24 | Terikat Dengan Setan Dongga

1K 107 4
                                    

Mendengar Faisal memberi perintah pada setan dongga yang menjaganya, jelas membuat Ziva dan Raja langsung mewaspadai keamanan keempat anggota timnya. Alwan jelas tidak perlu dihitung, karena Faisal sama sekali tidak tahu kalau ada tambahan anggota baru di dalam tim itu. Lagi pula sejak tadi Faisal belum pernah satu kali pun melihat sosok Alwan, karena pria itu terus berada di dekat wadah berisi boneka teluh yang sedang terbakar dan berjaga di sana sepanjang waktu. Alwan sendiri kini kembali menambahkan bahan bakar ke dalam wadah yang hampir meredup. Sehingga api yang tadinya hampir mati kembali berkobar di sekeliling kegelapan rumah yang disewa oleh Faisal.


"Kita harus memakai taktik sebelum melawannya. Setan dongga itu harus dipisahkan dari dirinya jika ingin aman saat sedang menghadapinya," bisik Ziva, yang suaranya masih parau akibat menangis.

"Dan apakah ada jalan yang sudah kamu pikirkan untuk memisahkan Faisal dan setan dongga itu?" tanya Mika, ikut berbisik.

"Ya, sudah aku pikirkan dan kalian tinggal membantuku merealisasikanya. Ikuti arahan Raja," jawab Ziva.

Raja pun paham dengan apa yang sedang Ziva pikirkan. Terlebih saat itu Ziva sudah mengeluarkan air dari dalam ransel miliknya secara diam-diam.

"Tar ... Ras ... bawa Mika dan Hani untuk mundur. Setan dongga itu benar-benar maju dan akan menyerang kalian," perintah Raja.

Rasyid pun segera menarik Mika dan Tari menarik Hani untuk mundur seperti tadi. Ziva segera menyiramkan air ke atas tanah dan membuat lingkaran yang mengelilingi tempat di mana Rasyid dan yang lainnya berdiri. Setan dongga yang awalnya diperintahkan untuk menyerang ke arah empat orang di dalam lingkaran itu mendadak tidak bisa menjangkau mereka. Hal itu jelas membuat Faisal merasa sangat marah. Ia merasa kecewa, karena akhirnya tidak terjadi apa pun pada orang-orang yang diincarnya padahal ia sangat mengandalkan setan dongga yang menjaganya tersebut. Kini setan dongga itu hanya bisa berkeliling saja di luar lingkaran yang tadi Ziva buat, tanpa bisa menyentuh orang-orang yang ada di dalamnya.

"Kurang ajar!!! Mau sampai kapan kamu terus melawanku, Ziva??? Apa kamu tidak paham bahwa aku cinta sama kamu dan hanya mengharapkan bahwa kamu akan membalas perasaanku??? Kenapa kamu harus melawan sampai sejauh ini atas usahaku untuk mendapatkan kamu???" bentak Faisal, sambil menatap marah ke arah Ziva.

"Cih! Cinta katamu? Kamu cinta padaku tapi tidak menjaga perasaanku dan berani membentak aku seperti orang kesetanan? Ayah dan Ibuku yang merawat aku sejak baru lahir tidak pernah sama sekali membentak diriku! Raja yang kini adalah Suamiku tidak pernah sama sekali membentak aku sejak awal dia mengenalku! Sementara kamu yang bukan siapa-siapa di dalam hidupku begitu berani membentak aku dan bilang bahwa kamu cinta aku? Menjijikan!" ungkap Ziva, sudah merasa tidak tahan dengan semua kelakuan Faisal.

Mendengar apa yang Ziva ungkapkan jelas membuat Faisal terdiam dan menyadari bahwa dirinya telah salah langkah. Ia memang selalu tidak bisa mengontrol sikapnya jika sudah terlalu emosi ketika menghadapi sesuatu. Ia tidak sadar bahwa hal itulah yang mungkin membuat Ziva tidak pernah menyukainya dan lebih memilih Raja yang sama sekali tidak pernah bersikap kasar.

"Ma--maafkan aku, Ziv. Maaf. A--aku tidak bermaksud ...."

"Tutup mulutmu!" potong Ziva, dengan tegas. "Tidak usah banyak bicara dan hadapi saja aku! Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja! Kamu harus membayar semua hal yang sudah kamu perbuat kepadaku, kepada Suamiku, dan juga kepada sahabat-sahabatku! Aku akan memastikan bahwa kamu benar-benar tidak akan lolos malam ini!"

Faisal bisa melihat kemarahan yang berkobar pada kedua mata Ziva. Wanita itu benar-benar tidak mencoba untuk menyembunyikan kemarahannya sama sekali di hadapan Faisal. Bahkan mungkin, Ziva memang ingin Faisal tahu bahwa dirinya memang sangat marah atas semua perbuatannya. Ziva dan Raja segera mengeluarkan pedang jenawi dari balik punggung baju masing-masing, lalu bersiap untuk menyerang ke arah Faisal. Faisal kini tampak waspada dengan setiap langkah yang diambil oleh Raja maupun Ziva. Ia sama sekali tidak ada persiapan untuk melawan kedua orang tersebut, terlebih karena keduanya sama-sama membawa senjata tajam.

"Hei! Lindungi aku!" Faisal memberi perintah pada setan dongga yang menjaganya, seperti yang tadi ia lakukan.

Raja pun tertawa saat mendengar perintah itu. Faisal kembali merasa diejek oleh Raja, sehingga dirinya langsung melayangkan tatapan tajamnya ke arah pria itu.

"Aneh sekali," ujar Raja. "Apakah menurut kamu, dukun yang membantunya tidak mengatakan bahwa setan dongga itu tidak bisa diperintah lagi jika perintah yang pertama belum selesai dia tuntaskan?"

Faisal kembali merasa kaget setelah mendengar yang Raja katakan pada Ziva. Ziva pun kini menatap ke arah Raja seraya tersenyum.

"Dia 'kan bodoh, Sayang. Pasti saat ditawari oleh dukun yang membantunya untuk diberi penjaga, dia tidak bertanya-tanya soal spesifikasi setan yang akan mendampinginya dan hanya setuju-setuju saja. Jangankan soal setan dongga yang harus menyelesaikan perintah pertama agar bisa diperintah lagi, dia mungkin bahkan tidak tahu kalau dijaga oleh setan dongga artinya dia sudah siap akan menjadi budaknya yang patuh. Karena setan dongga tidak akan pernah melepaskan manusia yang memerintahnya, dan akan menyeretnya terus-menerus ke arah jalan yang paling sesat," tanggap Ziva, sangat santai.

Wajah Faisal benar-benar memucat. Ia mulai melangkah mundur perlahan-lahan setelah tahu bahwa pada akhirnya ia akan terjebak dengan setan dongga yang menjaganya, tanpa bisa melepaskan diri meskipun ingin. Raja dan Ziva kembali menatap ke arah Faisal, karena tahu bahwa laki-laki itu tidak lagi memiliki jalan keluar.

"Mau ke mana kamu? Mau lari?" tanya Raja.

Langkah Faisal pun seketika berhenti saat Raja mengutarakan pertanyaan pada dirinya.

"Kamu enggak akan bisa lari, meskipun kamu ingin sekali lari dari sini. Kamu sudah terikat dengan setan dongga yang menjagamu itu. Kami sengaja membuatmu memerintahkan setan dongga itu untuk menyakiti keempat sahabat kami, lalu kami mengurung mereka berempat dalam satu lingkaran, sehingga setan dongga itu tidak bisa melaksanakan perintahmu. Dengan begitu, kamu tidak akan mendapatkan bantuan lagi dari setan dongga yang menjagamu. Tapi kamu juga tidak bisa melarikan diri. Karena kalau sampai kamu berusaha untuk lari, maka setan dongga itu akan merasa bahwa kamu mengkhianati dia dan dia akan langsung membunuhmu," jelas Raja.

"Kenapa kamu berwajah kaget seperti itu? Kamu pikir, hanya kamu yang bisa memiliki pikiran yang licik? Kami pun juga bisa berpikiran licik dan bisa merealisasikannya. Tapi kami jarang ingin berpikiran licik dan lebih memilih untuk berpikir dengan tenang selayaknya manusia pada umumnya. Jadi ... jangan lari. Aku akan memastikan kalau kamu akan benar-benar hancur malam ini juga!" tegas Ziva, tak main-main.

* * *

TELUH BONEKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang