'26

1.4K 185 67
                                    

Targa saat ini lagi di jalan di temanin sama istrinya untuk mengambil pesanan makan siang buat di markas. Karena Targa sebelum berangkat udah mesan duluan, jadi dia tinggal ngambil aja kesana.

Targa melirik ke arah Jeci yang memandang jalanan sambil memeluk boneka beruang miliknya. Targa mau nanya Jeci trauma atau nggak sama kejadian tadi, tapi dia malah ingat Jeci baru aja ikut nyanyi sambil mengelilingi anak anak tadi.

"Je, jangan bilang ke siapa siapa ya, yang tadi cuma main perang perangan aja." Cegah Targa duluan sebelum mulut ember Jeci keluar.

"Iya om, udah di kasih tau sama paman Arsen." Jawab Jeci masih memandang jalanan yang ia lewati.

"Je."
"Arsen sama Enzy nggak pernah ngatain cinta ke lo kan?" Tanya Targa.

"Ngatain cinta itu kaya gimana?"

"Kaya bilang suka ke lo, atau bilang i love you."

Jeci nampak mengingat ngingat, kemudian ia menggeleng. "Nggak pernah om."

Targa lega setidaknya 2 temannya itu nggak ngelewatin batas.

Targa melirik Jeci yang kembali melanjutkan kegiatannya, yaitu memandangi jalanan. Targa kemudian menepikan mobilnya di samping Gang.

"Om udah sampai?" Tanya Jeci menoleh ke arah Targa.

Targa menggeleng, ia menggenggam tangan Jeci. "Je kangen, mau peluk."

Jeci menatap Targa aneh.

Targa menurunkan sandaran kursinya kebelakang agar ia bisa berpindah tanpa harus keluar dari mobil. Setelah sandaran kursi di turunkan, Targa langsung berpindah duduk ke belakang, ia bahkan menarik Jeci untuk mengikutinya.

BRAK

Suara renyah yang di sebabkan oleh Jeci karena terjatuh akibat kakinya tersangkut di kursi depan, dan akhirnya Jeci terjatuh di bawah kursi.

"Pffttt." Targa menahan tawanya melihat posisi Jeci yang kaya supermen mau terbang.

"HAHAHAHAH KOCAK AMAT COKK, SUPERMAN MAU TERBANG NYIHAAA." Yah dan akhirnya Targa nggak bisa menahan ketawanya, bahkan sampai mengeluarkan air mata saking ngakaknya.

Targa itu bukannya di tolong dulu istri mu, ya ampun malah di ketawain.

Targa memegang perutnya berusaha menghentikan ketawanya. Ketika ketawanya sudah mulai reda, Targa menatap Jeci heran, kok nggak ada suara sama sekali?

"Je?" Panggil Targa memegang punggung Jeci.
Targa makin dibuat bingung, soalnya dia kan nggak bisa liat wajah Jeci, jadi dia nggak tau Jeci pingsan atau apa.

Karena khawatir, Targa lansung membenarkan posisi kursi yang di depan sebelum mengangkat tubuh Jeci kemudian mendudukkan nya dikursi, dan ternyata Jeci nya nangis. Bibir dia kerucutin, dan terus menarik ingus yang mau keluar.

"Je apa yang sakit?" Tanya Targa mencek satu persatu tubuh Jeci.

Jeci diam aja sambil terus menghapus air matanya menggunakan kedua tangannya.

"Je gua minta maaf ya. Apa yang sakit? Bilang ke gua!" Paniknya.

"Astaga benjol." Ketika Targa mencek kepala Jeci, ternyata dia menemukan benjolan di atasnya. Targa langsung mengambil rambut Jeci lalu meniupnya, setelahnya ia menekan benjolan itu secara pelan dengan rambut Jeci. Targa dapat ilmu itu dari ibunya, biasanya dia kalo habis jatuh terus dapat benjolan, pasti ibu mengurut benjolannya pakai rambut.

"Tahan bentar ya Je, biar sembuh." Targa terus menekan nekan secara pelan kepala Jeci dengan rambut Jeci sendiri.

"Omm udahh, kepala aku sakit." Ringis Jeci berusaha menghentikan tangan Targa.

JeciTargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang