08 - Sebuah luka dan kenyataan

17 2 0
                                    

AMERTA Renjana: Narasi 2020

— Kilas balik dalam setiap hidup —

Aku tidak pernah membenci semesta—Abimana Putra Delarosa

***

TIDAK pernah tahu apa dan kenapa semua itu terjadi kepadanya. Sampai membuat Abi berpikir karma apa yang sedang dia alami saat ini. Bertumpu pada satu titik saja membuat dirinya kurang percaya dengan langkah yang membuat dirinya ragu ragu.

Berhasil lolos dari hujatan pagi ini, membuat Abi merasa Tuhan sedang berpihak kepadanya. Bagaimana tidak? Mereka semua pagi-pagi sudah berangkat dan tidak meninggalkan jejak sama sekali.

Diva keluar dari kamarnya, turun dari tangga menyapa Abi dengan senyuman manisnya. "Pagi, Bang."

"Pagi, Div."

"Tumben ya mereka udah pergi," kata Diva cukup tenang. Ya, bagaimana tidak? Setiap pagi, pasti selalu perang dunia ketiga.

Karena tidak ingin menghabiskan banyak waktu, akhirnya mereka segera keluar dari rumah. Tidak disangka, di luar sudah ada Wildan yang berdiri di depan rumahnya. Abi maupun Diva tidak tahu menahu kenapa lelaki itu pagi-pagi sudah ada menjemput mereka.

"Bang Wildan? Ngapain pagi-pagi di sini?"

Wildan membalikan tubuhnya. Tidak ada eskpresi apa pun. Dia malah menyuruh Abi dan Diva untuk masuk ke dalam mobilnya. "Masuk Bi."

"Oh, Bang Wildan mau ngajak kita berangkat bareng ya?" Lelaki itu hanya mengangguk.

Karena tidak merasa curiga, keduanya masuk ke dalam mobil. Di dalam sudah ada Dania yang menunggu. Abi duduk di depan bersama Wildan, sedangkan Diva di belakang bersama Dania.

"Bang tumben pagi-pagi ke rumah. Pasti ada sesuatu nih?" Tidak ada respons. Abi seketika bingung. Dia menoleh ke belakang. Tepatnya ke arah Dania meminta penjelasan. Namun, gadis itu diam saja seperti menyembunyikan sesuatu.

Tidak mau ambil pusing, Abi akhirnya menyerah. Mungkin, memang ada problem di keluarga mereka. Dan Abi tidak berhak tahu.

Tidak perlu membutuhkan waktu yang lama. Mereka sudah sampai di parkiran sekolah. Semua pasang mata menatap ke arah Abi dengan raut wajah yang tidak bisa digambarkan. Kehadirannya seolah-olah sudah ditunggu banyak orang. Abi yang tidak mengerti berusaha diam dan tidak meladeni apa yang semua orang lontarkan kepadanya.

"Anak baik berkedok mesum."

"Bah, tampang doang ya polos. Tapi, aslinya mesum."

"Gue kira beneran baik. Tapi, cuma jaga image aja."

"Biasalah. Orang kayak dia emang bisa akting."

Semua orang menatapnya sinis, sebenarnya apa yang sedang terjadi. Mereka bilang Abi... mesum? Sejak kapan kata-kata itu tersebar begitu saja? Bahkan ia sama sekali tidak tahu apa-apa sekarang.

"Bang sebenarnya ini ada apa sih? Abi sama sekali nggak ngerti!"

Wildan tetap diam.

"Bang? Abi nanya loh!"

"Jelasin semuanya di kantor nanti, Bi!"

AMERTA Renjana: Narasi 2020 | Lee HaechanWhere stories live. Discover now