16. Janji?

52.4K 6.3K 3.6K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Farzan menatap satu persatu wajah yang ada di hadapannya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Farzan menatap satu persatu wajah yang ada di hadapannya. Dia seperti orang kebingungan, linglung, dan tidak kenal dengan siapapun yang ada di sekitarnya.

"K-Kalian siapa?"

Sontak dua kalimat pertanyaan itu membuat semua orang syok dan saling memandang satu sama lain.

"Farzan..jangan bercanda, Nak." Bunda seraya mengusap-usap tangan Farzan.

"Farzan pasti bercanda kan? Farzan mau bercandain Bunda seperti dulu Ayah bercandain Bunda, iya kan, Nak?"

Farzan menggeleng.

"Kalian nggak asing," ujar Farzan.

"Iya, Oppa. Kita semua keluarga Oppa, jadi kita memang bukan orang asing," balas Zana.

Farzan mengangguk. Kemudian mata laki-laki itu menoleh pada perempuan di samping Zana, dialah Aliza.

"Tapi kamu asing," ujarnya. "Kamu siapa?" tanyanya kemudian sambil menatap Aliza.

Deg!

Aliza menggeleng tak percaya. Farzan ternyata benar-benar lupa ingatan?

"Farzan, itu Aliza, Nak.. perempuan yang kamu lamar beberapa hari lalu," beritahu Bunda.

Farzan menggeleng pelan. "Enggak. Aku nggak pernah melamar perempuan manapun," balas Farzan.

"Tapi Farzan, aku—"

"Jangan mengaku-ngaku. Saya tidak pernah melamar kamu," potong Farzan tegas dengan tatapan tidak suka pada Aliza.

"Nak, jangan membentak perempuan," tegas Bunda.

Aliza masih menggeleng tak percaya. Tanpa dikomando, air matanya mengalir begitu saja. Farzan masih menatapnya dengan tatapan tidak suka. Hati Aliza semakin teriris, jadi ia memutuskan untuk keluar dari ruangan.

"Aliza," panggil Bunda Syafiya.

Aliza hanya menoleh dan tersenyum. Kemudian gadis itu kembali melangkah untuk keluar. Setelah sampai di pintu, ia berlari.

"Zana, kejar Kak Aliza ya," titah Bunda.

Zana mengangguk, ia pun beranjak keluar untuk mengejar Aliza. Zana mencari ke kanan dan kiri, namun ia tidak menemukan Aliza. Sampai akhirnya Zana melihat Aliza duduk tepat di sisi pot bunga dengan menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya.

"Kak Aliza..." panggil Zana pelan seraya memegang pundak Aliza.

"Kak...," Zana memanggil sekali lagi.

Aliza tersadar, ia yang menyadari pipinya basah segera mengusap dengan tangannya.

"Kak Aliza..kenapa Kakak nangis?" tanya Zana. "Kak Aliza mimpi buruk?"

Lentera Takdir (TERBIT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora