28

2K 323 21
                                    

"Ayah tidak tahu?" Hinata bertanya pada pamannya via telepon.

Hizashi adalah adik kandung ayahnya, paman kandung satu-satunya di keluarga Hyuuga.

Hinata sangat menghormati pamannya seperti dia menghormati ayahnya. Dia adalah seorang yang juga berperan besar di bisnis keluarga Hyuuga, wakil ayahnya dalam melakukan segala hal soal pekerjaan.

Malam itu Hinata dapati sebuah telepon dengan berita mengejutkan dari pamannya tersebut.

"Ayahmu tidak pernah tahu, alasan sesungguhnya para tetua menahan warisan keluarga Uzumaki." Hizashi bicara serius. Dirinya perlu memberitahu ini kepada Hinata sebelum perseteruan besar keluarga Hyuuga dan Uzumaki terjadi.

"Kenapa para tetua melakukan ini?" Hinata menghapus air mata di pipinya, entah kenapa harus begini situasinya.

Ya, ternyata keluarga Hyuuga tidak menahan separuh warisan keluarga Uzumaki, namun warisan itu telah digunakan secara sepihak oleh keluarga Hyuuga untuk urusan bisnis lain.

"Para tetua bersikeras membeli tiga puluh hektar kebun kopi, uangnya akan diputar kembali begitu musim panen tiba nanti." Hizashi mengatakan yang sejujurnya. Selama Hiashi sakit, dirinyalah yang memegang semua kendali di perkebunan dan bisnis keluarga Hyuuga, kemudian dia sadari satu hal.

Panen kebun kopi tahun ini mungkin akan gagal karena cuaca buruk, jadi mereka mungkin tidak akan bisa mengembalikan warisan keluarga Uzumaki secepatnya.

Namun perihal warisan ini memang telah jadi sensitif sejak lama. Keluarga Uzumaki setuju soal penahanan warisan itu karena mereka berada dalam situasi syahdu pesta pernikahan sebelumnya, namun menahan warisan itu lebih lama hanya akan menimbulkan percikan api di tengah arang.

"Biarkan Ayah tidak mengetahui soal ini selamanya, akan kupikirkan caranya untuk mengembalikan warisannya." Ucap Hinata seraya memijat pelipisnya.

"Paman janji akan meningkatkan hasil panen tahun depan, kau tak perlu menggantikannya." Hizashi bukan ingin melewati batasan, namun dia memohon kali ini. "Tolong tunda kehamilan hingga musim panen berikutnya, hanya itu yang bisa kau lakukan untuk Hyuuga saat ini."

Hinata termenung mendengar permintaan itu. Entah harus marah atau bersedih, dia tidak tahu.

Ini jelas adalah masalah besar andai Naruto atau keluarga Uzumaki yang lainnya tahu. Dia juga tidak ingin Ayah tahu soal ini, ayahnya baru saja pulih dari operasi jantung. Kondisinya mungkin akan memburuk andai mengetahui berita ini.

Hinata mengerti sepenuhnya kenapa paman merahasiakan ini dari Ayah. Begitupula para tetua yang menutup rapat dari ayahnya.

"Baiklah." Ucap Hinata. Dia akan melakukan sesuatu agar kekacauan di antara keluarga mereka tidak terjadi.

"Maaf kau harus mendengar berita ini, Hinata." Hizashi berujar serius kali ini.

"Aku mengerti." Hinata mengiyakan secara singkat.

Suara pintu utama kamar dibuka, terdengar hingga ke dalam walking closet di mana Hinata berada. "Sayang, kau di dalam?" Suara baritone itu menginterupsi.

Hinata memutuskan panggilan dengan keluarganya dan menghapus air mata secara terburu-buru seraya memasukan ponsel ke saku sebelum menyambut suaminya pulang bekerja. "Ya, Naruto." Malam ini pria itu pulang agak larut karena katanya banyak pekerjaan di kantor.

Naruto meletakan jas hitamnya di tepian ranjang secara asal, kemudian melangkah ke walking closet. "Sayang, sedang apa hm? Pelayan mengatakan kau sudah satu jam penuh di dalam."

Hinata meraih pakaian terdekat dari tempatnya berdiri sebagai alasan. Dia tersenyum ke arah suaminya. "Sibuk mencoba beberapa pakaian."

Naruto menarik sudut bibirnya kala melihat wanita itu memegang hanger dengan gaun malam putih yang indah dan belum pernah digunakan sebelumnya. "Pilihan bagus untuk malam ini."

EnchantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang