19☆

1K 53 6
                                    

Sudah pergantian hari dan aku tak bisa tidur, untuk memejamkan mata saja susah sekali. Saat ini adalah hari Kamis pukul 02:47 dan aku masih terjaga dengan kondisi kamarku yang masih terang karena cahaya lampu. Aku merasakan moodku yang kelewat bagus, jadi sekarang aku merasa sangat excited seolah-olah akan ada kejadian yang menyenangkan datang.

Lalu mataku kupaksakan untuk memejam dan akhirnya aku tertidur. Aku harap aku tidak bangun kesiangan karena mustahil sekali jika aku tidur di jam setengah tiga pagi aku tetap sehat bugar.

Aku terbangun dengan seluruh badanku terasa sakit dan masih sangat mengantuk.

"Duh, gak lagi deh tidur pagi." ucapku sambil memijat pinggangku yang terasa nyeri.

Tidur pagi dan bangun pagi pula adalah bukan gayaku. Aku lebih suka tidur tak terlalu larut malam.

Aku terbangun pada pukul 05:57 pagi. Untung saja tak terlalu telat, mungkin aku hanya akan mencuci muka dan menggosok gigi saja, kalau mandi aku yakin tak akan sempat. Aku memutuskan untuk tidak sarapan dan tidak membawa bekal juga. Sekolah masuk pukul 06:30 dan aku akan terlambat jika melakukannya. Aku akan  membeli makanan di kantin saja.



Aku merasakan diriku cukup santai hari ini, bahkan aku mengendarai motorku dengan sangat pelan. Tidak biasanya aku begini.

Aku tiba di sekolah pada pukul 06:29, nyaris sekali gerbang di tutup. Para murid OSIS meneriaki kami yang berjalan begitu lambat. Aku berjalan melewati murid-murid OSIS tadi sambil menguap. Aku tidak tahan dengan rasa kantuk ini.

Sesampainya di depan kelas aku di kejutkan dengan kehadiran seorang guru yang ternyata datang mendahuluiku. Sontak mataku membulat. Aku yang awalnya terus menguap dan masih terkantuk seketika menjadi terdiam di ambang pintu.

"Oh shit..." umpatku.

Aku segera menghampiri guru tersebut untuk meminta maaf. Kalau begini sih namanya aku terlambat.

"Bu, maaf Bu saya terlambat. Motor saya mogok pas berangkat tadi. Belum jauh dari rumah Bu mogoknya. Saya minta maaf." saat mengatakannya aku memasang wajah memelas hingga mata berkaca-kaca seperti ingin menangis.

Tentu saja bohong, itu bagian dari akting saja.

Guru tersebut terlihat menghela napas.

"Karena pembelajaran belum di mulai, kamu saya maafkan. Tolong ambilkan buku presensi di ruang BK ya, nak." pintanya.

"Baik, Bu. Saya ambilkan. Permisi ya, Bu. Saya izin ke BK."

Guru tersebut mengangguk sebagai balasan.

Sebelum meninggalkan kelas, kuletakkan tasku di bangkuku.

"Tumben?" tanya Gabriel.

"Au ah, Gabe. Masih ngantuk ini. Ntar aku ceritain." tanpa menunggu jawaban dari Gabriel aku langsung keluar kelas meninggalkannya.

Aku berjalan melewati lobi yang berada di depan kelasku sambil menguap dengan langkah gontai.

"Fuck, ngantuk banget sialan." aku mengucek-ucek mataku bermaksud untuk menghilangkan rasa kantuk ini.

Selama sepanjang jalan menuju ruang BK aku tak ada hentinya menguap sambil mengumpat. Untung saja tidak ada satupun orang yang mendengarnya.

Kakiku terasa lemas setiap melangkah, rasa kantuk yang sangat parah. Mungkin aku akan terjatuh jika aku berjalan dengan tergesa-gesa, jadi aku berjalan dengan sangat lambat sambil berpegangan pada tembok.

Sesampainya di depan ruang BK aku melepas kedua sepatu yang kupakai dan kuletakkan di rak sepatu di sebelah pintu ruang BK. Pintu ruang BK adalah kaca bening yang gelap, kulihat sangat sepi di dalamnya. Namun aku juga melihat seorang yang sedang mondar-mandir.

Born Too Late • Jeffrey Dean Morgan •Where stories live. Discover now