Amarah Jihan (2)

638 38 0
                                    

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Mama sedang bertanya?!! Dari mana kamu seminggu ini?!!"
"Mau jadi anak nggak bener kamu, nggak pulang seminggu?!!"
"Mulai nggak menganggap mama kamu" tuding Jihan

"Jangan hanya kesalahan kecil mama, kamu nggak menganggap mama lagi"
"Ingat mama yang besari kamu mati-matian"
"Liat mama!! Mama emang bodoh tapi ini mama yang udah besarin kamu, sekolahin kamu sampek pinter"
"Itu semua karna mama!!" semua perkataan Jihan seakan menjadi pisau yang menyayat hati Anne

"Cuma karna masalah ini kamu seakan membuang mama"
"Apa salahnya mama jatuh cinta?? Apa mama salah punya impian dan harapan baru? Mama salah punya sandaran baru?"
"Mama juga nggak tau kalau takdir mempertemukan mama dengan pak budi"
"Cinta nggak salah Anne, cinta kami nggak salah"

Tes tes tes

Air mata Anne lagi-lagi jatuh karna mamanya. Dirinya hanya bisa tersenyum getir mendengar semua ungkapan sang mama.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini, Anne?"
"Mama juga ingin punya orang yang mama cintai"
"Mama selama ini rapuh cuma berpura-pura kuat demi kamu" lirih Jihan mulai meneteskan air matanya
"Ini mama yang udah besarin kamu, yang udah biayain semua keperluan kamu"
"Jangan karna masalah ini kamu jadi seperti ini, coba bayangin kalau mama nelantarin kamu gitu aja dulu"
"Ingat mama yang berjuang mati-matian buat biaya operasi kamu"
"Semua itu mama, Anne. Mama!!" teriak Jihan frustasi melihat Anne yang hanya menangis dalam diam menatapnya dengan penuh luka.

"Atau kamu memang nggak mau mama bahagia?" tanya Jihan lirih namun begitu menyakitkan didengar.

DEG

Hati Anne hancur sehancur hancurnya mendengar itu. Setelah semua yang Anne lakukan untuk mamanya. Setega itu mamanya mengatakan itu.

Bagian mana Anne tak ingin Jihan bahagia, selama ini Anne selalu mengalah menuruti segala keinginan mamanya meskipun itu menyakiti hatinya. Anne hanya diam dan tersenyum manis untuk Jihan.

"Sejahat itu kah An dimata mama?" Tanya Anne yang sedari tadi diam.
"Tidak bisakah mama bertanya dulu, atau enggak tunggu Anne menjelaskan dulu" Anne mengulung lengan bajunya menunjukkan bekas infus yang masih di plester di punggung tangannya.

"Anne sakit ma, Anne sakit. Selama seminggu anne ada di rumah sakit" menyodorkan hasil labnya dan segala obat-obatan yang baru di belinya tadi.

Jihan menegang melihat semuanya.

"Mama bilang mama rapuh, sama Anne juga rapuh, Anne juga sakit. Anne hanya bertahan sejauh ini untuk mama"
"Anne berterimakasih dengan mama untuk segalanya. Untuk tenaga, untuk uang, untuk waktu, untuk pengorbanan yang mama kasih untuk Anne"
"Anne nggak akan bisa sepeti ini tanpa mama"
"Tenang aja Anne nggak akan lupa dengan semua itu" semakin banyak Anne berbicara semakin deras air mata yang mengalir dipipinya.

"Dan soal cinta, iya mama bener. Mama bener, cinta memang nggak pernah salah. Karna disini Anne yang salah. Anne yang terlalu berharap kita bakalan sama-sama trus"
"Anne nggak pernah berpikiran nggak menganggap mama, mama duluan yang nggak menganggap Anne"
"Mama nggak salah, orang itu nggak salah, cinta kalian nggak salah"
"Anne yang salah" tunjuk Anne pada dirinya sendiri

"Seminggu yang lalu Anne denger dari mama dan Oma. Ayah meninggal karna bunuh diri" Jihan begitu terkejut mendengar pengakuan sang anak. Rahasianya selama ini terbongkar.
"Bayangin gimana rasa sakit nya Anne?? Bahkan ayah juga milih ninggalin Anne. Hati Anne sakit"
"Mama minta Anne tetep biasa aja, ketawa ketiwi meskipun Anne sakit? Nggak bisa ma, Anne nggak bisa" lirih Anne dengan mata yang penuh dengan luka

"An" Panggil Jihan yang langsung dipotong dengan Anne

"Anne yang salah disini, Anne yang salah"
"Anne terlalu berharap"
"Anne hanya merasa nggak adil, setelah bertahun-tahun. Baru 3 tahun kita deket seperti ibu dan anak. Tiba-tiba orang asing datang dan mengambil mama"
"Ini nggak adil buat Anne" isak Anne semakin keras

"Maaf udah menghambat kebahagiaan mama"
"Maaf ini memang salah Anne"
"Perjuangin cinta mama, semoga mama selalu bahagia"
"Anne nyerah, Anne capek ma"
"Dunia Anne terlalu gelap, terlalu sunyi, sepi" berdiri duduknya Anne menatap mamanya yang terisak

"Anne capek, ma" kata terakhir Anne sebelum anne benar-benar pergi dari rumahnya.

----------------
NeXt?

Mengulang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang