vahalla, kumpul keluarga

380 66 5
                                    

wooyoung membuka matanya setelah sekian lama matanya ditutup kain tiga lapis berwarna hitam pekat. ia merasakan sudut bibirnya terasa amis darah karena ia terlibat perkelahian satu melawan tiga orang hingga dia tumbang karena sebuah balok kayu mengenai tengkuk dan kepala belakangnya sehingga wooyoung jatuh tidak sadarkan diri.

"sudah sadar?" wooyoung berdecih saat seorang pria yang usianya lebih tua dari ayahnya bertanya dengan congkak. ia memakai setelan formal dengan rokok di sela sela jemarinya. sepatunya berada di dagu wooyoung memaksa wooyoung mendongak dengan menarik dagunya. Wooyoung yang terduduk dengan tangan terikat di punggungnya hanya menatap datar. Dia tidak memberikan respon apapun, bahkan mulutnya tidak mengeluarkan sepatah katapun.

"make it fast, dimana ayahmu berada?" pria dihadapan wooyoung berujar, ia sekarang berlutut ke arah wooyoung yang masih terduduk di lantai. wooyoung tidak membuka mulutnya sama sekali. dia hanya menatap pria yang entah siapa di hadapannya.

"kau masih betah untuk menutup mulut mu?" wooyoung memejamkan matanya saat wajahnya ditendang oleh sepatu pantofel yang ada di depannya.  wajahnya menoleh karena bohong jika ia tidak merasakan sakit yang luar biasa. bibirnya berdarah, pipinya terasa nyut nyutan luar biasa mungkin akam membiru setelah ini.

"biar sekali lagi kutanya dimana ayahmu, anak muda?"  namanya juga wooyoung, bukannya dia menjawab pertanyaan dari pria dihadapannya. ia malah tersenyum bahkan menyeringai. "sayang sekali, saya tidak tahu tuan. Anda menangkap orang yang salah" wooyoung berujar. bibirnya masih tersenyum lebar.

"kalian payah sekali tidak bisa mendapat ayah kemudian menangkapku? apa kalian pikir ayah akan peduli tentang itu?" wooyoung masih berkata dengan tenang tidak peduli kalau dia sekarang tengah diujung tanduk karena berada di kandang macan. ia dengan cepat mengetahui situasi bahwa orang orang didepannya memburu ayahnya yang entah karena apa wooyoung tidak mengerti, dan wooyoung juga tidak tau dimana keberadaan sang ayah. wooyoung hanya tau ayahnya diamankan dengan keadaan sakit.

walau seperti itu, wooyoung tahu jika ayahnya sampai diamankan berarti ada sesuatu yang penting tengah ditutupi.

wooyoung kembali menyentuh tanah ketika ia dipukuli kembali.

"tidak mungkin kau tidak tahu" wooyoung hanya berdecih. dia kan sudah berbicara jujur orang ini tidak percaya.

"kalau begitu tetaplah berpikir ayah akan kesini dengan menangkapku. Ayah tidak akan sependek dirimu untuk berpikir" wooyoung masih bernyali walau wajahnya sudah babak belur dan berdarah darah. Dia masih berani mendongak sambil tersenyum remeh, ingatkan dia siapa ayah dan kembarannya yang memiliki keberanian luar biasa. walaupun wooyoung dikatakan paling lemaj diantara ayah dan san, wooyoung memiliki nyali yang paling kuat. ia cerdik. dalam keadaan seperti ini dia tidak terdesak sama sekali. dibalik senyumnya, tangannya mencoba melepaskan simpul yang mengikat di belakang tubuhnya.

"kamu pikir saya serendah itu?" pria di depan wooyoung tertawa. ia kemudian menoleh dan memberi kode kepada seseorang.

"kamu lihat saya membawa siapa?" dia tertawa hingga tubuhnya bergetar saat membawa seseorang ke dalam  ruangan. wooyoung mengatupkan rahang dan mengeraskannya begitu melihat siapa yang datang. bunda nya. satu satunya wanita yang ia cintai diseret masuk dengan mulut tertutup kain.

"kamu pasti kenal dia kan?" wooyoung menggeram saat mereka mendudukan bundanya dengan paksa kemudian membuka penutup mulut bundanya dengan paksa.

"mau apa anda menculik saya dan putra saya?" yeji, seperti putranya tidak gentar padahal dia disini hanya wanita sendiri dan dalam posisi tidak aman.

"tidak suka bertele tele. sama dengan putranya. Kalau begitu, baiklah. Dimana biru?" wooyoung mengerutkan keningnya. Biru?

siapa biru?

Cafe [reborn] : VAHALLAWhere stories live. Discover now