Chapter 4 | Almost There

231 21 5
                                    

"Ayo James lebih cepat!!" Sahut Remus panik, melihat asap hitam di kanan dan kiri mobil mereka.

"Mobil ini sudah mencapai batasnya Moony!" Teriak James yang ada benarnya, jarum speedometer sudah berada di paling ujung. Bahkan menggunakan sihir saja tidak cukup.

"Ayo kita apparate saja!" saran Sirius yang memegang erat Harry. Lucunya Harry malah terlihat bahagia, bukannya panik. Pikiran bayi memang sedikit aneh.

"Kau gila!? Kita sedang membawa Harry! Bagaimana jika kita terluka? Atau lebih parah Harry terluka??"

"Memangnya kau punya ide yang lebih bagus Remy?"

James menggelengkan kepalanya. Dua orang itu malah berkelahi tidak jelas! "Mari apparate saja! Ayo pegangan tangan." ucapnya mengulurkan tangan kirinya ke belakang, yang langsung dipegang Sirius. Remus masih terlihat ragu untuk menerima ajakan ber-apparate, dia masih memikirkan bahayanya. Splinching sangat menyakitkan di orang dewasa, apalagi bayi.

"AYO REMY!" Belum berkata apa-apa tangan Remus sudah dipegang James, sedangkan Sirius memegang lengan James, Harry berada di dekapan Sirius. Mereka apparate ke sebuah hutan tempat mereka pergi saat liburan musim panas. Lalu mereka berpindah ke atas bigben, lalu pindah lagi ke dalam Istana Buckingham, lalu mereka berpindah lagi ke depan Potter Manor. James yang sedang panik, mengeluarkan sihir dari tubuhnya yang langsung dikenali oleh gerbang manor sehingga membuatnya terbuka. Mereka berlari masuk. Sesampainya di dalam baru mereka merasa aman.

Di dalam terdapat Lily yang awalnya berkacak pinggang marah, namun langsung berubah khawatir. Belum sadar adanya Harry di dekapan Sirius.

"Kalian darimana saja? Tak tahukah kalian, aku bingung mencari-cari kalian!"

"Lily..." James sebenarnya tidak tahu ingin berkata apa, dia hanya berjalan ke Sirius, menggendong putranya dan menghadap kembali ke Lily.

"Oh... Harry?" Lily langsung menyambar Harry, memeluknya sangat erat. Hampir menangis atas kerinduannya pada putra tunggalnya. James juga ikut ikutan memeluk mereka berdua.

Sedangkan Remus dan Sirius saling memandang. "Mau ku peluk?" Mendelik tajam kearah Sirius, "Mau ku bunuh?" Meringis, Sirius menggelengkan kepalanya.

"Bagai-bagaimana kalian bisa mengambil Harry?" Lily yang sudah sedikit tenang beranjak ke arah sofa dengan niatan untuk duduk.

"Yah, kami hanya mengambilnya dari Petunia." Sirius mendapatkan pandangan tajam dari dua laki-laki yang berada diruangan itu.

"Mengambilnya dari petunia? Kalian menculik Harry? Tak tahukah kalian ini sangat berbahaya? Bagaimana jika Dumbledore memasang mantra pelindung disekitar rumahnya? Bagai-"

"Lily... Kami sudah mengecek dan tidak ada mantra apapun dirumah itu. Yah meski ketika Remus berhasil membuat Petunia tanda tangan surat adopsi, ada orang yang menyerang kami-"

"Siri!" "Padfoot!" Sirius lagi lagi berdoa untuk keselamatannya.

"Ada yang menyerang kalian!? James bisa kau jelaskan apa yang kalian lakukan tadi?"

"Tadi kami hanya mengambil Harry secara legal kok, petunia juga sudah menandatangani surat adopsi Harry. Namun kita langsung diserang oleh seorang kakek berjenggot putih, lalu kami kejar-kejaran.”
Alis mata Lily mengernyit. Penjelasan macam apa itu James? Sungguh, suaminya ini perlu belajar menjelaskan layaknya manusia dewasa.

“Siapa kakek itu?”

“Aku pun tidak tahu Lily, Moony apakah kau mengenalinya?” James malah melempar pertanyaan itu pada Remus.

“Jika aku mengenalinya, aku tidak akan menyebut dia kakek berjenggot putih James.” memutar bola matanya Remus berjalan mendekati sofa dan meletakkan pantatnya yang mulus di sofa empuk.

Merasa aneh berdiri sendiri Sirius mengikuti jejak Remus dan ikutan duduk. “Setelah ini apa yang akan kita lakukan?”

James menggelengkan kepalanya. “Tidak tahu Pads, yang jelas aku ingin berada di dekat Harry selama mungkin.”

“Baiklah, setelah berada di dekat Harry, apa yang akan kita lakukan?” Menatap Sirius dengan wajah heran, James mulai mempertanyakan kondisi kepala Sirius. Apakah dia tidak sengaja terbentur atap jam bigben yah?

“Ayolah James, masa kau tidak punya rencana apapun?”

“Tidak ada Pads, sungguh.” Sirius menghela napasnya seperti anak kecil. James berubah menjadi membosankan, begitu pikirnya.

Remus yang sedari tadi mencoba untuk menutup matanya dan tidur, menggagalkan rencananya. Dia pergi ke dapur berniat untuk mengambil kopi yang tentu saja dihentikan oleh House Elf. “Pergilah”

“Tidak Tidak, Misty tidak bisa membiarkan Tuan Remus untuk melakukan pekerjaan Misty.”

Remus mengerang, “Misty, aku perintahkan kamu untuk menghadap Master James.” seketika terdengar suara pop, dan Remus kembali sendirian di dapur. Baru saja membuka lemari untuk mengambil mug, suara 'pop' muncul kembali dan menutup lemari kayu tersebut.
“Grrrrrr.... Apa mau mu!”

“Misty bisa membuatkan kopi untuk Tuan Remus.”

“Aku,” sabar Remus, kau pasti bisa menahan diri. Sabar sabar.  “Biarkan aku untuk membuat ini sendiri oke Misty? Jika tidak aku akan kelepasan dan menghancurkan seisi rumah ini!”

“Baiklah Tuan Remus.” Misty pergi dengan bergetar.

Sekarang, kita melompat ke realita dimana Remus berhasil meminum kopinya dalam damai.

“MOONY!!!”

Remus mengerang(2), apalagi sekarang? Belum sempat ia menghabiskan kopinya.

“MONNY!!! TOLONG AKU!!!”
Ayolah Sirius biarkan Remus bersantai dalam damai sebentar.

“MOOOOOOOOOONNNYYYYYY!!!!!!”

“Lalalala aku tidak mendengarnya. Tidak, aku tidak dengar.”

“AAAAAAAAAAHHHHH”

Marauders is BackWhere stories live. Discover now