28# Too good at goodbye

146 23 4
                                    

“Meskipun perpisahan ini sulit untuk ku terima. Tapi aku harus sadar jika perpisahan adalah bentuk konsekuensi dari perjumpaan.”

-----oOo-----


Suasana minggu pagi di asrama berjalan seperti biasa. Semuanya berada di meja makan untuk sarapan terkecuali Ara. Gadis itu menginap di rumah sakit hanya untuk menemani Nathan.

“Jadi, udah lama Nathan sakit?” tanya Ibu.

Alvan di sana mengangguk, “Iya, Buk. Dia gak mau semuanya tau soal penyakitnya. Makanya dia diem aja.”

“Tapi kok bisa dia kelihatan baik-baik aja selama ini? Kenapa Ibuk gak tau apa-apa?” ujar Ibu lagi.

“Kami aja gak ada yang tau, Buk.” Raka di sana ikut menyahut.

“Faren yang sering nyanyi di cafe tempat dia part time aja gak sadar kalo Nathan punya penyakit, Buk,” celetuk Faren.

“Abi sama Aji juga gak nyadar, Buk. Padahal kita udah lumayan deket sama Bang Nathan,” ujar Abi.

Sedangkan Aji yang semula mengaduk asal nasinya kini berhenti. Netranya hanya menatap nasi itu sendu.

“Gue sebenarnya udah nyadar waktu ke rumah sakit sama Kak Ara waktu itu. Waktu gue keracunan susu pisang,” kata Aji.

“Maksudnya?” tanya Alvan.

“Gue ketemu Bang Nathan sama mamanya di rumah sakit. Waktu gue lihat, emang dia kayak lemes gitu. Tapi dia berusaha kayak keliatan baik-baik aja bikin gue gak sampai mikir kalau dia ada penyakit dan percaya aja pas dia bilang mamanya yang sakit,” jelas Aji.

Semuanya mengangguk paham.

“Maaf ya, semuanya.” Semuanya spontan menoleh mendengar ucapan Alvan.

“Maaf, gue udah ikut nyembunyiin ini semua.”

Abi membelalak seraya berkata, “Bang, jadi selama ini lo udah tahu?”

Alvan hanya mengangguk kikuk. “Gue udah mau bilang ke kalian. Tapi gak dibolehin sama dia. Jadi, gue gak ada hak buat itu,” terangnya.

“Van, kok kamu gak bilang Ibuk?” Ibuk ikut menyahut.

“Maafin Alvan, Buk.”

Seketika helaan napas panjang lolos begitu saja. Semuanya tak menyangka jika Nathan yang selalu ceria ternyata menyimpan luka di dalam dirinya. Selama ini lelaki itu berjuang melawan monster yang menggerogoti hatinya tanpa diketahui semua penghuni asrama.

“Gue jadi merasa bersalah selalu ngerepotin Bang Nathan,” ujar Aji di sana terdengar seperti sebuah menyesalan yang mendalam.

Raka yang berada di sampingnya pun mengusap pundak si bungsu asrama berusaha menenangkan. “It's okay, Ji. Nathan pasti sembuh kok. Ini semua sudah kehendak Yang Maha Kuasa. Kita hanya perlu mendoakan agar dia cepet sembuh.”

“Udah berapa hari dia di rumah sakit?” tanya Ibu.

“Ini hari ketiga, Buk,” jawab Alvan.

“Nanti antar Ibuk kesana ya, sekalian bawain makanan buat Ara,” ujar Ibu pada Alvan. Lelaki itu hanya mengangguk.

Tak disangka, kegiatan sarapan yang biasanya diiringi dengan guyonan-guyonan, kini berubah sendu seketika. Haidar yang biasanya selalu bertingkah pun kini hanya bisa diam.

Entahlah apa yang ia rasakan saat ini. Ia ikut sedih perihal Nathan. Tapi lelaki itu juga merasa kesal saat mengingat Ara lebih memilih bersama Nathan ketimbang dirinya.

Asrama AsmaraㅣNCT Dream ✔Where stories live. Discover now