Dua

290 28 5
                                    

Force memeluk tubuh Book semakin erat membuat Book tidak nyaman akan perlakuan bosnya itu padanya.

"Pak.." Book berusaha melepaskan tubuh Force darinya namun Force memeluk dirinya seakan ia tidak ingin kehilangan Book.

"Sayang, apa kau mau memaafkanku?." Force menciumi pundak Book yang terbalut oleh kemeja berwarna putih yang ia kenakan dan Book merasa tidak nyaman dibuatnya.

"Pak, maafkan saya. Tapi, bolehkah anda melepaskan pelukan anda?." Book masih berusaha melepaskan tubuh Force darinya dan akhirnya Force melepaskan pelukannya namun ia masih memegangi lengan Book dan menatapnya nanar.

"Sayangku, apa kau masih marah?." Book mengerutkan dahinya, ia semakin kebingungan dengan sikap bosnya itu.

"Pak, maaf jika saya lancang. Tapi sepertinya anda masih bermimpi?." Book melepaskan tangan Force darinya secara perlahan dan sepertinya itu membuat Force merasa kecewa.

"Sayang, ada apa?. Sepertinya kau masih belum bisa memaafkanku?. Aku bilang itu hanya salah paham." Force memperhatikan Book namun Book semakin kebingungan dengan ucapannya.

"Pak, maafkan saya. Tapi saya datang kesini untuk memberikan laporan." Book menyerahkan sebuah map yang memang sebelumnya diminta oleh Force untuk segera dibuatkan.

Book tersenyum sopan pada Force lalu ia berjalan menuju meja kerja Force dan menaruh laporan tersebut.

Force menarik lengan Book dan membuat tubuh Book kembali mendekat pada Force. Force menatap kedua mata indah Book dan itu membuat Book terlihat gugup.
Perlahan, Force mendekatkan wajahnya lalu ia mencium bibir kekasihnya itu, kekasih yang sangat ia cintai dan ia rindukan keberadaannya.

Kedua pupil Book membulat tanda ia sangat tidak percaya akan hal ini. Bosnya telah menciumnya dan sebelumnya bosnya itu bersikap seolah dirinya adalah seseorang yang ia cintai.

Dengan refleks, Book mendorong tubuh Force cukup keras hingga membuatnya jatuh ke lantai.

"Oh tuhan.. Pak, maafkan saya." Book nampak panik, ia merasa bersalah. Namun itu adalah refleks dari tubuhnya disaat ia merasa sangat terkejut dan tidak percaya akan perlakuan bosnya padanya.

Force hanya terdiam, ia seperti sedang berpikir. Lalu ia menatap Book yang kini berada di sampingnya dengan raut wajah yang menunjukkan kekhawatiran.

"Pak, maafkan saya. Anda tidak apa-apa?." Book kembali meminta maaf pada Force dan berusaha untuk menyentuh Force namun Force mengangkat tangannya. Ia masih memikirkan sikap Book yang sepertinya tidak ingat kejadian beberapa waktu lalu dan tidak mengingat hubungan di antara mereka.

"Aku tidak apa-apa." Force beranjak lalu ia menuju meja kerjanya. Ia mendudukkan dirinya dan Book masih berdiri disana.

"Maaf pak, kalau begitu saya akan kembali bekerja." Force tidak menjawab, ia hanya menatap Book sekilas. Terdapat kecanggungan di antara mereka. Book nampak bingung dan merasa bersalah, ia pun keluar dari ruangan bosnya itu.

Force mengusap wajahnya kasar, ia berpikir apakah saat ini ia sedang bermimpi. Namun jika mimpi, kenapa rasanya sangat nyata. Bahkan saat Book mendorong tubuhnya, terdapat rasa sakit di tubuhnya saat ia terjatuh.

Ia melirik ke sebuah kalender yang terpajang di meja kerjanya. Seketika ia membulatkan matanya karena di sana tertera tanggal dan tahun yang berbeda. Ini adalah tiga tahun sebelum sepeninggal Book dari hidupnya. Dengan kata lain, itu disaat ia dan Book belum menjalin hubungan.

Force masih belum percaya akan hal ini, ia merogoh smartphone nya dari celana yang ia kenakan. Ia baru tersadar itu bukanlah smartphone yang ia miliki saat ini, tapi itu adalah saat ia memilikinya tiga tahun yang lalu. Disana pun tertera waktu dan tanggal yang berbeda saat ia berada di dalam kuil.

Twin FlameWhere stories live. Discover now