Selalu Jatuh Cinta

168 13 2
                                    

"Aduh, manten baru bangun nya sampai kesiangan" Xiren meledek Fatimah yang memang bangun kesiangan saat solat subuh berjamaan tadi.

Fatimah dan Junod baru bergabung dengan yang lainnya saat solat jamaah sudah akan di mulai, terlihat sekali kalau mereka berdua memang baru bangun dan muka bantal keduanya sudah tersamarkan oleh air wudhu.

"Iiihh kak Xiren jangan ngeledekin dong" Fatimah tersipu malu.

"Nggak papa loh dek, nggak usah malu gitu. Kakak juga pernah jadi pengantin baru loh" Xiren menaruh gula dan teh ke dalam beberapa gelas di depannya.

Saat ini Fatimah dan kakak ipar nya itu memang sedang berada di dapur, menyiapkan teh dan camilan ringan lainnya untuk di hidangkan. Sambil menungu sarapan siap.

"Tapi emang Fatimah kesiangan karena capek kak"

"Ya kakak juga tau dong, kamu pasti kecapean"

"Tapi kita beneran kecapean karena begadang ngobrol loh kak, jadi kaka Xiren di larang mikir yang nggak-nggak loh !" Fatimah menampilkan wajah penuh keseriusan, yang membuat kakak ipar nya itu malah jadi tertawa kecil.

"Iya dek, jangan panik gitu dong, kakak tau loh kalau kalian ini belum ngelakuin yang iya-iya" kekek Xiren dengan menuang air panas ke masing-masing gelas.

Fatimah malah terlihat bingung dengan perkataan kakak ipar nya itu, "Kok kak Xiren bisa tau sih, kalau aku sama Aa' belum, Emm..." Fatimah malu jika harus meneruskan kata-kata nya.

Xiren menghadap adik ipar nya dengan senyuman lembut, "Kakak jelas udah lebih pengalaman dari kamu ya sayang, jadi kakak tau mana manten yang udah gol dan belum."

Fatimah cemberut dengan istilah kakak ipar nya ini, "Kak Xiren nih bener-bener ya, sekarang jadi suka ngomong nakal !"

Xiren terkekeh dengan menangkup kedua pipi Fatimah, "Soalnya adik kakak yang imut ini udah sah jadi istri, jadi udah pastes buat di ajak ngomong yang iya-iya".

"Kakak, iihhh !"

"Ehhmmm..."

Suara di belakang tubuh Fatimah membuat gadis itu reflek menoleh ke belakang sampai kain bawah gamis nya tak sengaja terinjak, membuat keseimbangan Fatimah oleng. Untung saja Junod dengan tepat menangkap tubuh istrinya sebelum benar-benar terjerembab.

"Astagfirullah Fatimah !" Xiren sampai terkejut.

"Nggak papa kak, jangan jalan cepet gitu... kak Xiren masih hamil kan ?" Junod lebih khawatir melihat istri dari Bara itu, dengan perut buncitnya masih sangat lincah kesana kesini.

"I-iya kak, jangan kaget-kaget gitu" ucap Fatimah dengan melepaskan dirinya dari rengkuhan sang suami, sebelum detak jantung nya semakin tak karuan terdengar sampai kemana-mana kan.

"Kamu itu yang jadi tersangka kakak sampai bisa kaget gini !" omel Xiren dengan gelengan kepala.

"Ya aku juga kaget waktu denger suara nya A' Junod" kilah Fatimah dengan membenarkan hijab nya yang sedikit miring.

"Orang sama suara suami sendiri kok kaget kamu ini !" Xiren kembali fokus pada nampan yang berisi gelas-gelas teh di depannya.

"Ya kan belum terbiasa kak" kata Fatimah dengan wajah bersemu kembali menatap Junod, "Ini Aa' juga ngagetin banget deh."

Junod tersenyum tipis, "Aku nggak ada maksud buat ngagetin loh, cuma mau bantuin bawa minuman nya. Kasian kalau gadis kecil sama bumil harus bawa nampan berisi gelas banyak gini"

Fatimah tersenyum malu-malu. Kenapa suaminya ini pagi-pagi sudah manis sekali, membuat Fatimah tak bisa berhenti tersenyum sedari tadi.

"Ya udah yuk ke depan, ini yang lain udah nungguin pasti" Xiren mengajak pasangan baru itu untuk segera ke depan.

Xiren berjalan lebih dulu, sedangkan Junod yang membawa nampan minuman berjala di belakang nya bersama Fatimah yang membawa dua kueh kering di tangannya.

"Kok lama sih sayang ?" Bara yang sedang memangku Yusuf langsung bertanya saat melihat istrinya datang.

"Iya ini, pasangan baru nya tadi saling goda dulu di belakang" Fatimah langsung menyapa anaknya yang terlihat kegirangan melihat kehadirannya.

Bara mendekatkan bangku di sampingnya untuk Fatimah duduk, agar lebih dekat dengan anak mereka. Fatimah dan Junod terlihat, dan mereka langsung menjadi pusat perhatian.

"Haduh, nak Junod. Jadi kerepotan gini ya ?" Umi Salma menerima nampan dari tangan menantunya, dan membagikan nya kepada anak dan suaminya.

"Nggak ngerepotin kok Umi, bantuin istri sendiri bukan berarti merepotkan" ucap Junod dengan tersenyum tulus, dan lalaki itu menarik kursi untuk Fatimah duduk.

Mereka jadi duduk berdekatan, membuat Fatimah semakin berdebar. 

Junod ini benar-benar type lelaki yang mengedepankan aksi dari pada banyak kata. Membuat Fatimah jatuh cinta berulang-ulang. Dari awal Junod sudah berhasil mengambil hati Fatimah sepenuhnya.

Namun Fatimah masih memiliki sedikit rasa takut. Takut jika Junod menerima pernikahan ini karena keterpaksaan dari kedua belah pihak saja.





You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 13, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Putih abu-abu ( Junod & Gadisnya)Where stories live. Discover now