Awalan baru (3)

791 138 1
                                    

 Menulis semua pekerjaan yang ada pada meja belajarnya, anak itu menghela nafas pelan. Tangannya bergerak mencoret kertas guna menemukan jawaban yang dicari. Rambutnya diikat satu membuat wajah cantik anak itu terlihat jelas.

"Huff... akhinya," ucapan itu lolos dari bibir mungilnya sesaat (Y/n) berhasil menyelesaikan tugasnya. Sudah setengah tahun dia memulai kehidupan barunya, dan selama itu pula (Y/n) berusaha keras untuk bisa loncat kelas. 

Dia memiliki sekolah yang ia targetkan. Karena sekolah tersebut dapat terbilang elit, (Y/n) yakin isinya pasti anak-anak orang kaya ataupun pejabat. 

Tok!

Tok!

Tok!

"Tuan muda, saya membawakan anda cemilan malam ini." Suara tidak asing membuat (Y/n) memerintahkan sosok itu untuk masuk. Pria bersurai hitam itu meletakan sepiring biskuit pada meja (Y/n).

Anak itu melihat kearah sang pemuda. Tampan juga, dengan penampilan rapi dan senyuman itu (Y/n) yakin Isao adalah seseorang yang populer di sekolahnya. Benar juga, selama (Y/n) menjalani kehidupan barunya. Isao adalah satu-satunya orang yang berada disisinya.

Apalagi (Y/n) sesekali menangkap basah pelayan yang memfoto dirinya. Entah saat dia sedang makan, membaca, ataupun duduk di pinggir jendela kamar. Untuk apa mereka melakukan itu? Jawabannya jelas untuk membuat laporan pada Ichika.

"Tuan muda, apasaya di perbolehkan untuk berbicara pada tuan?" Tanya Isao masih berdiri disamping meja (Y/n). Anak yang kian mengemut biskuitnya menatap sang remaja sembari memiringkan kepala. "Katakanlah, Isao."

Mengangguk mendengar persetujuan dari (Y/n). "Saya mendapatkan surat dari sekolah tuan muda. Kepala sekola berkata bahwa tuan muda akan melompat kelas, beliau juga menjelaskan tentang keaktifan tuan muda dan berbagai prestasi yang tuan muda dapatkan sejauh ini, namun saya tidak berani mengiyakan hal tersebut karena itu adalah keputusan tuan muda. Apa tuan muda akan menerimanya?'

Sebentar, otak (Y/n) sedang memproses berbagai kata dari bibir Isao. Iris (E/c) sang anak melebar, mulutnya sedikit menganga. Perasaan senang yang lama tidak ia rasakan sejak berada dalam tubuh ini akhirnya muncul.

"Terima! Akhem... maksudku, tolong terima. Aku tentu tidak akan menolak permintaan dari kepala sekolah," ucap (Y/n) menenangkan dirinya agar tidak bersikap seperti anak-anak. Isao yang melihat itu terkekeh pelan. 

Tuan mudanya sangat lucu jika tersenyum, mengingatkan Isao pada Yua. Senyuman indah dan menggemaskan bagai mentari, dapat menyilaukan siapapun yang melihat senyuman tersebut. 

Sedikit membungkukan tubuhnya Isao berkata, "Sesuai perintah anda, tuan muda. Saya akan segera menjawab E-mail tersebut." Setelah ucapan itu terlontar, sang peduma memutuskan untuk undur diri.

Jantung (Y/n) berdebar, sungguh senang sekali rasanya. Tahap pertama rencana yang ia buat akhirnya berhasil. Namun ini masih permulaan, (Y/n) tau jalan panjang itu tidak terhenti sampai disini saja.

.....

Angin menyapu rambut panjangnya, ketika anak itu berlari melewati beberapa orang. Bola yang ia bawa sudah seperti teman lama baginya. Dalam kehidupan barunya yang gila, hal yang dapat membuat (Y/n) tetap waras hanyalah sepak bola.

Bagaimanapun dahulu dia tetaplah pemain profesional dunia. Namun sekarnag dia bukan siapa-siapa, melainkan anak kecil dengan trauma berat. Jangan salah, (Y/n) tidak pernah meremahkan hal seperti itu.

Karena itu dahulu dia benar-benar membesarkan Hiari dan Yuu dengan baik. Dia tidak ingin anak kecil mengalami trauma mendalam yang susah diatasi. Namun sekarang, ironisnya malah dia yang menjadi bocah dengan trauma. Dia pasti akan diejek Noa dan Jinpachi jika mereka mengetahui ini.

𝙿𝚛𝚎𝚝𝚝𝚢 𝚋𝚘𝚢Donde viven las historias. Descúbrelo ahora