Bab 15

478 49 7
                                    

Haechan menatap keluar jendela mobilnya dengan tatapan kosong. Ia juga tanpa sadar berkali-kali menarik dan menghembuskan napasnya dengan berat.

"Haechan." Mark yang berada di balik kemudi memanggil.

Tetapi tidak ada respon berarti si pemilik nama.

"Chanie Chan-chan," Mark segera menyesali apa yang baru saja keluar dari mulutnya. Nama panggilan itu terdengar benar-benar menggelikan.

Tetapi sepertinya hal itu berhasil membawa kesadaran Haechan kembali ke dunia nyata. Ia menjauhkan kepalanya dari jendela dan berbalik menatap Mark. "Kau memanggilku?" Tanyanya.

"Iya, Chanie. Kau melamun terus dari tadi. Apakah ada sesuatu yang mengganggumu? Kau bahkan tidak memainkan ponselmu." Tanya Mar dengan nada khawatir.

Haechan menatap Mark sambil mencebikkan bibirnya. "Aku tidak tahu.." rengeknya, ia terlihat menyedihkan.

"Apa kau ingin makan sesuatu?" Mark mencoba untuk membantu si lelaki malaikat memahami dirinya.

Haechan terlihat berpikir sebentar lalu menggeleng.

"Atau apa kau melakukan sesuatu? Mungkin kau bisa melihat hal menarik dari ponselmu. Menonton youtube? Bukannya kau keranjingan bermain instagram dan melihat foto anak anjing?" Mark tanpa menyerah bertanya lagi.

Haechan kembali menggeleng dengan cepat sebagai jawabannya. "Aku tidak mau melakukan hal itu, Mark. Aku merasa bingung." Ia masih memasang wajah cemberut.

"Apa kau bisa menjelaskan apa yang membuatmu bingung?" Mark bertanya dengan sabar sambil membagi konsentrasinya pada jalanan di hadapannya.

"Aku tidak tahu." Bisiknya, pelan. Lelaki malaikat itu terlihat gundah.

"Apa kau merasa sedih?" Mark membaca ekspresi Haechan.

"Sedih?" Haechan bertanya, lebih kepada dirinya sendiri. "Mungkin. Aku tidak tahu." Jawab lelaki malaikat itu.

"Kau mungkin merasa sedih." Mark menyimpulkan.

"Aku sedih." Akhirnya Haechan mengangguk setuju. Bibirnya melengkung ke bawah dan matanya sedikit berkaca-kaca.

Mark akhirnya memilih untuk menepikan mobilnya untuk memberikan Haechan seluruh perhatiannya. "Kau bisa mengatakan apapun padaku. Apa yang mengganggu isi hati dan pikiranmu, apa yang membuatmu sedih. Kau bisa mengatakannya padaku, Haechan-ah." Ujar Mark dengan suara sangat lembut dan memberikan usapan pada bahu lelaki malaikat itu.

"Aku bingung," lirih Haechan. "Aku tidak tahu apa yang membuatku sedih. Hanya.. tiba-tiba hatiku terasa sakit dan aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Tidak ada hal yang ingin kulakukan."

"Aku mengerti." Mark menarik Haechan ke dalam pelukannya dan mengusap pelan punggung lelaki itu.

"Aku juga takut, Mark." Tambah Haechan. "Jantungku berdebar tidak karuan." Dan kini lelaki itu mulai menangis di dalam pelukan Mark.

Sebenarnya Haechan tahu apa yang terjadi pada dirinya. Ia tahu apa yang membuatnya sedih dan takut. Ia bingung dengan pilihannyaㅡwalaupun Haechan merasa ia tidak akan pernah melakukannya, karena ia tidak akan pernah mampu melakukannya. Ia tidak bisa meninggalkan Mark, tetapi ia juga tidak bisa tinggal di bumi untuk selamanya.

Haechan sangat ketakutan, ia tidak ingin menyakiti Mark, lelaki malaikat itu sangat mencintai sang manusia.

Hatinya begitu perih, takdir membawanya pada sesuatu yang tidak pernah ia inginkan. Takdir memaksa Haechan melakukan sesuatu diluar kemampuannya.

Mark melepaskan pelukannya, "apa yang kau takutkan, Haechan?" Tanyanya dengan suara pelan.

"Aku juga tidak tahu." Bohong Haechan. "Tapi di siniㅡ" ia menunjuk dadanya sendiri. "Rasanya sakit sekali."

My AngelWhere stories live. Discover now