12☆

1K 52 3
                                    

Hari ke 21. Saat ini aku sedang menatap plafon kelas sambil merebahkan diri di tiga kursi yang kususun menjadi satu barisan. Kubuat tote bagku yang berisi seragam olahraga itu menjadi bantal.

Aku menghela napas berat berkali-kali.

"Dimana ya.." ucapku pada diriku sendiri.

Mungkin sudah lima menit lamanya aku menghadap lurus kearah langit-langit dan mengucapkan kalimat yang sama berulang kali.

"Geser, dong. Pagi-pagi udah galau aja." ujar seseorang.

Kuubah posisiku yang awalnya tidur kini terduduk dan menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari ambang pintu.

Itu Gabriel.

"Lah tumben dateng pagi, Gabe?"

"Sengaja. Mau nyalin tugas fisika kemaren, nih. Liat dong."

Kukembalikan satu kursi tadi ke tempat aslinya dan membiarkan Gabriel duduk di bangkunya.

"Bentar. Tapi ada dua nomer yang masih kosong." ucapku sambil mengambil buku tulis fisika yang berada di dalam tasku.

"Tugas Bahasa Inggris udah?" tanya Gabriel.

Aku menyerahkan buku tulisku kepada Gabriel.

"Nih. Udah, sih. Coba liat tugasmu, mau aku cocokin."

"Wait." ucap Gabriel singkat.

"Tuh." Gabriel meletakkan buku tulis Bahasa Inggris di depanku.

"Oke thanks."

Saat aku sedang mengoreksi, tiba-tiba Gabriel bersuara.

"Kangen Pak Jeff, ya?"

Aku menoleh dengan cepat ke arah Gabriel dan mengangguki pertanyaannya.

"Udah berapa hari Pak Jeffrey belum muncul?"

"Dua puluh satu hari.."

"Lama juga. Kemana ya kira-kira. Aku gak bisa nih lihat kamu murung terus."

"Gimana ya, Gabe." Aku menghela napas lagi.

"Mungkin lagi ada urusan kali?" tebak Gabriel.

"Iya deh kayaknya." ucapku pelan.

"Sabar ya, Res. Paling bentar lagi juga muncul orangnya." ujar Gabriel yang berusaha menenangkanku.

"Iya..."

Tak berselang lama, guru mata pelajaran pertama pun datang.

"Haduh, Kimia..." ucap Gabriel pelan namun masih terdengar di telingaku.

"Malesin banget Gabe, asli."

"Kalau gak pelajaran pertama udah ke perpustakaan aku." pernyataan Gabriel sukses mendapatkan anggukan kuat dariku.



Kini aku langsung pulang tanpa menunggu parkiran sepi. Hari ini sangat melelahkan, aku ingin segera menonton televisi sambil memakan beberapa cemilan.

Aku, Gabriel, Sophie dan Anneth pergi melewati gerbang belakang karena lebih cepat sampai ke parkiran daripada melewatu gerbang depan.

Mataku mencari-cari apa yang kunantikan selama ini. Namun, hasilnya nihil.

Aku menghela napas panjang dan berjalan dengan langkah lunglai.

Born Too Late • Jeffrey Dean Morgan •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang