ii. ➷Future color

137 23 0
                                        

[ii] Warna Masa Depan.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


.

.

.

.

.
[7 Februari 2023]

Pagi ini Renafi pergi ke sekolah dengan sedikit terlambat, karena ia yang bangun terlalu siang akibat Ia mengerjakan Pekerjaan Rumahnya sampai larut malam. Dan itu mempengaruhi jam tidur milik Renafi.

Renafi berlari menuju kelasnya yang sudah di penuhi siswa, Renafi menghela nafas lelah kala telah sampai di kursi miliknya dan berniat mendudukan diri.

"Ren, lo udah tau kabar belum?"

Renafi yang menyandarkan tubuh di kursi itu lantas meneggakan tubuhnya, kala suara Javio teman sekelasnya yang duduk tepat di belakang Renafi itu bersuara.

Dengan menolehkan kepalanya Renafi bertanya. "Belum, emang ada apaan?" Tanyanya dengan wajah bingung.

Javio yang mendengar jawaban dari Renafi lantas mengambil handphonenya. "David, temen sekelas kita kecelakaan. Meninggal di tempat. "

Renafi terdiam. Untuk yang kesekian kali apa yang di lihat Renafi selalu benar. Ia mengangguk kepada Javio menandakan ia juga merasakan duka yang mendalam, karena kehilangan teman sekelasnya yang sangat ceria itu.

"Nanti, abis istirahat pertama, kita sekelas mau takziah ke rumah David. Lo mau ikut nggak?" Tanya Javio.

Renafi kembali mengangguk, "Iya. Gue ikut."

Setelah mengucapkan itu Renafi kembali mengarahkan pandanganya ke arah papan tulis, dan berniat mengambil buku matematika yang semalaman sudah ia kerjakan. Ia akan kembali melihat jawaban miliknya.

Meski terlihat ia sedang bergulat dengan angka mematikan itu, sebenarnya fikiran Renafi melayang kepada David yang sekarang sudah tiada. Renafi menarik nafas panjang.

Kemampuan milik Renafi adalah keuntungan sekaligus kerugian bagi Renafi.

.

.

.

.

.

.

.

Setelah rencana mereka untuk pergi ke pemakaman David sudah mereka lakukan, sekarang Renafi tengah di kantin bersama keempat sahabatnya.

Renafi memesan soto kesukaannya, dengan laptop yang masih tetap berada di hadapanya, tanganya masih menari di jari-jari keyboard dengan mulut yang mengunyah soto tersebut.

Ia memfokuskan pandanganya, tanpa terganggu sedikitpun. Bahkan ke empat temannya sudah sibuk dan berbicara sangat kencang, Renafi tetap tidak mempedulikan mereka.

"Emang nasib gue nggak banget tau, Ndra. Masa tadi gue cuma ketawa dikit udah di suruh keluar kelas."
Saka berucap sambil memakan soto miliknya.

Jaendra yang di ceritakan seperti itu hanya menggeleng heran. "Ya. Kalo lo ketawanya brutal pasti di usir lah."

Sean yang sedari tadi fokus memakan cilok favoritnya lantas tertawa. "Emang dia ketawa brutal, Ndra. Makanya wajar di usir sama bu Riska."

Bu Riska adalah guru matematika yang terkenal killer. Jika ada salah satu murid yang tidak memperhatikan atau berbicara sendiri, tanpa segan murid itu akan Bu Riska usir keluar kelas. Dan korban saat ini adalah Saka yang tanpa sadar tertawa terbahak saat pelajaran mematikan tersebut.

Saka yang mendengar suara Sean itu lantas memanyunkan bibirnya. "Kalian semua emang fake friend."

"Drama banget lo Sak Sak." Dengan buku tebal milik Javio, ia melemparkanya tepat ke kepala Saka.

Sang korban langsung ancang-ancang memukul wajah milik Javio itu. "Woy, lo awas aja ya Jav. Sini lo gue pukul."

Renafi memijat pangkal hidungnya. Pusing mendengarkan celotehan teman-temannya yang sangat tidak bermutu. Bahkan ia yang sedang sibuk coding saja sampai tidak fokus.
"Berisik banget sih kalian. "

Jaendra yang tertawa sambil menyaksikan pertengakaran Javio versus duo S itu hanya tertawa. Ia mengalihkan pandanganya ke arah Renafi yang tengah menatap mereka sengit.

"Serius mulu lo Ren. Ada apa lagi sekarang?" Tanyanya.

"Nggak ada apa-apa. Cuma iseng" Kata Renafi sembari menutup laptopnya yang sedari tadi ia otak-atik.

Jaendra lantas memasang wajah berbinar kala teringat sesuatu yang di sampaikan guru kimianya pagi tadi. "Gue bakal lomba olimpiade kimia, Ren. Menurut lo, gue bakal menang nggak?"

Renafi lantas memejamkan matanya, dan langsung membuka kelopak matanya, kala ia melihat sinar berwarna kuning cerah yang menyinari Jaendra. Warna itu pertanda keberuntungan!.

Renafi mengangguk mantap. "Lo bakal menang kok, intinya belajar yang rajin." Katanya dengan senyum yang terpancar di wajahnya itu.

Kemampuan Renafi sebenarnya tidak hanya mampu mengetahui masa depan yang akan terjadi petaka. Namun ia juga dapat mengetahui keberuntungan, kesedihan, bahkan kebahagiaan juga dapat Renafi lihat. Dan selama ini prediksi yang Renafi lihat, tidak pernah salah.

Javio dan duo S sudah selesai bertengkar dan sekarang mereka sudah sibuk dengan makananya masing masing.

Saka meraih tempat minum miliknya, pertanda bahwa ia sudah menyelesaikan acara makannya.

Sean dengan mulut mengunyah masih berkutat dengan cilok berbumbu kacang itu, seharusnya ia sudah menyelesaikan makanya, namun karena merasa masih kurang, ia kembali membeli 5000 cilok lagi. Alhasil teman-temannya harus menunggu Sean menghabiskan cilok itu.

Dengan tatapan datar mereka ber empat menatap Sean yang masih dengan santai mengunyah makananya. "Kenapa? Kalian pengen cilok?" Tanyanya dengan polos.

Hal itu langsung di hadiahi pukulan buku oleh Javio.

★★★

★★★

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[3]Future; Renjun (✔️) Where stories live. Discover now