Part 10

56 50 16
                                    

Echa terus mengejar Naumi yang berada cukup jauh didepannya.

"Nom berhenti," kata Echa sembari berjalan cepat guna mensejajarkan langkahnya dengan Naumi.

Echa mencekal tangan Naumi membuat sang empu spontan menghentikan langkahnya.

"Lo gak apa-apa 'kan?" tanya Echa, raut wajahnya terlihat khawatir.

Naumi mengeryit. "Loh emang gue kenapa?"

Raut wajah Echa berubah datar setelah mendengar jawaban Naumi. Bukannya dijawab malah balik nanya.

"Ck, gue tau ya lo kesinggung 'kan sama perkataan Zion?!"

"Emang lo pikir gue selemah itu?!"

Echa mendengus. "Halah! Dulu siapa yang lembar jawabannya diambil malah nangis?" ujar Echa mengungkit masalalu.

Naumi mendelik. "Gak usah diingetin...."

"....gue masih dendam sama orangnya," lanjut Naumi sembari bersedakep dada.

Ah, dia jadi teringat saat SMP. Tepatnya saat ulangan tengah semester, ketika lembar jawabannya direbut oleh teman sebangkunya karena ia tak mau memberi tau hasil jawabannya, alhasil temannya merebutnya secara paksa dan membuat Naumi menangis karena takut jika jawabannya akan dicontek.

"Hahaha lucu kalau diinget." Gelak tawa Echa membuyarkan lamunan Naumi. Ia menoleh kearah sang sahabat.

"Udahlah gak usah dibahas lagi," sungut Naumi, kesal.

Echa menghentikan tawanya, ia menatap kearah Naumi yang sudah kesal.

"Lagian aneh sih lembar jawabannya diambil malah nangis," balas Echa, ia mengapit lengan kanan Naumi sembari melanjutkan langkahnya.

"Ya itukan gue masih polos, gue masih takut tentang contekan," sanggah Naumi.

Echa menghentikan langkahnya sesaat, ia menatap julid Naumi dari atas rambut hingga ujung kakinya. "Iya itu pas kelas 8. Pas kelas sembilan lo tukeran lembar jawab sama dia."

"Diem anjir!" pekik Naumi yang malah membuat Echa semakin gencar menertawakannya. Merasa kesal dengan tingkah Echa, Naumi mengambil saputangan dalam saku roknya lalu menjejalkannya dimulut Echa membuat Echa menghentikan tawanya.

"Mamam tuh saputangan!"

"Uhuk... uhuk anjir Nom, bekas apa ini?"

"Bekas ingus," jawab Naumi lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Echa yang masih mencerna perkataan Naumi.

"Anjir jorok," pekik Echa lalu berlari mengejar Naumi.

*****

Zion dan Farel baru saja memasuki cafe yang disana ternyata sudah ada Naura, Zian, Devi dan Radit yang sepertinya sengaja menunggu kedatangan mereka.

Radit melambaikan tangannya kearah Zion dan Farel yang membuat kedua pemuda yang baru datang itu menghampirinya.

"Gila lama amat lo?!" sungut Radit.

"Biasalah banyak drama," jawab Farel melirik kearah Zion.

"Bentar deh...." Devi memperhatikan memperhatikan sekelilingnya. "Kok cuma lo berdua?"

"Lah iya Naumi sama Echa mana?" Kini Naura angkat bicara setelah ia sadar bahwa sepupunya dan satu temannya tak ada disana.

Farel melirik sebentar kearah Zion yang masih diam.

ZioNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang