Pernah merasa kalau dunia itu tidak adil? Pernah merasa kalau hidup lebih lama itu rasanya sangat mustahil?
Semua rasa sakit yang diterima tanpa ada penawar
adalah penyebab dari itu semua, semua luka ada
padanya, ia menanggung semuanya.
Hwaloooo!!! Anw, how's your day? Is everything good?
WARNING>>
Cerita ini memuat beberapa adegan kekerasan juga perkataan yang kurang pantas, ambil baiknya buang buruknya, be smart reader pls.
01. ZARA, DAN KESALAHANNYA.
Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.
Happy Reading.
<<<•>>>
"KENAPA LO HARUS ADA DI BUMI?!"
Suara itu terdengar besar, membuat mereka yang ada disekitar memusatkan perhatian ke sumber suara, juga mengangkat kamera ponselnya, jika memori di kepala tidak bisa menyimpannya, maka memori ponsel yang akan mengabadikannya.
Mereka merekam dengan terang-terangan, perempuan yang sedang di pojokkan.
"Kalo bisa milih, gue juga gak mau ada di bumi, apalagi ada lo di dalamnya." Kata Zara membalas tatapan tajam mereka dengan tatapan tenang.
Bukan begitu? Manusia itu makhluk serakah, manusia itu makhluk yang tidak punya rasa puas, jika bisa pasti mereka akan memilih takdir yang senang, yang memberi banyak kehidupan, yang tidak mengharuskannya menangis ditengah malam.
Tapi sayangnya, manusia tidak ada hak untuknya, takdirmu sudah ditakar dengan takaran yang seadil-adilnya, jika bagimu tidak adil begitu juga bagi orang lain, jadi bukankah itu adil?
Zara beranjak dari sana, meninggalkan orang-orang gila yang terus saja mengusik hari-harinya, tapi baru selangkah kaki itu menjauh, tangan seseorang lebih dulu menarik rambutnya dari belakang.
"Siapa yang nyuruh lo pergi?" Tanya Johan.
Zara menepis tangan Johan, "jauhin tangan lo anjing!"
"Ck, sombong banget lo, cantik juga kagak." Sahut Galang sambil melemparkan bekas minuman soda ke kepala Zara.
Suasana makin riuh, tidak ada guru yang peduli, karena memang ini sudah terjadi hampir setiap hari, guru-guru memilih untuk membutakan mata dan menulikan pendengarannya. Memilih aman untuk diri sendiri, itu yang utama.
Katakan ia lemah, tidak punya tenaga yang cukup banyak untuk melawan mereka semua.
Mereka secara bersamaan menyerangnya, mengerubunginya, tangan Zara di pegang seseorang dari belakang, kalau sudah begini apa yang bisa ia lakukan?
Cowok dengan penampilan acak-acakan itu maju, berdiri tepat didepan Zara, diam dan menatapnya. Dia Eza.
"Lo jelek banget sih, Ra." Eza mengoleskan kecap ke kedua pipi Zara, entah darimana cowok itu mendapatkannya, yang penting sekarang pipi Zara penuh kecap.
