Satu

378 28 6
                                    

Senyuman indah terukir di wajah pria tampan nan cantik itu. Nampaknya ia merasa sangat senang dengan hasil yang memang ia harapkan sejak lama. Ia menatap suatu benda kecil di tangannya, dari benda tersebut menujukkan dua garis yang menandakan bahwa ia telah positif hamil.

Ia sudah tidak sabar untuk memberitahukan hal ini pada kekasihnya. Ia yakin jika kekasihnya itu akan senang atas kehamilannya.

Waktu terus berlalu, ia nampak mulai gelisah karena belum ada tanda kepulangan kekasihnya itu, padahal setelah pulang kerja ia menyibukkan dirinya untuk memasak makan malam spesial untuk kekasihnya itu.

Kekasihnya memang terkadang bekerja hingga larut malam namun tidak pernah sampai seperti ini. Kekasihnya berprofesi sebagai CEO di sebuah perusahaan food and beverage tempat dimana ia sendiri bekerja. Sebetulnya mereka berhubungan tanpa ada yang tahu, karena jika berhubungan dengan orang satu kantor itu sedikit rumit apalagi ia menjalin hubungan dengan orang penting, yaitu CEO dari perusahaan tersebut.

Ia mendudukkan dirinya di sofa. Ia mulai merenung disaat kekasihnya itu meminta dirinya pulang lebih dulu karena ada urusan penting di perusahaan.

Ia mengelus pelan perutnya yang masih rata, senyuman kembali terukir di wajah cantiknya. Ia membayangkan akankah bayi di kandungnya itu adalah bayi laki-laki ataupun perempuan. Mungkin jika laki-laki ia berharap akan tampan seperti kekasihnya itu dan jika cantik mungkin akan seperti dirinya.

Jam dinding terus berdenting menunjukkan waktu yang semakin larut. Akhirnya ia melawan rasa gelisahnya untuk menghubungi kekasihnya yang belum pulang itu. Ia ingin meyakinkannya sehingga terhindar dari praduga yang salah.

Sayang, kenapa belum pulang?.

Satu kalimat itulah yang tentu langsung ia utarakan kepada kekasihnya. Lama tidak ada jawaban, ia menghembuskan nafasnya lalu mencoba untuk mendial nomor kekasihnya.

Tak lama kemudian, terdengar suara seorang pria dan sepertinya kekasihnya yang ia khawatirkan itu telah mengangkat teleponnya.

"Sayang, aku mengkhawatirkanmu. Ini sudah larut, kenapa belum pulang?." Ujarnya dengan nada yang sangat khawatir.

"Sebentar lagi sayang, tadi aku memang ada urusan penting."

"Lalu, apakah sudah selesai?." Tanyanya heran karena ini menunjukkan pukul 10.00 malam, bukanlah waktu untuk terus berada di kantor.

"Sudah sayang, aku akan pulang."

Namun pria cantik itu terlihat tidak senang saat mendengar ucapan kekasihnya, entah bagaimana namun ia merasa adanya kejanggalan disana.

"Sayang, ada apa?."

"Oh, tidak apa-apa sayang. Kalau begitu aku akan menunggu." Ucapnya dengan menyembunyikan rasa gelisahnya itu.

"Baiklah sayang, sampai nanti."

Kekasihnya itu menutup teleponnya. Dari raut wajahnya, pria cantik itu nampak sedih dan kecewa.

Setelah memikirkannya, ia pun bergegas untuk pergi ke suatu tempat setelah mengenakan jaketnya. Ia akan memastikan akan apa yang ia pikirkan saat ini.

________________

Sebuah taxi terparkir di depan sebuah perusahaan besar dan ternama itu. Itu adalah tempat dimana pria cantik itu bekerja. Memang hari sudah begitu larut, namun ia ingin meyakinkan apakah memang kekasihnya yang sekaligus menyandang status sebagai bosnya itu masih berada di kantornya. Bukannya ia ingin menghancurkan kepercayaan dalam hubungannya namun ia hanya ingin meyakinkan perasaannya itu. Tentu ia berharap bukanlah seperti yang ia pikirkan saat ini.

Twin Flameजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें