ketertarikan yang tidak disadari

909 89 6
                                    

Memikirkan kembali kejadian saat itu, dia merasa sedikit tidak nyaman.

Sejujurnya, dia sangat peduli pada bangchan. Karena hanya bangchan satu-satunya teman terdekatnya. Keduanya memiliki banyak kesamaan.

Dia tidak tahu masalah apa yang di miliki bangchan dan minho, tapi sepertinya itu sangat serius.

Adapun tentang bangchan yang ingin bersamanya, felix benar-benar tidak mempercayainya. Jika minho mendekatinya hanya untuk bermain-main karena persaingan antara keduanya, bukankah itu berarti pernyataan cinta yang tiba-tiba dari bangchan lebih mencurigakan?

Felix menepuk punggungnya yang sakit dan bangkit dari sofa. Dia mengambil ponselnya yang sedikit retak, tapi untungnya masih berfungsi.

Setelah di nyalakan, banyak panggilan tak terjawab dan pesan muncul, semuanya dari bangchan. Dia menelpon kembali dan dalam sedetik, bangchan menjawabnya, seolah dia telah menunggunya.

Bangchan berkata dengan cemas, "Felix, apakah kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja. Maaf tentang kemarin.."

"Kamu benar-benar..." Bangchan menggertakkan giginya, "Lee minho benar-benar bajingan. Apa yang dia lakukan padamu?"

Felix tertawa mencela dirinya sendiri, "Beneran bukan apa-apa. Kemarin adalah hari ulang tahunku, jadi dia datang untuk menemaniku. Tapi setelah melihat teleponmu, dia marah. Apa masalah di antara kalian berdua masih belum berakhir?"

Bangchan terdiam sejenak, lalu berkata dengan santai, "Baguslah jika kamu baik-baik saja."

"Aku senang kamu masih ingat hari ulang tahunku. Maaf sudah membuatmu khawatir."

"Bagaimana aku bisa lupa. Minho sudah pergi kan? Ayo makan malam denganku."

"Ini sudah sangat malam, dan aku harus bekerja besok. Kamu juga harus istirahat."

Bangchan tidak bisa menahannya lebih lama lagi dan berkata, "Felix, apa aku bisa memberimu saran?"

Felix perlahan bersandar di dinding, "Bangchan, semua alasan yang kamu pikirkan dan yang belum, aku sudah mempertimbangkan semuanya. Tapi aku masih tidak bisa menghentikannya. Bahkan jika kamu mencoba membujukku, itu tidak akan berguna. Aku sudah membuat keputusanku sendiri dan siap dengan resikonya. Jangan membuang-buang waktumu untuk hal yang tidak berguna."

"Felix... dengarkan aku..."

"Bangchan... Aku mohon, kita bukan lagi anak-anak."

Halaman napas panjang terdengar dari ujung telepon.

Setengah bulan berlalau sejak hari ulangan tahunnya, dan dia masih belum berbaikan dengan minho. Bukannya dia sudah menyerah, tapi felix benar-benar sibuk dengan pekerjaannya, membuatnya terlalu lelah dan malas menghubungi minho lebih dulu.

Biarkan saja. Jika mereka masih ditakdirkan untuk bersama, minho akan datang sendirinya. Atau mungkin, ini akan menjadi akhir dari hubungan mereka. Felix sudah mempersiapkan dirinya secara mental dan dia sudah siap menerimanya.

Hari ini dia ada janji dengan salah satu teman lamanya. Dia bergegas pulang untuk bersiap-siap dan pergi ketempat janjian.

Tapi tiba-tiba, luhan menelponnya.

Melihat ID Penelpon, dia merasa sedikit gelisah. Jika luhan menelponnya, kemungkinan besar itu ada hubungannya dengan minho. Dia menarik napas dan menjawab panggilan itu, "Ya, halo?"

"Felix...." terdengar suara bergetar dan sedih milik luhan.

"Apa yang terjadi? Apa kamu menangis?"

"Aku mungkin akan dipecat. Aku merasa sangat tertekan. Aku membutuhkan seseorang untuk di ajak bicara."

Obsessed / Minlix ??Where stories live. Discover now