💔24💔

266 16 0
                                    

HAPPY READING!!!

Hallo?
Vote dan komen yaa teman temin...

💔EX💔

Sejak beberapa menit yang lalu tidur Hans sedikit terusik karena sayup sayup mendengar suara obrolan. Namun kedua matanya masih enggan untuk terbuka, rasa kantuknya benar-benar begitu berat. Mungkin karena terlalu lelah. Tetapi walaupun begitu ia tetap berusah bangun dan membuka mata untuk sekedar memastikan apakah ini sudah pagi, tapi tidak mungkin jika ia masih dibiarkan tidur seperti sekarang ini.

"Maafin mas, ya?" lirih Ferry. Manik matanya menatap sang istri penuh rasa bersalah.

"Udah, nggak perlu minta maaf, ini semua bukan salah mas." sahut Amy seraya mengembangkan sudut bibirnya berharap bisa membuat Ferry sedikit tenang dan berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

Percakapan orang tuanya itu mengurungkan niat Hans untuk bangun. Ia tidak mengerti kemana arah pembicaraan itu. Karena penasaran, akhirnya ia memilih tetap pada posisinya yang tidur di sofa ruangan Amy dan pura pura masih tertidur pulas.

Jam menunjukkan pukul satu dini hari. Meyra sudah pulang sekitar empat jam yang lalu. Sebenarnya gadis itu menolak, ia ingin tetap di rumah sakit dan menemani sang bunda, tapi karena perintah dari Ferry akhirnya Meyra menurut saja, Hans lalu mengantarnya pulang ke rumah sekalian ia ingin mengambil ponselnya yang tertinggal.Biar Ferry dan Hans yang menemani Amy, Ferry khawatir akan kesehatan sang putri, jangan sampai putri sulungnya itu ikut jatuh sakit.

"Kamu seharusnya nggak perlu ikut mikirin masalah ini bund, sampai sakit gini. Ini semua biar jadi urusan mas," tutur Ferry yang masih terus di rundung rasa bersalah.

"Mas, udahlah bunda nggak papa ko. Lagian masalah kamu kan masalah aku juga, semua akan kita lewati bersama."balas Amy.

Hans yang pura pura tidur itu bingung," Masalah apa si sebenarnya?" batin cowo itu.

"Nggak bund, ini tanggung jawab mas sebagai kepala keluarga," kata Ferry tak setuju. "Mas akan berusaha semaksimal mungkin agar perusahaan kita tetap bertahan ."

Amy tersenyum sambil mengangguk kecil,"Iya mas, aku percaya sama kamu, kamu pasti bisa mempertahankan perusahaan dan melunasi hutang hutang." ujar Amy berusaha memberi dukungan pada suaminya.

"Mas janji, kamu dan anak anak akan tetap baik baik aja dan tidak akan pernah kekurangan apapun."pungkas Ferry.

Kemudian Amy kembali mengangguk kecil dan menampilkan senyum manis. "Iya mas, aku selalu berdoa yang terbaik untuk kita semua."

Ferry yang semula duduk di samping brankar Amy beranjak berdiri dan mencium singkat kening sang istri. "Kamu juga harus janji untuk sembuh, demi aku dan anak anak." imbuhnya setelah mencium singkat kening Amy yang terasa hangat. Pria paruh baya itu kembali duduk.

"Iya mas," sahut Amy.

"Yasudah, lebih baik sekarang kita tidur, maaf harusnya kamu banyak istirahat." ucap Ferry, seharusnya ia membiarkan istrinya istirahat sedari tadi, bukan malah membahas masalah yang sedang mereka hadapi di tengah malam seperti ini.

"Kasihan Hans," gumam Amy saat menoleh ke arah putra bungsunya. "tidurnya pasti nggak nyaman."

Rasa kantuk berat tadi seketika hilang begitu saja.
Sekarang Hans menjadi gelisah, tak tau harus bagaimana. Tidur sudah tidak bisa. Di jam tidur seperti ini ia malah pusing memikirkan masalah perusahaan sang ayah yang katanya tengah dalam masalah dan terlilit hutang. Ntah bagaimana ceritanya hal itu bisa terjadi.

Ya Tuhan, kenapa semua masalah datang bersamaan seperti ini. Otaknya seakan di paksa untuk terus berfikir dari satu masalah ke masalah yang lain sepanjang waktu tiada henti.

Ntah sudah berapa lama ia menutup mata dan berusaha untuk melanjutkan tidurnya kembali. Tapi rasa kantuk itu benar benar hilang ntah kemana. Akhirnya Hans membuka mata dan merubah posisinya menjadi duduk seraya melempar tatapan ke arah sang bunda yang sudah memejamkan mata di atas brankar, dan ada sang ayah yang duduk tertidur dengan kepala di letakkan di bagian tepi brankar dengan berbantalkan tangannya.

Hans menatap sendu kepada kedua orang tuanya.
Benar, hidup ini bagaikan roda yang berputar, Dan saat ini mungkin roda kehidupan keluarganya sedang berada di bawah. Meski belum tahu pasti apa penyebab masalah perusahaan sang ayah, tapi jelas itu pasti masalah besar sampai mengganggu kesehatan Amy. Sebagai anak yang statusnya masih seorang pelajar, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa berdoa agar semua segera membaik, semoga apapun itu bisa di atasi oleh Ferry. Satu satunya yang mungkin bisa ia lakukan adalah mulai untuk tidak boros, ya, saat ini hanya itu yang dapat ia lakukan.

Tersadar dari lamunannya, Hans merogoh ponselnya, saat layar sudah menyala Hans melihat waktu menunjukkan hampir pukul dua. Hans teringat sesuatu, lantas ia langsung membuka aplikasi WhatsApp, namun ternyata nihil, tidak ada balasan apapun dari Cia, bahkan pesan yang ia kirim masih tetap ceklis satu.

"Cia kemana, masa dari tadi sore nggak aktif, tumben banget." monolog Hans, "Nggak mungkin kehabisan kuota, lagian kan di rumahnya ada Wifi. Apa gue di blok ya? Tapi Cia nggak gitu orangnya." cowo itu masih terus mengoceh tak jelas.

"Cia se marah itu ya sama, Hans?" lirihnya sebelum akhirnya ia kembali merebahkan tubuhnya.

Tapi... tunggu, sepertinya ada pesan masuk yang belum ia baca karena hanya fokus pada kontak yang ia sematkan, Cia. Ia kembali membuka aplikasi WhatsApp untuk memastikan.

Friska

Tadi gue nggak sengaja liat Lo
di rumah sakit. Tante Amy sakit?
Soalnya cuma tante Amy yg nggak
gue lihat disana|

Kalo bener tante Amy lagi dirawat,
dan ntah sakit apapun itu, semoga lekas
sembuh yaa|

oh iya sorry, gue tadi buru buru padahal
sebenarnya gue pengin nengokin|

gue tau Lo syg bngt sama Tante Amy, tapi
sakitnya Tante Amy jangan malah buat Lo
ikut sakit jg, gue yakin Tante Amy pasti
sembuh;)
l know you are strong, Hans;)|

Usai membaca pesan dari Friska yang lumayan panjang itu malah membuat Hans semakin pusing.

Huuffftt...

Hans membuang nafas berat dan memijat pangkal hidungnya sambil memejamkan mata. Kenapa di saat saat seperti bukannya Cia yang ada untuknya malah seseorang dari masa lalunya yang seolah tidak pernah terhapus dari memorinya dan tidak pernah benar benar pergi dari hidupnya. Hans Mencintai Cia, sungguh. Tapi, Friska?? Ntahlah, Hans juga bingung, perasaan seperti apa yang sebenarnya ia rasakan ini.

Biarlah waktu yang menjawab semuanya.

|Thanks, iskaa

Pada akhirnya hanya itu yang dapat Hans krim sebagai balasan. Masalah masalah yang sedang menimpanya membuat ia sulit berfikir. Lagipula apalagi yang harus ia katakan selain ucapan terima kasih.

Seteleh mengirim balasan untuk Friska, Hans memasukkan benda pipih itu kembali ke dalam saku celananya dan mencoba untuk memasuki dunia mimpi lagi.

TBC

SEE U

EX [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang