27. Lost, or Gone?

12 8 3
                                    

Eyyo guys! Kangen nihh
Absen yuu >>>>

Selamat membaca!!!

-

-

-

-

"Pergi tanpa pamit mungkin mendewasakan,
tapi sakit yang dirasa sebelumnya pasti selalu membekas."
- Adrian Sandyakala -

-

Tangan itu mengelus dengan lembut kayu nisan bertuliskan nama sang ibunda tercinta, dan sang kakak. Tak terasa, matanya memanas dan mengeluarkan cairan bening yang hangat membahasi kedua pipinya. Hatinya hancur saat ini, bahkan, sebongkah berlian yang dihadiahkan untuknya pun tak mampu menarik senyumnya, sedikitpun. Baginya, Dalisha adalah segalanya, dan Monika juga begitu, meski dia tak ingat dengan jelas momen kebersamaan mereka berdua karena sedari kecil Monika sudah tinggal bersama sepupu mereka.

"Ma, istirahat dengan tenang, ya? Jangan takut, Ian anak yang kuat, kok."

Dalisha Asyakira, itulah nama yang terukir di sana.

Kini dia beralih mengelus kayu nisan milik sang kakak, Monika. Selama ini, ketika ada yang bertanya mengenai kakaknya, yang Adrian tahu hanyalah sebuah nama yang indah dengan jepit rambut mungil yang selalu dipakai oleh sang pemilik nama tersebut.

Monika Rosa Julia.

Cantik, kan? Tentu, Adrian selalu tersenyum ketika mendengar namanya, nama itu sangat cocok untuk sang kakak yang cantik dan unik, serasi, dan indah, seindah bunga Julia Child.

"Halo, My Julia Child. Aku bakal selalu rindu sama kamu, selalu."

Tubuhnya bergetar, Adrian terus berkedip sambil menunduk, berusaha menahan tangisnya. Namun, siapa yang sanggup menahan pedihnya kehilangan jika pertemuan pertama dan terakhir saja tak ada jejaknya dalam ingatan?

Sang ratu kini pergi bersama putrinya, meninggalkan raja dengan pangeran kecil yang masih membutuhkan mereka, bahkan, keduanya akan selalu membutuhkan kehadiran mereka.

"Ayo pulang, Nak. Udah mulai hujan," bujuk Faro lembut seraya menepuk pelan bahu anaknya yang tengah rapuh. Adrian hanya menggeleng, masih larut dalam kesedihan yang mendalam baginya.

Tidak ada seorang pun yang tak terluka apabila ditinggal oleh ibunya.

Jika bisa, Adrian akan kembali ke masa lalu, atau memohon pada semesta untuk tidak merenggut apa yang sudah menjadi haknya.

Faro cemas dengan kondisi Adrian, karena semalam mereka tidak tidur sama sekali. Karena kedua jasad dipindahkan, diurus serta harus dimakamkan pagi-pagi, jadi mereka tidak punya waktu istirahat yang cukup, mungkin ada, tapi hanya sebentar dan harus bergiliran.

"Ian, besok atau nanti siang kamu bisa ke sini lagi. Sekarang pulang dulu."

Adrian menoleh, berdiri dari posisi jongkok untuk menyamakan tingginya, "Papa mau balik lagi ke sana?"

ADRIAN [ REVISI ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant