Chapter 4 : Gangguan

284 16 0
                                    

   Hari ini Kana tidak bisa pulang cepat karena sepulang sekolah dirinya ada kegiatan ekstrakurikuler yang di ikuti olehnya. Matanya menatap bosan melihat murid yang menjabat sebagai ketua sedang menjelaskan materi di depan kelas.

Kana mengikuti ekstrakurikuler seni lukis. Dirinya suka ketika mewarnai gambar sesuai imajinasinya. Kana sangat antusias, berharap kelas hari ini adalah melukis alam. Namun tidak sesuai ekspektasi, malahan kelas hari ini adalah materi.

Kalau tahu begitu mending tadi ikut jessy menonton film di bioskop. Kana sangat bosan, berharap materi ini cepat selesai dan cepat pulang.

Kepala gadis itu jatuh diatas meja, mengangkat lengan kirinya dan menatap tato di pergelangan nya yang sudah tidak lagi memerah. Waktu jam istirahat kedua, Kana melepas jam tangannya karena hendak buang air kecil.

Dan sampai sekarang dirinya belum memakai jam tangan itu lagi. Lagipula dirinya tidak terbiasa memakai perhiasan tangan, Rasanya sedikit risih ketika memakai jam tangan dan gelang untuk menutupi tato miliknya.

Tidak terasa kelas seni hari ini sudah selesai, Kana bergegas merapikan semua buku dan alat tulis ke dalam tas. Lorong sekolah sudah sangat sepi karena memang yang masih berada di sekolah hanya murid yang mengikuti kegiatan ekskul saja.

Tangannya merogoh saku seragam untuk mengambil benda pipih bernama ponsel untuk mengabari supir agar menjemputnya ke sekolah. Belum sampai keluar area sekolah, dirinya di cegat oleh dua siswa.

Kana menatap dua pria di depannya itu. Tampilan mereka sedikit urakan. Baju yang keluar dari celana, dasi sekolah yang tidak dipakai dan yang paling menonjol adalah wajah mereka berdua yang menatapnya garang.

"Bisa ngomong bentar?" Kana tidak bisa berbuat apa-apa. Inginnya menolak namun reflek kepalanya malah mengangguk. Salah satu tangan murid itu mengambil tangan kanan Kana dan menyeretnya agak kasar.

Kana di bawa ke arah belakang sekolah yang sedang sepi, karena area ini memang jarang di di lewati para murid di Ambrella High School. Kana sedikit was-was melihat dirinya di bawa ke sini.

Setelah sampai di area itu, Kana otomatis melangkahkan kaki ke belakang membuat jarak di antara mereka. Ternyata di tempat itu ada orang lain juga, ada tiga tambahan murid lelaki lagi dan dirinya hanya gadis seorang diri.

Kana merasa terancam, menatap satu persatu setiap manusia yang ada di depannya. Dan ada seseorang yang di kenal Kana disitu. Dia adalah Janu, teman seper-geng an Arga. Dan di samping Janu ada Bram.

"Kemana Sheila?"

Di beri pertanyaan seperti itu Kana langsung menggeleng. Kenapa mereka menanyakan Sheila padanya? Kana buka antek-antek gadis antagonis itu.

"Gak tau."

Janu tersenyum remeh menatap gadis di depannya yang sedang menundukkan kepala. Jika bukan karena Sheila yang lagi-lagi membuat masalah, Arga tidak akan menyuruhnya untuk menginterogasi semua teman milik gadis biang onar itu.

"Halah, lo temennya 'kan? gak mungkin lo gak tau kemana Sheila bawa Aruna!" Janu menaikkan intonasi suaranya pada Kana memberi pertanda bahwa dirinya sedang tidak sedang bermain-main.

"Gue beneran gak tau!"

Kana juga menaikkan intonasi suaranya karena kesal. Dirinya ingin pulang, bukan malah di interogasi seperti ini. Tanpa di duga Bram yang berada di samping Janu mendorong tubuh Kana hingga membuat tubuh gadis itu hampir jatuh ke tanah.

"Halah, gak usah banyak bacot deh lo! Tinggal bilang aja ke kita kemana temen gila lo itu!" Ucap bram nyalang sambil menunjuk - nunjuk Kana yang membuat Kana menjadi takut.

"Gue bilang gue gak tau!"

Kana yang sudah sangat ketakutan, hendak melarikan diri. Namun sebelum itu terjadi tangan kirinya di cekal oleh Janu yang membuat Kana tidak bisa kabur.

"MAU LARI KEMANA LO? GUE TANYA BAIK-BAIK DI MANA SHEILA BERADA, GUE UDAH CUKUP SABAR YA DARI TADI!"

Mendapat bentakan seperti itu membuat mata Kana berkaca-kaca namun ia tahan sebisa mungkin agar tidak menangis. Ditambah tangannya sedang di cengkram kuat oleh Janu.

"LEPASIN TANGAN GUE, GUE GAK TAU DI MANA SHEILA."

Kana berusaha melepas tangannya yang di cekal sangat kuat oleh Janu. Kenapa pria ini sangat kasar kepada wanita sih, pasti nanti tangan Kana akan memerah.

"Lepasin, please."

Bram yang hendak berbicara lagi menghentikan kata yang akan keluar dari mulutnya. Mata pria berambut agak keriting itu menatap tangan yang di cengkram oleh teman sohibnya, Tangan gadis itu memerah. Namun, bukan itu yang jadi masalahnya.

Yang jadi masalah adalah tato yang terlukis di pergelangan tangan Kana. Dengan cepat bram menepuk pundak Janu dan menyuruhnya melihat ke arah tangan yang Janu genggam.

Janu yang mengikuti arah pandang bram dan menatap lengan yang dia pegang, secara reflek melepas tangan Kana. Bram dan Janu saling berpandangan, menatap satu sama lain lalu menatap Kana yang sekarang memegangi lengan kirinya yang sudah membiru karena di pegang kuat oleh Janu.

"Nu, pergi aja yuk! Gue gak mau berurusan sama dia." Janu yang masih shock pun langsung menyetujui ucapan bram. Mereka berlima pergi meninggalkan Kana seorang diri di belakang sekolah.

Kana yang sudah di tinggalkan sendirian tidak kuat lagi menahan air matanya dan akhirnya menangislah gadis malang tersebut.

Tangannya sakit, sambil memegangi tangan kirinya Kana berjalan ke arah gerbang sekolah berharap sang supir sudah sampai agar ia segera pulang.

Di tengah perjalanan menuju gerbang Kana duduk di depan lorong kelas. Menghapus sisa-sisa air matanya dan kembali mengusap lengan kirinya yang masih membiru berharap bekas itu menghilang dan tidak bertahan lama.

Karena mendengar suara langkah kaki dari arah kanan lorong, Kana dengan cepat-cepat mengusap matanya dan mengambil ponsel yang sempat dia taruh di saku saat tadi dirinya di seret ke arah belakang sekolah.

Dengan langkah pelan dan matanya yang fokus pada ponsel untuk menanyakan sudah sampai mana sang supir, ternyata supir Kana sudah sampai dan sedang menunggu di depan gerbang sekolah.

Mengetahui itu, Kana mempercepat langkahnya agar sampai ke depan gerbang dan segera pulang. Tanpa Kana sadari, ada sepasang mata tajam yang menatapnya dari belakang. Matanya tidak lepas mengamati setiap pergerakan gadis itu sampai Kana masuk ke arah mobil.

Setelah memastikan targetnya menghilang dari pandangannya, pemuda itu berjalan ke tempat parkir dan menaiki motornya untuk segera pulang.

Tanpa pemuda itu ketahui, bahwa gadis yang ia amati mendapat gangguan dari pihak lain.

oOo


What do you think about this chapter?

Jadi, pemeran utama kita bukan gadis bar-bar dan baddas ya teman-teman.

Aku pengen buat Kana seperti gadis umumnya yang kalo di bentak bisa sedih dan pastinya belum bisa melindungi dirinya sendiri karena berasal dari keluarga yang berada.

So, buat yang suka protagonis yang anti menye-menye kayaknya kalian kurang cocok sama cerita ini.

Tapi tenang aja, alur nya akan semakin menarik.

Jadi tambahkan cerita ini ke daftar perpustakaan kalian, biar gak ketinggalan updatenya😙

Jangan lupa vote dan komen untuk memberi semangat author dalam berkarya.

Lopyu sekabupaten buat kalian❤


The Ruler for KanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang