cicak yang menempel di dinding.

Doby tak mendengar adanya sahutan dari sang Kakak. Dia pun melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam kamar Ajun. Doby melihat beberapa lembar kertas berserakan di lantai kamar. Karena tak tahan melihatnya, Doby pun memunguti kertas tersebuk dan memasukkan ke dalam kotak sampah kecil yang ada di kamar Ajun.

Setelahnya, Doby menyingkap tirai jendela. Membuat cahaya baskara masuk menerangi sebagian kamar Ajun. Ajun berdecak karena ulah Doby.

"Ngapa sih, Dob?"

Doby duduk di kursi belajar Ajun sambil membuka koleksi komik Shinchan yang tertata rapi di atas meja. Ajun suka sama hal yang berbau Jepang, tapi nggak separah Paji yang udah mendarah daging. Ajun mah cuman buat hobi doang.

"Temenin keluar yok, Bang."

"Hah?"

"Gue mau beli barang buat di kasih ke tuyul pas dia ultah. Tapi gue nggak tau si tuyul suka apaan, ya kali nanti gue kasih kado sempak warna merah mencolok mata. Yang ada di maling Bang Ji nanti."

"Buset, ngapain minta temenin gue. Lo kan ada cewek, Dob. Bisa tuh cewek lo pilihin barang buat di kasih bocil."

Doby menepuk jidatnya. Benar, kan ada Aily yang bisa membantunya memilih sesuatu untuk diberikan kepada Kaizo di hari ulang tahunnya.

Setelah nya, dia kiprit dari kamar Ajun dan segera kembali ke kamarnya. Membuat Ajun terheran-heran melihatnya.

Tapi keheranannya tak bertahan lama, Ajun kembali berbaring dan akan melanjutkan tidurnya. Tapi tiba-tiba, sebuah makhluk bertubuh mungil masuk ke kamarnya dan langsung meloncat naik ke atas kasur. Menginjak tulang kering kakinya dengan tak sengaja. Membuat Ajun meringis.

"Kak Ajun! Ayo bangun, kita buat cookie!"

Ajun menghela napas frustasi. Kalau begini, hari minggu indah yang di nanti-nanti tidak jadi indah.



























Paji sudah siap dengan celemek yang membalut tubuhnya. Di atas meja, ada beberapa bahan berikut untuk membuat cookie, margarin, tepung, coklat bubuk, chococips, dan beberapa bahan lainnya. Yang punya ide mau membuat cookie adalah Paji, dia lagi pengen jadi cowok estetik gitu. Makanya dia bikin cookie ala-ala.

Ajun duduk di depannya dengan muka masam, di sebelahnya ada Kaizo yang mencolek wajah Ajun menggunakan tepung.

"Lo gabut ya, Ji?"

Paji melirik, lalu kemudian dia terkekeh. "Lebih ke—nggak punya kerjaan sih, daripada gabut."

"Sama aja, semprul!"

"Kak Jun mau bantuin Kak Ji bikin cookie, kan?" Kaizo pun ikut berbicara.

"Iya, tapi gue mau bantuin Paji berlandaskan kata 'terpaksa'."

Paji tertawa, rasanya senang sekali dia mengganggu kembarannya.

Paji mulai memasukkan bahan-bahan untuk membuat cookie ke dalam sebuah wadah. Paji mulai mengaduk, memberi instruksi kepada Ajun untuk memasukkan bahan selanjutnya. Kaizo menjadi tim hore, memberi semangat kepada dua orang pemuda yang sedang mengaduk adonan. Selebihnya, Kaizo duduk memperhatikan sambil memakan chococips.

Amanah dari Tante [completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang