Kehidupan ke Sembilan Belas

97 14 2
                                    

Malam itu penuh bintang, rembulan menyinari dengan sinarnya yang tak terlalu terang, disini di belahan bumi yang tak terlalu luas telah lahir seorang anak laki-laki tampan yang mempesona siapa saja yang melihatnya.

"Selamat atas kelahiran anak kedua anda, bayinya sehat tanpa ada cacat apapun."

Perawat itu berjalan ke arah brankar dengan membawa bayi dalam gendongannya, bayi yang masih merah itu tampak tenang dalam gendongan perawat cantik ini.

"Sus, kenapa anak kami tidak menangis? Apakah ini baik-baik saja?" Ayah bayi laki-laki ini terlihat khawatir, pasalnya sejak awal anaknya itu tidak mengeluarkan tangisnya, ia masih ingat putri pertamanya dulu bahkan menangis sepanjang malam pada hari kelahirannya.

"Kau pikir aku bayi? Ah iya sih aku menjadi bayi lagi saat ini, tapi biarlah aku terlalu malas untuk menangisi kehidupanku yang sudah pasti akan menyiksa ini."

Bayi dalam gendongan itu menatap mata ayahnya, kalian tidak salah, suara hati tadi adalah milik bayi mungil yang bahkan baru saja lahir beberapa jam yang lalu.

"Sayang, kau ingin menamai anak kita siapa?"

Wanita yang masih terlihat cukup lemah itu menatap suaminya, tatapan cinta yang sungguh membuat siapapun akan iri dibuatnya.

"Sungguh, aku tak ingin mendengar nama yang sama selama delapan belas kehidupan."

Bayi kecil itu semakin diam tak bereskpresi, sementara orang tuanya menatap penuh khawatir.

"Aku sudah menyiapkan satu nama yang sangat cocok untuknya," ucap laki-laki tigapuluh tahunan itu menatap istri dan anaknya bergantian.

Wanita itu menatap penuh pertanyaan pada suaminya, tangannya perlahan ia gerakkan mengelus kepala mungil putra yang baru saja dia lahirkan.

Laki-laki itu tersenyum, menatap istrinya dan berkata, "Xiao Zhan."

"Sudah kuduga, ayolah kenapa setiap orang tua yang menjadi orang tuaku selalu menamaiku seperti ini. Aku bosan tahu sembilan belas kali hidup dengan nama yang sama."

"Sean Xiao Zhan, aku mengharapkan dia menjadi laki-laki yang bisa membimbing dirinya dan orang lain, menjadikan namanya sebagai kekuatan yang tak akan mampu menggoyahkannya serta membuat kita sebagai orang tuanya merasa bangga dengan apapun pilihan dan masa depannya nanti."

Laki-laki itu tersenyum kembali, ditatapnya anak dalam gendongannya yang tersenyum walau sekilas.

"Sepertinya selera mereka tidak buruk, walau aku tetap bosan dengan nama ini."



________

Malam berganti dan waktu terus berjalan, bayi laki-laki itu telah tumbuh menjadi remaja delapan belas tahun yang bisa dibilang tampan dan manis, tanpa kekurangan apapun dalam delapan belas tahun kehidupannya ini.

"Sean, kenapa kau lama sekali? Kau ini laki-laki tapi bersiap pergi menonton saja lama sekali."

Wanita dua puluh lima tahunan itu masuk ke dalam kamar adiknya, dirinya sudah lelah menunggu selama empat puluh lima menit, entah apa saja yang dilakukan adiknya dalam kamar.

"Dari tadi kau, aish kenapa kau belum siap juga? Apa kau harus merias wajahmu sampai empat puluh lima menit terasa kurang?"

Wanita itu terkejut, pasalnya dirinya saat ini menemukan adiknya ini menatap cermin dan tidak melakukan apa-apa, entah apa yang dia lamunkan sejak tadi.

"Jie, kenapa kau sembarangan masuk ke dalam kamarku. Aku kan sudah bilang tunggu lima menit lagi, dasar tak sabaran." Remaja itu merengut kesal menatap kakak perempuannya yang tiba-tiba mengomelinya, ah hilang sudah lamunannya sejak tadi.

"Kau bilang lima menit itu tiga puluh menit yang lalu Sean Xiao Zhan."

"Jie jie ku yang tetap cantik meski sudah tua, jangan terlalu emosi, aku hanya sedang bersiap dan sekarang kau keluarlah dulu. Aku janji, kali ini benar-benar lima menit dan aku akan ada di depanmu."

Remaja itu mendorong kakak perempuannya untuk keluar dari kamarnya, mengunci pintu lalu berjalan kembali ke arah cermin, mengabaikan kakaknya yang mengomel di depan pintu kamarnya.

"Wajah ini, berapa kali pun aku melihatnya wajah ini masih sama seperti wajahku dulu," monolognya sembari menatap pantulan dirinya.

"Ah, aku harus segera bersiap atau singa betina itu akan merusak pintu kamarku lagi," ucapnya kemudian.


______


Hari ini adalah hari minggu, waktunya orang-orang bersantai dari segala kesibukannya, entah dengan pergi liburan atau berkencan dengan pasangannya. Hari minggu yang damai ini, Xiao Zhan harus memperbanyak stok kesabarannya disaat kakaknya itu dengan tidak sopannya melemparinya dengan tiket konser dan memintanya ah tidak memerintahnya untuk ikut menemaninya menonton.

Hari minggu damai ala Xiao Zhan harus berakhir detik itu juga, padahal dirinya tadi sedang asik menonton drama favoritnya, salahkan saja kakaknya yang pemaksa itu, tapi Xiao Zhan juga tak bisa menolak kakaknya itu akan jadi singa betina jika mengamuk, kan Xiao Zhan jadi ngeri.

"Jie, ini panas sekali, tak bisakah mereka mengadakan konser di tempat yang tak sepanas ini?"

Bagaimanapun Xiao Zhan tetaplah remaja delapan belas tahun yang sedikit anti dengan cahaya matahari, sungguh penyiksaan yang luar biasa.

"Kau ini, laki-laki kok takut panas."

Xiao Zhan merengut, ia merasa kesalm kakaknya ini bukannya membela malah meledek sesuka hatinya.

Setelah antre selama hampir dua puluh menit, akhirnya mereka memasuki venue acara konser tersebut, dan Xiao Zhan baru saja mengetahui jika ini adalah konser debut idol baru, pantas dirinya merasa tak pernah mendengar idol bernama Wang Yibo sebelumnya.

"Tunggu, siapa tadi namanya? Wang Yibo? Ah kenapa aku jadi berpikir kalau ini .... Tidak, itu tidak mungkin bukan?"

Xiao Lusi hanya bisa menatap penuh tanda tanya pada adiknya yang meracau tidak jelas, entahlah apa yang dia pikirkan.

"Kau ini kenapa? Tadi mengeluh panas, sekarang sudah di dalam ruangan malah meracau tak jelas. Kau masih waras, kan?"

"Jie, Wang Yibo ini benar-benar idol yang akan tampil hari ini?"

Xiao Lusi merasa bingung, kenapa lagi dengan adiknya ini?

"Bukankah sudah jelas? Bahkan dalam tiket yang kau pegang tertera jelas kalau ini adalah konser debut Wang Yibo."

Xiao Zhan mendesah frustasi, oh ayolah delapan belas tahun ini dia sudah hidup nyaman aman damai dan tentram, kenapa harus sekarang?

"Tidak tidak, jangan terlalu memikirkannya Zhan. Bisa saja rupanya berbeda kan, lagipula nama Wang Yibo itu tidak hanya satu di dunia ini," batinnya menenangkan diri.

"Zhanzhan lihatlah, bahkan dalam jarak sejauh ini pun Yibo tetap tampan."

Lusi mencoba mengalihkan perhatian adiknya yang sepertinya berkelana entah kemana, ia memaksa adiknya itu melihat layar yang menampilkan video singkat dari Wang Yibo.

Xiao Zhan merosot seketika, wajah itu dan nama ini sama seperti dugaannya. Oh ayolah, Xiao Zhan tidak sepikun itu untuk melupakan wajah itu, wajah pasangannya selama delapan belas kehidupan yang lalu.

"Mengapa takdirku harus seburuk ini? Bahkan dia kembali tetap dengan wujud laki-laki," batinnya.

Xiao Lusi mengabaikan adiknya yang kacau, dirinya menikmati konser yang dimulai lima menit yang lalu ini.

"Ah, jangan terlalu pesimis Zhan. Lihatlah, dia saat ini idol yang suatu saat nanti akan menjadi populer, bukankah dirinya tak akan segabut itu untuk mencariku orang yang bahkan tak pernah dia temukan selama ini? Ah benar, aku hanya harus menjauhinya dan mencoba untuk tidak bertemu dengannya."

TBC

Singkat saja, yang penting update '-'

Selamat membaca untuk kalian.
Berikan Vote dan komentar jika kalian suka dengan cerita ini.

Salam dari Haruka ♡.

Just Because Fated Pair (YiZhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang