Tersesat - 7. Kenikmatan Bersama Keluarga

788 14 0
                                    

7. Kenikmatan Bersama Keluarga

- Aksa PoV -

Gue tak menyangka jika ternyata Om gue ini bisa segila itu untuk mencari tahu tentang apa yang gue lakukan selama ini. Bisa-bisanya dia memasang kamera tersembunyi, merekam kegiatan gue di dalam kamar. Kalau saja dia bukan anggota keluarga gue, mungkin sudah habis gue pukuli sampe babak belur.

Ternyata memang nasib baik berpihak pada gue. Malam dimana gue melihat sisa cairan kering di wajah dan rambutnya. Gue sadar betul dengan cairan tersebut, pejuh yang mengering. Berbekal kenekatan, gue coba mencari tahu tentang Om gue ini. Mengobrak-abrik privasi, bukan hal yang gue suka sebenarnya. Tetapi setelah ditelusuri, ternyata dia duluan yang bertindak seperti itu, jadilah gue sengaja memancingnya di saat rumah sedang kosong dan...

Boom! Terbukti bukan? Dasar brengsek.

Memang sejak entotan pertama kami sifat Om Alpha sama sekali tak berubah ketika kami berada di luar. Namun, saat kami berdua, sikapnya langsung menjadi murahan dan pemuja kontol. Gue rasa Om Alpha sudah ada bakat untuk menjadi homo, berbeda dengan gue yang terjerumus karena ulah teman gue.

Di satu sisi, ada rasa penyesalan kenapa gue bisa menyukai hal ini. Berkali-kali gue mencoba untuk berubah kembali ke jalan yang benar, tetapi semakin lama gue terjun dan merasakan betapa nikmatnya lobang pantat pria, malah menjadi juga gairah gue terhadap sesama pria dari dalam diri gue sendiri.

Untuk sekarang gue sudah tidak mau ambil pusing. Yang paling penting adalah bagaimana gue bisa menyelesaikan kuliah gue, bekerja menjadi mandiri, dan menjalani hidup sesuai dengan apa yang gue inginkan. Urusan menikah atau punya anak bisa gue pikirkan nanti. Toh kalau urusan mengentot saja, harusnya gue masih bisa memuaskan calon istri gue kelas meski intensitasnya akan sangat minim.

Sekarang yang sedang gue pikirkan adalah sepupu gue sendiri, Dilan. Bagaimana bisa gue kelepasan mengumbar tentang perjalanan sex gue padanya. Betul tak ada yang berubah juga dengan sikap Dilan, seolah pembicaraan malam itu seperti angin lalu baginya. Tidak sekalipun Dilan membahasnya kembali, hingga pada akhirnya setelah lewat satu minggu kemudian, barulah Dilan memanggil gue untuk berbicara empat mata.

"Bang. Ada yang mau gue omongin nih." Selesai mengetuk pintu, Dilan langsung membuka pintu kamar gue dan berjalan masuk duduk di atas kasur.

"Yo, kenapa Dil?"

"To the point aja Bang. Lo Gay?" Sedikit tersentak mendengar pertanyaannya ini. Tetapi nasi telah menjadi bubur, gue tak dapat berkelak lagi karena sadar jika gue sudah mengumbar padanya.

"Gue ga tau gue Gay atau nggak, tapi gue suka ngentotin cowok meski gue juga masih bisa sange ngeliat cewek." Jawab gue.

"Kenapa? Lo keberatan punya sodara kaya gue gini?" Lanjut gue sedikit sengak.

Dilan menggeleng. Ia rebahkan badannya di atas kasur.

"Emang seenak itu ngentotin bool Bang sampe-sampe lo ketagihan?" Tanyanya lagi dengan nada datar.

"Bagi gue sih emang seenak itu. Apalagi ngedenger desahan cowok, pas dia ngerintih, bikin makin sange. Beda aja gitu rasanya kalo sama cewek."

—————

Segera saja gue melepaskan kaos gue, namun sengaja gue tak langsung memakai kaos pemberian bang Eras. Gue mengusap kaos basah itu ke badan gue layaknya handuk. Secara sengaja gue melakukan hal tersebut persis berhadapan dengan bang Eras. Tujuannya tentu saja untuk sedikit menggoda pria ganteng ketua komunitas motor ini.

Terlihat matanya tak bergeming menatap sikap gue ini. Sesekali gue selingi juga dengan tangan gue yang mengusap puting gue sendiri.

Sampai pada akhirnya, terdengar suara serak dari bang Eras.

TersesatWhere stories live. Discover now