5

2.3K 385 33
                                    

Hinata melangkah masuk ke restonya, namun dia agak terkejut mendapati kaca depan sudah diperbaiki. Padahal dirinya belum sempat mengurusnya karena penyidikan baru selesai dua hari lalu.

Saat melangkah masuk, dia mendapati sebuah kejutan, kaca tebal di dekat area outdoor juga sudah dipasang, juga ada mesin kasir baru, CCTV di beberapa titik baru, alat memasak belum semuanya lengkap karena dirinya memang membeli secara daring.

Di meja dapur Hinata mendapati sebuah kertas notes dengan tulisan tangan.

"Beri aku pasta salmon gratis malam ini."

Hinata menarik sudut bibirnya, ternyata Naruto yang membuat renovasi ini berjalan lebih cepat, dia simpulkan begitu setelah melihat notes di meja dapur sebab pria itu selalu memesan menu yang sama tiap datang kemari, yakni pasta salmon.

Diam-diam Hinata merasa takjub, semua bagian resto yang di renovasi sesuai dengan apa yang mereka bahas pada meeting penting dua hari lalu di rumah. Bahkan tiap detailnya sangat sempurna.

Tanpa bisa dicegah, Hinata benar-benar merasa seperti hatinya tergelitik oleh perasaan asing yang entah apa.

Pria itu yang membantunya mengurus ini semua sejak awal perampokan itu terjadi. Bahkan dirinya hanya pergi ke kantor Polisi sekali dan hal lainnya diurus langsung oleh pria itu.

Hinata meraih ponselnya dan menelepon Naruto, tentu saja untuk berterima kasih. Panggilannya kebetulan langsung diangkat saat itu.

Ya, sebetulnya pria itu selalu cepat mengangkat teleponnya seolah dia selalu menunggu. "Naruto."

"Ya, Hinata." Naruto bersandar di kursi kerjanya sambil menatap tablet di atas meja. Hari ini pekerjaannya cukup padat di kantor cabang.

"Aku sudah tiba di resto, malam nanti pesananmu hanya pasta salmon hm?" Hinata menawarkan hal lain yang mungkin pria itu inginkan.

"Boleh memesan yang lainnya?" Tanya Naruto dengan gumaman.

"Kali ini, boleh." Hinata masih berdiri di dapur restonya, tersenyum menunggu jawaban pria itu.

"Kalau begitu buatkan aku ravioli juga." Pinta Naruto dengan gumaman.

"Baiklah." Jawab Hinata setelah itu. "Hanya ravioli?"

"Boleh minta satu hal lain lagi?" Tanya Naruto sekali lagi. Ini mungkin akan terdengar sedikit serakah.

"Apa itu?" Hinata melangkah menuju kaca yang mengarah ke bagian halaman. Dia tersenyum simpul dan menunggu.

"Maukah minum anggur denganku malam ini?" Naruto akan dengan senang hati menghabiskan malam berbincang dengan wanita itu.

"Restoku tidak menjual anggur." Hinata bukan ingin mengelak.

"Akan kubawakan saat menemuimu nanti." Naruto tentu punya banyak stock anggur di kantornya.

"Nanti tidak bisa menyetir pulang." Hinata bergumam pelan seraya menatap rerumputan di luar.

"Aku punya supir." Naruto punya seribu satu alasan untuk membuat ajakannya diterima.

"Jadi tidak boleh bilang tidak ya?" Hinata tahu pria itu akan selalu memberinya sanggahan sampai permintaannya dituruti.

Naruto menarik sudut bibirnya. "Kau benar, aku tidak suka penolakan."

"Baiklah." Hinata akhirnya setuju untuk minum anggur dengan pria itu malam ini. Minum sedikit tak akan membuatnya mabuk.

Keduanya belum memutus sambungan telepon meski sudah selesai bicara. Hanya sibuk tersenyum simpul di tempat masing-masing.

"Biasanya kau memutuskan panggilan sebelum berpamitan." Naruto menatap layar ponselnya dan mendapati panggilannya masih terhubung.

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang