vahalla, midnight surprise

355 80 5
                                    

"ini hongjoong, anak saya yang mau nyoba kerja disini buat bantu bantu" hongjoong dengan rambut biru mudanya yang menyala diantara staf staf cafe papinya hanya bisa tersenyum kikuk begitu pandangan semua orang menatap ke arah dirinya. Dia kan jadi gugup ya? Hari pertama sudah mendapat reaksi seperti ini.

"nggak, kalian nggak usah sungkan sama dia. Anggap aja dia bukan anak saya" taeyong mengibaskan tangannya.

"kamu bantu sebisamu dulu, kalau udah beradaptasi dan dapat job yang kamu kuasain, baru papa tempatin kamu" taeyong berujar kepada anak sulungnya yang sekarang hanya bisa mengetuk ngetukkan kedua ujung sepatunya, pertanda ia sedang gugup karena ini adalah kali pertama dia bekerja.

"sekali lagi saya mohon bantuannya ya, kalau dia ada salah tolong beri tau kesalahannya biar dia ngga ngulangi lagi" taeyong merangkul bahu hongjoong yang hanya bisa tersenyum kikuk.

Taeyong kemudian mengantarkan hongjoong ke salah satu karyawan yang ia percaya karena sudah bekerja dengan dirinya cukup lama. Ah ngomong ngomong ini bukan cafe tempat dirinya kerja dulu, taeyong berhasil melebarkan sayapnya di bidang ini sehingga cafe yang dulunya ia bangun sebagai sampingan pekerjaan ketika berkuliah untuk membantu sekarang sudah memiliki lebih dari 17 cabang yang tersebar di seluruh kota besar dengan dihandle sendi oleh sang istri yang memiliki peran penting disini.

"Karena kamu masih baru, kita mulai dulu di awal awal ya. Kamu bisa masak?" hongjoong menggelengkan kepalanya. Yang bisa masak di rumahnya hanya papinya. Kemampuan maminya memasak tidak sehebat sang papi, yeosang? dia lebih memilih memesan makan online saja daripada masuk ke dapur dan hongjoong juga begitu. Ia tersenyum canggung. "engg...sorry kak, di rumah cuma papi yang bisa masak" ujar nya sambil menggaruk tengkuk nya, takut di judge. Untungnya senior nya itu menganggukan kepalanya paham.

"ya udah ayo bikin minuman aja sama gue. Dijamin seru deh" mendengar ajakan itu hongjoong menganggukan kepalanya, mengikuti kemana dia diarahkan karena jujur saja dia tidak tahu harus melakukan apa.

Pekerjaannya selesai ketika jam menunjukkan pukul sebelas malam, itu juga sudah termasuk beres beres cafe, hongjoong tentu saja ikut karena dia tentu saja bisa membersihkan apa yang sudah dia kerjakan.

"gimana? kapok ngga?" hongjoong menggelengkan kepalanya saat ia ditanya oleh salah satu karyawan ketika ia mengambil helm nya. Ia menoleh. "engga dong, besok gue kesini lagi kok. Masih dihukum bokap soalnya" ujarnya menyengir. Pria yang beberapa tahun lebih tua dari hongjoong itu tertawa, tidak butuh waktu lama untuk akrab dengan anak dari bos nya yang ternyata sangat rendah hati dan mau belajar.

"ya udah hati hati nyetirnya" hongjoong yang sudah memakai helm nya dan duduk di atas motor sport nya mengangkat ibu jarinya. Jangan salah, walau tubuhnya tergolong pocket size, tingginya itu 170 centimeter dan dia masih cukup tinggi untuk menaiki motor sport yang dibelikan papinya ketika dia masuk sma. Yeosang belum dibelikan karena dia masih bisa nebeng ke hongjoong, mungkin ketika hongjoong lulus sekolah nanti yeosang akan diberikan kendaraan.

Hampir tengah malam tapi jalanan makin ramai oleh anak anak sebaya dengan hongjoong yang mengendarai motor bersama wanita wanita yang hongjoong duga adalah kekasihnya, padahal seharusnya mereka sudah di rumah. Hongjoong tidak mengerti konsep ini. Apa memang dia terlalu sering di rumah ya?

Maminya punya peraturan kalau hongjoong paling lambat diperbolehkan pulang itu jam sepuluh malam, jika lebih dari itu hongjoong dikunci dari dalam. Dan itu benar benar pernah kejadian! Hongjoong lupa tidak memberi tahu maminya kalau dia ada party setelah kemenangan band nya di salah satu acara festival dan pulang larut hingga jam satu, itupun dia kelupaan.Eh sampai rumah pintu rumah sudah terkunci rapat dan hongjoong akhirnya tidur di lantai teras semalaman dan tidak ada yang memindahkan.

Cafe [reborn] : VAHALLAWhere stories live. Discover now