08. Go Villa

502 70 1
                                    

Mave menggendong tubuh Chloe yang pingsan saat dihutan tadi, syukurnya hujan sudah tidak terlalu deras. Dan Mave memberanikan diri untuk melanjutkan perjalanan dan untung saja kini dia berhasil keluar dari hutan itu. Saat melihat mobilnya Mave sedikit terheran mengapa seperti terlihat tidak ada orang? Saat melihat ke belakang ternyata ada Jenan dan Naeva yang tertidur sambil bersandar satu sama lain.

Tanpa membangunkan keduanya, Mave menidurkan Chloe juga. Setelah semua selesai Mave membawa mobil kembali ke perkotaan, Chloe masih sudah mulai sadar namun badannya masih lemas begitupun Naeva yang mulai terbangun karena merasa berat dengan pundaknya. Yang saat dia lihat ternyata ada Jenan yang tertidur nyenyak dipundaknya.

Mave segera membawa mobil kembali ke dalam villa, dia sudah benar-benar lelah saat disesatkan dihutan itu apalagi keadaan Chloe yang tiba-tiba pingsan mungkin karena kedinginan.

Setelah sampai Mave membangunkan Jenan lalu mereka segera masuk ke dalam villa sebelum demam menyerang mereka. Karena keadaan mereka masih basah, belum sempat untuk mengganti baju.

Naeva maupun Chloe setelah keduanya membersihkan diri mereka berbaring lemas diranjang. Naeva tersentak saat tiba-tiba Chloe memeluknya.

"Bagaimana perasaan kamu?" Tanya Chloe. Naeva membalas pelukan itu karena membuat dirinya hangat. Sudah biasa keduanya suka berpelukan untuk saling menyalurkan kehangatan masing-masing karena memang tidak ada bisa mereka peluk selain untuk saling memeluk satu sama lain.

"Mungkin sedikit membaik, badanku terasa lebih fresh kali ini." Jawab Naeva dibalas senyuman Chloe. Namun keduanya menoleh saat terdengar ketukan pintu yang saat pintu terbuka ternyata ada Mave dan Jenan. Dengan cepat keduanya bangun untuk duduk saat Jenan dan Mave masuk ke dalam.

"Minumlah ini." Jenan menyerahkan minuman hijau digelasnya. Ah Naeva merasa tidak asing, sepertinya ini teh herbal yang pernah Jenan berikan saat itu. Dengan ragu Naeva menerima dan meminumnya. Namun detik kemudian dia terkejut karena kali ini rasanya manis tidak pahit.

"Bagaimana rasanya? Apakah masih pahit?" Tanya Jenan. Naeva segera menghabiskan minumannya lalu menggeleng.

"Ini sangat manis, aku suka." Jawab Naeva, setelahnya Jenan menghela nafas lega dan berjalan untuk duduk disofa kamar itu.

"Itu sebenarnya bukan teh biasa, dulu kakekku juga mempunyai kemampuan seperti ini. Jika kamu merasakan pahit saat minum teh itu berarti ada iblis yang mengincar atau menempel ditubuhmu, dan jika manis itu berarti tidak ada lagi iblis yang mengincar tubuhmu." Terang Jenan, lalu Mave berjalan untuk duduk disamping Jenan.

"Jadi, apakah iblis itu sudah pergi?" Tanya Naeva sambil menaruh gelasnya dinakas.

"Iblis itu memang pergi, namun tubuhmu menjadi sensitif terhadap makhluk halus. Apalagi latar belakang mu yang ternyata dulunya seorang indigo." Jawab Jenan.

"Lalu apa yang harus lakukan sekarang?"

"Kau harus tetap tinggal bersamaku, akan kubuatkan minuman yang biasa aku berikan pada pasienku umumnya agar menghilangkan energi yang bisa dicium makhluk halus itu."

"Bisakah aku pulang saja, dan membeli minumanmu lalu aku minum dirumahku saja." Naeva menatap Jenan dengan memohon.

"Tidak bisa, baru kali ini kita bertemu dengan pasien seorang mantan indigo. Jadi tentu ada perbedaannya dan bertahap cukup lama." Sahut Mave membuat Naeva menoleh dan cemberut.

"Kamu bisa kembali kuliah, dan pulanglah ke mansion milik Jenan. Kita sudah membicarakan ini dengan orang tuamu jadi kamu tidak perlu khawatir Naeva." Lanjut Mave berucap, diam-diam Jenan tersenyum.

"Yasudah lah, baik aku mengerti." Naeva tersenyum kecut. Jenan berdiri dan mendekati Naeva mengusap pucuk kepalanya membuat Naeva terkejut karena perlakuan itu.

"Aku akan menyembuhkan mu dengan cepat." Ucap Jenan lalu melenggang pergi, Mave yang masih setia duduk disofa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya terkekeh melihat reaksi Naeva yang mematung.

"Kita akan memesan makanan, kalian ingin sesuatu?" Ucapan Mave membuat Naeva kembali tersadar.

「❀」

Besok paginya Naeva turun ke lantai satu dengan wajah yang sedikit acak-acakan, dia tidak peduli dengan keadaannya dia hanya haus ingin mengambil minum. Setelah ke dapur untuk mengambil minum langkah Naeva terhenti saat mendengar gelak tawa yang tak jauh dari taman belakang.

Meneguk salivanya saat melihat Jenan yang bertelanjang dada menampilkan otot-otot perutnya, tak jauh dari sana ada Mave dia masih memakai kaos namun kaos itu tanpa lengan. Nikmat mana yang engkau dustakan?

Naeva menggeleng-gelengkan kepalanya lalu segera pergi kembali ke kamarnya. Dia menjadi teringat saat Jenan tidur menemani nya, bukankah saat itu juga dia bertelanjang dada? Namun mengapa saat itu dia tidak meliriknya sama sekali? Tanpa arahan semburat merah muncul dari pipinya. Oh tuhan ada apa dengannya?

Jenan tertawa saat mendengar cerita Mave mengenai hal kemarin. Pagi ini, Jenan mengajak Mave untuk berolahraga karena sudah lama dirinya tidak melakukan olahraga sejak bertemu Naeva.

Ditaman belakang memang sudah disediakan ada beberapa alat olahraga yang memudahkan untuk mereka sehingga tidak perlu untuk keluar villa. Mereka berolahraga sambil bercerita mengenai kejadian kemarin.

"Aku benar-benar minta maaf tidak menolongmu, aku lupa karena kelelahan sehingga ikut tertidur." Ucap Jenan masih dengan kekehannya.

"Aku yang terkena imbasnya dari ritualmu ini." Mave memandang Jenan malas, lalu dirinya memilih untuk melakukan push up. Jenan berjalan duduk diatas punggung Mave.

"Yang terpenting kau sudah kembali bukan?"

"Jenan! Enyahlah kamu dari punggungku!" Bukannya menjawab Mave mengusir Jenan yang seenaknya duduk diatas punggungnya.

"Agar kamu mempunyai otot Mave." Jenan berucap santai.

"Sialan, kamu pikir aku tidak punya?!" Jenan tertawa lalu berdiri dan kembali ke tempat duduknya semula. Mave memandang Jenan sinis.

"Aku tidak sembarang membuka-buka pakaian seperti mu. Bagaimana jika nanti Naeva melihat perutmu?"

"Bukankah itu bagus? Lagipula dia nanti akan menjadi istriku." Ucapnya lalu Jenan mengambil botol dan meneguknya hingga habis.

"Dia saja ketakutan melihat wajahmu bodoh." Mave yang kali ini tertawa. Jenan melempar botol itu ke tempat sampah dan ya itu tepat sasaran.

"Ingin taruhan?" Ucap Jenan menantang, Mave duduk disamping Jenan dan menjitak kepala Jenan.

"Jangan gila kau ingin menyakitinya?" Jenan terkekeh.

"Aku hanya bercanda. Bagaimana kau dengan Chloe? Aku tidak begitu yakin." Lagi-lagi Jenan meledek Mave.

"Saat kejadian kemarin dia meminta aku untuk tetap bersamanya."

"Itu karena dia ketakutan, kau berharap apa Maverick?" Lagi lagi Jenan tertawa sambil menahan perutnya yang mulai sakit karena terlalu banyak tertawa.

"Sudahlah aku malas denganmu, aku akan membuat surat pengunduran diriku sebagai asisten mu." Ucap Mave lalu melenggang pergi meninggalkan Jenan yang masih setia tertawa.

ㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤTBC..

Tamat gasiii kan udah sembuh Naeva nya ahahaha, jangan lupa votee.

(✓) My Patient | nominWhere stories live. Discover now