13. Tanah Kelahiran

10 3 0
                                    

Palu, Sulawesi Tengah

Lucano kini kembali ke tanah kelahirannya. Tempat di mana masa kecilnya begitu dan dan bahagia bersama keluarganya yang sederhana.
Namun usai begitu saja ketika bencana tsunami yang meluluhlantahkan semuanya.

Ia menatap nanar rumah - rumah penduduk yang sekarang terasa asing dan berubah seiring berjalannya waktu. Ia tak menemukan lagi rumah yang dulunya selalu menjadi tempat ternyaman untuk dirinya pulang sehabis bermain di luar bersama adiknya.

Irven mengusap pundak lucano untuk menguatkan kembali mentalnya. Meski rumah yang dulunya miliknya sekarang menjadi masjid yang disinggahi banyak umat manusia.

Irven mengajak lucano ke rumah sakit tempat yang dulu pertama kali ia bertemu dan di rawat oleh irven. Irven mencoba mencari daftar nama - nama korban bencana tsunami 10 tahun yang lalu.

"Coba aku cek dulu buku yang satunya ven siapa tau nama yang kamu cari ada disana." Ujar salah satu rekan kerja irven yang bernama hisam yang masih bekerja di rumah sakit tersebut.

"Baik sam."

"Ini kalau tidak salah bukunya ven, coba kamu cek terlebih dahulu. Ini aku temuin di gudang sama tumpukan buku yang lain. Tapi coba siapa tau ini buku daftar nama korban tsunami 10 tahun yang lalu." Hisam memberikan sebuah buku daftar nama yang kedua kepada irven.

"Ini luc,coba kamu cek dengan teliti apakah ada nama keluarga kamu."

Lucano mencari dengan teliti nama - nama korban tsunami yang ada di buku tersebut. Sementara irven dan hisam juga ikut membantu meneliti ulang nama di buku yang satunya.

"Chalinda." Gumam lucano.

"Udah ketemu luc?." Tanya irven.

"Ini gak ada nama panjangnya om?." Tanya lucano kepada hisam.

"Yang mana luc?."

"Yang ini." Lucano menunjuk nama chalinda yang ada di urutan nomor 185.

"Chalinda.. chalinda. Sebentar om carilam datanya di laptop dulu luc." Hisam mencari data yang masih ia simpan di dalam laptopnya.

Setelah beberapa menit, ia mencari data atas nama chalinda. Kemudian ia memeriksa data tersebut. Lalu ia memperlihatkannya kepada lucano.

"Ini luc data yang om dapat atas nama chalinda."

Chalinda el lara laluna. Usia 5 tahun. Luka di bagian kepala belakang, lebam di bagian goresan di lengan bagian kanan, goresan di telapak kaki kiri, punggung yang sudah memar dan luka ringan di bagian lutut. Ditemukan di sebuah batang pohon yang mengambang dengan posisi tengkurap dan tertindih kayu cukup besar.

"Gak ada fotonya om?." Tanya lucano setelah selesai membaca informasi dari data tersebut.

"Tidak ada luc."

"Kalau sekarang om tau dimana keberadaan dia?."

"Maaf luc, tapi Om tidak tau."

Lucano mengusap kasar wajahnya, ia telah berhasil menemukan nama adiknya namun ia tidak tau dimana keberadaannya yang sekarang. Setelah 10 tahun lamanya ia mencari keberadaan keluarganya mulai ada titik terang. Meski ayah ibunya tidak ada di daftar tersebut. Namun lucano merasa sedikit ada keajaiban bisa menemukan nama adiknya di buku yang sempat hilang dan akhirnya ditemukan kembali oleh hisam.

"Tapi kalau kamu mau cari tau lebih lanjut. Kamu bisa mendatangi panti asuhan yang berada di dekat arah ke pantai. Kamu bisa cari tahu disana. Soalnya juga ada beberapa anak yang ditemukan dibawa dan dirawat disana semua."

"Tapi om yakin kan chalinda masih hidup?."

"Om yakin luc. Waktu itu memang bukan om yang menangani kondisi chalinda. Tapi om sempat lihat ia sudah sadarkan diri. Dan setelah itu sepertinya ia dibawa ke panti asuhan daerah sana."

Hujan Yang Memeluk LaraWhere stories live. Discover now