Malam Mendebarkan !

217 12 8
                                    

Junod keluar kamar mandi dengan rambut basah, celana bahan pendek berwarna hitam, dan kaus polos berwarna putih.

Membuat ketampanan pemuda itu bertambah berkali-kali lipat, Fatimah yang ada di depan cermin meja rias sampai harus memalingkan wajahnya. Kulit pipi sampai lehernya terasa memanas, Fatimah sampai harus mengipasi pipinya dengan kedua tangan.

Siapa tahu bisa sedikit meredakan hawa panas yang tiba-tiba merambat di sekitar wajahnya kan.

"Kamu kenapa ?" Tanya Junod dengan kening berkerut.

"A-ah.. nggak papa A', a-aku mau mandi du-dulu !" Fatimah tergagap, buru-buru beranjak berdiri dan ingin segera masuk kedalam kamar mandi.

Namun, karena terlalu semangat ingin segera melarikan diri. Fatimah sampai tak sadar sudah menginjak ujuk jarik yang di kenakan nya. Sampai membuat gadis itu hampir terjerembab.

"Hati-hati Fatimah, pelan-pelan aja kalau jalan !" Ucap Junod dengan masih memegangi pinggang sang istri, membuat detak jantung Fatimah semakin berlomba ingin meledak.

"I-iya A', maaf !" Kata Fatimah dengan pandangan menunduk, menggeliat ingin segera di lepaskan.

"Jangan gugup gitu, aku nggak akan maksa kalau kamu belum siap !"

Fatimah dengan otomatis menoleh, karena ucapan yang baru saja Junod berikan.

"A-apa ? Siap apa maksudnya, A' ?" Tanya Fatimah memberanikan diri.

Junod tersenyum, dan melangkah lebih mendekatkan diri. Membuat Fatimah otomatis mundur satu langkah.

"Siap menyerahkan diri seutuhnya" suara Junod terdengar rendah, "Jadi milikku selamanya !".

Setelah mengatakan itu, dengan entengnya Junod memajukan wajahnya, dan mengecup singkat kening sang istri. Setelahnya berjalan menjauh dan keluar kamar.

Tanpa mau bertanggung jawab, sudah membuat anak gadis orang jadi patung bernafas di tempatnya berdiri saat ini.

"I-itu barusan a-apa ?" Gagap Fatimah, dengan nafas naik turun tak karuan, "Ya Ampun, bisa mati muda aku kalau kayak gini... Eh ! Astaghfirullah !"

Fatimah buru-buru menyadarkan diri, dan langsung masuk ke dalam kamar mandi masih dengan memegangi dadanya yang berdetak kencang.

Tanpa gadis itu sadari, kalau sedari tadi Junod melihat tingkah lucu nya. Dan tersenyum geli, menandakan dirinya cukup terhibur melihat kelucuan sang istri.

"Sepertinya hari-hari ku akan lebih berwarna mulai saat ini !" Gumam Junod, sebelum benar-benar berlalu.

Junod melihat keadaan rumah yang sudah sepi, karena memang waktu sudah menunjukkan tengan malam. Para kerabat dan keluarga nya memang tadi cukup lama tinggal dan mengobrol dirumah ini.

Junod menuju dapur, dan mengambil sebotol air mineral yang masih tersegel kemasannya dari dalam lemari pendingin.

"Apa kamu lapar, Nak ?" Suara lembut di belakang Junod membuat nya langsung menoleh.

Umi Salma berdiri dengan baju daster panjang dan jilbab panjang yang selalu di pakai sewaktu di dalam rumah.

"Emm.. nggak Umi, cuma haus aja" kata Junod mencoba terbiasa, dengan interaksi antara ibu dan menantu ini.

"Kenapa bukan Fatimah saja yang mengambil, jadi nak Junod yang repot-repot ambil sendiri" ucap Umi Salma dengan berjalan mendekat, mengambil teko kecil dari dalam lemari kabinet dan mengisinya sampai penuh.

"Nggak papa Umi, Fatimah masih mandi. Dan aku juga udah biasa apa-apa sendiri kok" kata Junod dengan tersenyum singkat.

"Ya mulai sekarang harus biasa di layani, karena Fatimah bisa dapat pahalanya dari melayani suami dengan tulus dan ikhlas" Umi Salma menaruh teko kecil di atas nampan, bersama dua gelas di sampingnya.

Putih abu-abu ( Junod & Gadisnya)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum