CHAPTER 2 💦

2.5K 194 39
                                    

Call Me Mpiw!
ABSEN DULU BESTIEEEE










Kaki jenjang yang dibalut high heels merah menyala melangkah memasuki gedung mewah yang merupakan perusahaan pusat milik si Maharvin. Sesuai perjanjian tadi pagi jika Lalis akan datang ke perusahaan milik Arjeka.

Saat memasuki gedung Lalis menjadi sorotan para karyawan yang berlalu-lalang di sana, bagaimana tidak menjadi pusat perhatian jika pakaian yang ia kenakan saja begitu mencolok dan terbuka, gaun merah menyala senada dengan high heels, gaun tersebut memamerkan bagian dada dan juga salah satu paha mulus nan sexy miliknya, mustahil ia tak akan menjadi pusat perhatian dengan pakaian kurang sopan namun indah dipandang untuk para pria.

Namun Lalis tak perduli tentang itu.

Langkah Lalis berhenti tepat di depan resepsionis.

Sang resepsionis masih menatap Lalis dengan pandangan herannya.

"Permisi, ruangan tuan Maharvin ada di lantai berapa?" Tanya Lalis.

"A-ah maaf apa sebelumya nyonya telah membuat janji dengan tuan Maharvin?" Tanya wanita yang bertugas di resepsionis.

Lalis agak tersinggung dengan panggilan yang diberikan oleh wanita di hadapannya itu.

Nyonya katanya? Setua itu kah dirinya sampai dipanggil nyonya, batik Lalis menggerutu.

"Tentu, untuk apa aku datang jika tak memiliki janji?" Jawab Lalis, jawabannya sedikit angkuh.

"Ah ya kau benar." Kata resepsionis itu.

"Jadi lantai berapa?" Tanya Lalis sekali lagi.

"Sebentar akan saya telepon sekretarisnya terlebih dahulu, takut jika tuan maharvin tengah melaksanakan meeting." Sang resepsionis hendak menelpon namun urung ketika melihat Lalis menatapnya tajam.

"Kau hanya perlu memberitahu diriku dimana ruangan bosmu, setelah itu selesai." Ucap Lalis, ia sangat kesal dengan wanita di hadapan nya ini. Ia benci pada orang yang membuang buang waktunya terlebih pada orang yang berani membuang waktunya demi 400 juta.

"Maaf tapi ini sudah peraturan kantor, aku harus menghubungi sekertaris tuan maharvin terlebih dahulu untuk memastikan kebenaran janji yang telah disepakati sebelumnya." Ucapnya, wanita itu tak ingin gegabah dengan langsung memberitahukan dimana letak ruangan milik bosnya ke sembarang orang, terlebih tuan Maharvin tak pernah membuat janji dengan sembarang orang. Karena kelihatannya wanita dengan pakaian minim dihadapannya itu terlihat seperti----errrrr Jalang, mungkin?

Lalis memijit pelipisnya pusing, perkara ingin menemui pelanggan tetap nya saja sulitnya minta ampun, "Ck, astaga kau ini terlalu banyak berbicara ya?"

"Maaf nyonya tapi----"

"Hei ada apa ini?"

Suara berat tiba-tiba menyela ucapan dari sang resepsionis membuat lalisa juga resepsionis tersebut menoleh ke arah sumber suara. Itu Teo, sekertaris juga asisten pribadi Arjeka.

Manik Lalis berbinar seketika, ia mengenali pria itu, ya dia kenal Teo, dan Teo juga mengenali dirinya.

"Kau--tuan tampan Teo akhirnya kita bertemu disini." Ucap Lalis dengan senang.

Teo terkejut tentu saja, ternyata wanita yang tengah beradu argumen dengan resepsionis di tempatnya bekerja adalah L, wanita langganan atasannya.

"A-ah tentu ini saya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Teo disela sela keterkejutannya.

"Tampan, tak perlu berbicara terlalu formal seperti itu kita kan sudah beberapa kali bertemu." Ucap Lalis dengan nada bicara sedikit genit.

Wanita yang ada di antara mereka menatap Lalis dengan tatapan yang sulit di artikan.

Sexy Wife [LK] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora