PROLOG

17.9K 1.5K 132
                                    

"Hari ini aku bertemu dengan Leila," ucap pria itu kepadaku.

Alastair Hanan Rishad menatapku menunggu jawaban. Aku mengedikkan bahuku dengan acuh tak acuh dan bertanya, "Oke?"

"She's back in Jakarta," ucap Alastair—Als bagiku.

"Oh, dimana?" tanyaku dengan gaya acuh tak acuh lagi. Aku Julienne—Juju—Sastrawidjaja tidak pandai dengan kata-kata apalagi perasaan. Jadi aku tidak pernah menunjukkannya dan terkadang aku kesulitan untuk mengatakan apa yang kumaksud. Bagi banyak orang aku terdengar seperti wanita yang dingin. Mungkin mereka benar.

"Leila mendapatkan posisi spesialis di Genesis, dibawah divisiku," Alastair menjelaskan.

"Oh," jawabku. Apa yang harus kukatakan kepadanya? Apa aku harus bertanya kepada Alastair apa ia senang bertemu dengan mantan pacarnya? Apa aku harus bertanya kepada Alastair apa yang mereka bicarakan?

Aku menaruh dua piring pasta untukku dan untuknya di tengah meja. Hari ini adalah hari aku tidak memiliki shift malam dan Alastair tidak memiliki banyak pasien. Jadi aku dengannya memutuskan untuk makan malam di apartemen pria itu yang telah kutinggali selama kurang lebih tiga tahun setelah menjalin hubungan dengannya.

Aku duduk berhadapan dengannya dan menatap pria itu yang sudah menatapku kembali. "Kenapa?" tanyaku kepada Alastair. Pria itu lima tahun lebih tua dariku. Ia adalah profesor kardiologi termuda di Genesis Medical Centre—rumah sakit swasta terkemuka di Jakarta. Sementara aku adalah dokter muda yang sedang menyelesaikan studi spesialisnya di bidang penyakit dalam. "Kamu menatapku," tambahku.

Aku dengan santai memakan makan malamku ketika ia membalas, "Kamu tidak ingin menanyakan hal lain kepadaku mengenai Leila?" tanya Alastair kepadaku.

"Hmm, harus?" balasku. "Aku tidak tahu apa yang harus kutanyakan."

Alastair sama sekali tidak menyentuh makan malamnya dan hanya menatapku. Aku berhenti memakan pasta-ku yang masih hangat dan menatap mata pria itu yang berwarna hitam. Wajah tampannya terlihat bingung dan aku mengerutkan keningnya. "Apa?"

"Leila akan bekerja denganku hampir setiap hari, Juju."

"Oke," aku mengangguk dan membalas Alastair. "Als, aku tidak tahu kenapa aku harus tahu semua ini. Bagiku kalau kamu dan Leila bertemu lagi, dan sekarang harus bekerja bersama-sama, aku tidak memiliki masalah. Lagipula siapa yang tahu kita memiliki hubungan? Err, ini juga bukan hubungan."

"Apa?" tanya Alastair kepadaku dengan bingung sekarang setelah aku mengucapkan kata-kata itu.

"Maksudku, kita—aku dan kamu, tidak eksklusif, bukan? Like boyfriend and girlfriend? Di rumah sakit juga aku tidak pernah berbicara denganmu apalagi menunjukkan aku sebenarnya tinggal denganmu. So, we're good."

Pria itu memperbaiki letak kacamatanya dan bertanya, "Apa?"

Aku dengan tenang dan santai berkata, "Aku tahu sejarahmu dengan Leila. Aku juga tahu kalau mungkin seisi rumah sakit akan membicarakanmu dengan Leila. Karena mereka mengenalmu dan dirinya terlebih dahulu sebagai pasangan. So, I'm just saying, don't make this awkward.

"Sementara kita bukan apa-apa dihadapan semua orang, kamu tidak perlu khawatir kalau aku melihatmu dengan Leila bekerja sama. In fact if you're going to spend so much time with her, I don't think I will worry at all. I'm just saying that I'm okay."

Aku menatap pasta-ku dan mulai memakannya lagi sementara Alastair sama sekali tidak menyentuh makanannya. "Makanannya nanti dingin," ucapku kepadanya. "Apa kamu masih ingin aku mengatakan sesuatu kepadamu?"

Alastair lalu menjawabku, "Kamu mengatakan semua kata-kata ini seolah-olah hubungan kita tidak penting sama sekali, Juju."

"Err, okay. But it's not that serious."

"Aku dan kamu?"

Aku mengangguk. "Just sex and more sex. Kebutuhan dua orang dewasa saja."

Alastair terlihat tersinggung dan marah ketika aku mengatakan kata-kata itu, dan pria itu membalasku, "Is that what this is for you?"

"Apa aku salah? Ketika aku masuk ke Genesis sebagai dokter magang, semua orang membicarakan kamu dan Leila. The 'it' couple so they say. Kamu belum mendapatkan gelar profesormu tapi kamu adalah dokter senior di Genesis dan Leila adalah salah satu muridmu juga. Semua orang membicarakan betapa kalian sangat cocok—pasien-pasien pun mengatakan hal yang sama karena kalian menyelesaikan kalimat masing-masing.

"But then she got a scholarship to Boston. Pada awalnya semua orang berpikir kamu dan Leila akan memiliki hubungan jarak jauh sampai salah satu dari kalian dikabarkan telah memutuskan hubungan. And then I came along—your rebound. We had sex—so much sex—and here I am living with you," aku tersenyum tapi Alastair sama sekali tidak membalas senyumanku ketika aku mengatakan kebenarannya.

"Aku tidak akan terkejut kalau besok kamu memintaku untuk keluar dari apartemenmu," tambahku. "If you love her and want her back now, siapa aku untuk melarangmu? Apa kamu sedang mencoba mengatakan itu kepadaku? Kalau kamu tidak enak denganku—aku tidak apa-apa. Is this conversation leading up to me that should pack my bags and leave your apartment? Aku tidak memiliki banyak barang. Aku tentu saja bisa keluar dari apartemenmu besok—"

"Aku tidak memintamu untuk melakukan apapun, Juju. I'm just saying she's back."

"Kalau kamu mau—"

"Tidak."

"Oke," aku mengangguk. "Aku merasa tidak akan lama, Als."

"Apa yang tidak akan lama?"

"Kamu dan Leila kembali bersama."

"And what about you?"

"What about me?" tanyaku tidak mengerti. "Kamu sendiri yang menjelaskan peraturan apa-pun-hubungan-ini dari awal—hanya seks katamu. Tidak lebih. Tidak kurang. I'm cool with that. Apa kita memiliki masalah, Als? Karena aku mulai tidak mengerti."

Pria itu terlihat marah dan kesal kepadaku. Aku tidak mengerti. Alastair Hanan Rishad bukannya harusnya bahagia mengetahui Leila Holden kembali dan sekarang akan bekerja bersama-sama setiap hari bersama dengan wanita itu?

Aku dengan santai dan bercanda berkata kepada Alastair, "Als, kalau kamu sama Leila kembali bersama, kamu tidak perlu makan makananku yang selalu kurang bumbu atau kelebihan, tahu. The perks of not having me around anymore should sound intriguing and fun to you."

Ode to the Stars | Makna #05Where stories live. Discover now