27# Tetap tinggal

136 25 1
                                    

“Pada akhirnya aku terjebak dalam dua pilihan sulit.”

-----oOo-----


Suasana hening serta bau obat-obatan menguar di seluruh penjuru ruangan. Di satu ruangan itu terdapat seorang wanita paruh baya terduduk di samping brankar seorang lelaki yang tengah terbaring lemas tak berdaya. Tangannya senantiasa menggenggam tangan buah hati satu-satunya. Mulutnya tak henti-hentinya merapalkan doa-doa.

“Nak, bangun ya. Mama di sini.” Air matanya mengalir sambil terus mengusap punggung tangan anak semata wayangnya.

“Sa_” ucapannya terjeda saat melihat pergerakan tangan Nathan.

“Ma...”

“Iya, nak. Ini Mama. Kamu gak papa? Ada yang sakit? Mana yang sakit, hemm?” Wanita paruh baya itu tersenyum bahagia saat melihat putranya membuka mata. Tangannya terulur mengusap pipi Nathan.

Dengan perlahan, Nathan menggeleng.

“Ma...”

“Iya, nak. Kenapa?”

“Nathan tadi habis mimpi,” ujar Nathan.

“Mimpi?” tanya Mamanya.

“Iya. Nathan kayak terbangun di suatu tempat gitu. Banyak pepohonan sama bunga-bunga. Tapi badanku gak bisa digerakin semua, ” terangnya.

Mama Nathan mengernyit, “Hah?”

“Terus dari kejauhan aku lihat ada seseorang,” sambungnya.

“Siapa?”

“Ara,” jawab Nathan.

“Ara?”

“Iya, Ma. Ara datang sambil nangis. Aku mau bicara tapi gak bisa. Kayak semuanya kaku. Habis itu dia pergi sambil nangis terus. Aku mau teriak tapi gak bisa. Dia terus menjauh sambil noleh ke belakang. Wajahnya masih sama, nangis,” jelas Nathan.

“Nggak, itu cuman mimpi, sayang. Ara gak akan ninggalin kamu. Bahkan Mama, Papa, semua teman-teman kamu gak akan ninggalin kamu,” ujarnya sambil mengusap pipi Nathan.

“Mama temenin kamu sampai sembuh. Semangat ya, nak.” Namun Nathan hanya tersenyum lemah.

“Ada Ara di depan. Mau Mama panggilin?” tanya Mama.

“Ara di sini?” Nathan spontan membelalak.

“Iya, kamu gak ingat? Dia dan teman-temanmu yang bawa kamu ke sini,” jawab Mama

Nathan diam sejenak.

“Mama panggilin dulu.” Baru saja hendak beranjak, terlihat Raka dan lainnya memasuki ruangan. Sehingga wanita paruh baya itu mengurungkan niatnya.

“Assalamu'alaikum.”

“Wa'alaikumsalam.”

“Nathan udah sadar?” Faren mendekat. Terlihat dengan jelas guratan khawatir di wajahnya.

Sedangkan Nathan hanya tersenyum sebagai jawaban.

“Nak Ara mana? Udah pulang?” tanya Mama Nathan pada mereka.

“Tadi Alvan bilang saya buat ngobrol bentar sama Ara, tante. Mungkin sebentar lagi datang, ” Haidar menjawab.

Nathan dan Mamanya bertukar pandang sejenak. Tiba-tiba pintu terbuka memunculkan Ara dan Alvan.

Gadis itu masih terisak berjalan mendekati Nathan.

“Lo udah sadar?” tanyanya masih dengan matanya yang sembab.

Asrama AsmaraㅣNCT Dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang