Tentrasette

899 547 0
                                    

BAB 37
───────────
SAD GIRL 

Musim gugur membuat daun-daun berguguran sehingga saat musim dingin datang kebanyakan pohon seperti mati, berdiri tegak sendirian kehilangan segalanya. Walau begitu, rasanya baru kemarin tapi orang-orang sudah kembali menyambut musim panas.

"Cukup. Break."   

Tarikkan napas yang tidak teratur terdengar merdu, rambutnya basah karena keringat. Jeanette melewati hari-harinya di markas Ekso, kadang-kadang dia pergi keluar dengan Jaemin yang tetap di bawah pengawasan Kai dimana itu menjadi salah satu rencananya. 

"Sedikit lagi, ayo." Wajah Kai bisa dilihat jelas oleh Jeanette yang sedang tiduran terlentang. Badannya terasa lengket karena keringat.  

"Give me a few seconds." 

"Few seconds oke, one...two...three..." 

Jeanette memejamkan matanya sebelum membukanya lagi, dia seharusnya bilang menit bukan detik. Dirinya tiba-tiba ditarik secara paksa, begitu cepat sampai Jeanette merasa tidak  bisa mengkalkulasikan apa yang harus ia lakukan hanya saja dia tidak menyangka kalau tubuhnya bergerak sendiri secara refleks. 

BRUKGH! 

Badan Kai terbanting ke lantai. Cowok itu tertawa, melihat ke arah Jeanette dan memberi senyumannya. 

"Bravo! Good job Jeanette." 

"Sakit nggak?" 

"Biasa sih." 

Kai kembali duduk, merilekskan otot-ototnya terlebih punggungnya yang agak ngilu. Jeanette mengambil satu botol minum untuk dirinya dan satu lagi untuk Kai. 

"Bagus, kau berkembang cepat, aku puji konsistenmu," kata Kai lantas menegak setengah air di botol itu. 

"Ini sudah musim panas, aku tidak sebagus itu. Terlalu lama juga aku membuat Jaemin menyingkirkan Beatrix." Jeanette bergabung di sebelahnya. 

Kai diam, dia melihat pada Jeanette yang sama diamnya. 

"Kau yakin rencana ini berhasil?" 

Pembicaraan mereka menjadi serius beberapa menit ke depan. Benar kalau dia adalah orang yang naif, bahkan beberapa hari belakangan ini dia tidak menemukan alasan kenapa dia harus melakukan ini pada Jaemin. Apa yang dia inginkan adalah semuanya selesai, selesai tanpa harus ada pembalasan lagi. 

Jika semuanya terus dibalas, kapan semua ini bakalan selesai? Bisa-bisa akan ada orang lain yang tidak bersalah lainnya ikut terseret.    

Persis setahun yang lalu, cowok itu datang tanpa diminta, menghampirinya yang sedang duduk sendirian di bar. Dia bukan lagi seorang jaksa, entah apa julukannya, mungkin monster kecil kedengaran oke. 

Orang-orang terdekatnya mulai dirampas sejak saat itu, amarah dan kekecewaan memenuhi perasaanya hingga dia berada dititik ini. Padahal kalau dipikir-pikir, Jeanette tidak akan mati kesepian, kadang dia berpikir kalau keputusannya waktu itu salah. Mungkin lebih bagus kalau dia melarikan diri ke negara terpencil dan menyelesaikan urusannya sendiri. 

Yah, begitulah yang ia pikirkan sebelum malah melenceng ke sini. Memang kurang benar kalau membuat keputusan ketika marah. Kini kalau dipikir-pikir dia masih belum menentukan mau mengikuti rencana A atau rencana B. 

"Aku singkirkan Beatrix dan kau singkirkan kumpulan brengsek itu." 

Jeanette berhenti memikirkan perjanjiannya dengan Jaemin malam itu ketika pintu terbuka, membawa Sehun masuk ke dalam. Pria itu melepas topinya, wajahnya kelihatan stress.

[II] Summer √Where stories live. Discover now