12.pedih

107 7 3
                                    

"Kamu udah janji sama Ceyy! Awas aja ntar ga belain kalau Cey dimarahin your Mimom" bisik Cherry mengingatkan. Mereka berdua berjalan mengendap-endap melewati pintu belakang rumah megah tersebut.

"Iya-iya Mimom gamungkin malah sama anak bungsu kesayangannya inichh" ujar anak itu percaya diri.

Namun seperkian detik kemudian lampu halaman belakang tiba-tiba menyala, menampakan sosok wanita paruh baya dengan rambut disanggul rapi berdiri tegak tepat didepan pintu masuk.

"Bagus yaa, mau meneyelinap masuk lewat pintu belakang" ujar wanita itu.

"Hehehe..." Agezio melirik kearah Cherry seolah memberi kode, namun memang dasarnya Cherry yang lemot sehingga tak menangkap sinyal anak itu.

"Lariiiiiiii" dengan kecepatan seribu bayangan Agezio masuk kedalam rumah meninggalkan dirinya bersama titisan banteng yang siap mengamuk.

"A-Agezzz-----" tangan Cherry terjulur kedepan berharap bocah itu ikut menariknya kabur. Sial, ia tertipu.

"Hehehe...Hello madam" cherry memberikan senyum terbaiknya, memgangkat tagannya, dan menyapa dengan ramah.

"Cherryy kamu tu yaa-----" omelannya tertahan diujung lidah, mata berkilat amarah itu tampak semakin membara.

Cherry mengerutkan keningnya, mengikuti arah pandang wanita yang kerap ia panggil madam sushi. Di ujung koridor tampak seorang laki-laki berseragam kusut tengah berjalan mengendap-endap.

"Upss ketahuan" laki-laki itu mengangkat kedua tanganya, seolah ia telah tertangkap basah.

"Gahaa! Kenapa lagi muka ganteng kamu inii?" Sushi membolak balik wajah putranya, membuat sang empunya meringis kesakitan.

"Omoo-omoo punya anak dua gaada yang bener" Sushi memegang belakang lehernya yang tiba-tiba kesemutan. Melangkah masuk kedalam rumah sembari mengadu pada sang suami dengan kelakuan kedua anaknya.

▪︎Bad papa▪︎

"Akhh" Gaha meringis kesakitan, namun sedetik kemudian senyum terbit di bibir tipisnya.

"Gak kakak gak adik bisanya nyusahin Cherry ajaa" gerutu Cherry sembari mengolesi salep pada luka-luka memar di wajah anak bosnya tersebut.

Cherry bekerja di kediaman keluarga adititama. Sebagai guru privat. Namun entah bagaimana, kini pekerjaan bertambah dengan mengurusi segala kerusuhan yang dibuat kakak beradik itu. Meskipun gajihnya bisa dibilang sepadan dengan pekerjaannya.

"Kenapa sih berantem terus" Cherry tak henti mengomeli Gaha. Tak terhitung berapa kali ia mengobati luka-luka diwajah cowok ini.

"Biar bisa diobatin lo--akhh!" Gaha meringis kesakitan, Cherry sengaja menekan lukanya.

"Selesai. Cherry mau pulang"

"Udah mau pulang? Nginep disini aja ceyy, udah malem juga" ujar Gaha, menahan pergerakan Cherry yang bersiap untuk pergi.

"Bener, cey. Kamar tamu kosong tuh" ujar papa gaha yang baru saja menuruni tangga.

"Lain kali aja om" tolaknya.

"Yaudah kalau gitu gue anterin" ujar gaha.

"Gausah, gaha. Kamu masih sakit"

"Lo gaada hak buat nolak"

Gaha adititama. Cherry sudah mengenal laki-laki ini selama 6 bulan ia bekerja sebagai guru privatnya. Demi tuhan Cherry pasti akan jatuh hati pada cowok ini kalau saja ia bukan anak dari majikannya. Wajah Gaha 100% mewarisi ayahnya, tampan dan berkharisma. Namun sikap pemaksanya kadang menyebalkan.

Bad PapaWhere stories live. Discover now