nothings to do

747 88 30
                                    

Felix melanjutkan gaya hidup rutinnya seperti biasa.

Jisung kadang-kadang akan datang, tapi akhir-akhir ini jadwalnya mulai meningkat.

Saat minho semakin jauh darinya, felix akhirnya mulai melihat hidupnya dalam beberapa tahun terakhir dengan perasaan tidak nyata. Apakah selebriti terkenal itu, pria yang sombong dan arogan itu, benar-benar pernah tidur dengannya? Atau apakah itu semua hanya mimpi dalam tidurnya?

Tapi sebuah mimpi tidak mungkin terasa begitu nyata, atau meninggalkan rasa sakit yang begitu dalam dan menyiksa. Felix mati-matian menggunakan pekerjaannya untuk membuat dirinya mati rasa. Hanya dengan begitu dia bisa menghentikan pikirannya tentang minho.

Felix tahu pada akhirnya mereka pasti akan berpisah, tapi dia tidak menyangka rasa sakitnya sepuluh kali lipat lebih menyakitkan dari yang pernah dia bayangkan.

Berapa lama waktu yang aku butuhkan untuk melupakan minho?

Saat dia mulai membaik, felix menerima panggilan telepon lagi dari luhan.  Ketika dia melihat nama yang tertera di ID penelpon, tangannya mulai gemetar. Setelah ragu-ragu sejenak, dia menjawab panggilan itu.

"Felix." Panggil luhan dengan canggung.

"Ada apa?" Jawab felix dengan dingin.

"Minho... minho ingin aku bertanya padamu....." luhan menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Bertanya apakah kamu sudah tidak marah lagi padanya....."

Teriakan marah minho terdengar melalui telepon, "Siapa yang menyuruhmu bertanya seperti itu?"

Luhan gemetar karena kesal, dia berkata dengan satu tarikan napas, "KamuYangMemintakuUntukBertanya!"

Seluruh tubuh felix menggigil ketika mendengar suara minho. Kekacauan di hatinya yang mulai membaik, mulai bergejolak lagi. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu memaksakan dirinya untuk bertanya dengan tenang, "Apa maksudmu?"

"Hanya..." luhan tergagap, "Hanya jika kamu sudah.... kamu sudah memikirkan semuanya.... maka kamu... bisa datang menemui Minho. Minho berkata dia... dia tidak akan memarahimu karena meninjunya."

Felix merasakan nyala api yang membakar di dadanya. Dia mengepalkan tinjunya dan berkata dengan suara rendah, "Tolong katakan padanya, aku berterima kasih atas kemurahan hatinya. Dan luhan, mulai sekarang, jangan hubungi aku lagi." Felix langsung mematikan panggilan itu.

Dia bersandar ke dinding dengan tubuhnya yang gemetar.

Lee minho... aku berterima kasih atas kemurahan hatimu...


Dalam sekejap, tahun baru sudah dekat. Salah satu proyek felix selesai, dan yang lain masih tertunda karena masalah dengan tim konstruksi. Akhirnya, dia bisa merasakan dirinya mulai rileks. Selain itu, bosnya juga secara pribadi meyakinkan bahwa bonus tahun ini pasti akan memuaskan.

Hari itu, jeno menelpon untuk mengajaknya minum lagi. Felix sedikit ragu, tapi pada akhirnya dia tidak menemukan alasan untuk menolak.

Toleransi felix terhadap alkohol cukup baik. Meskipun dia minum sedikit banyak, dia belum sepenuhnya mabuk. Dia juga bukan tipe orang yang bergantung pada alkohol untuk menghilangkan kesedihannya.

Keduanya minum sampai lewat jam sebelas malam dan jeno menyadari bahwa itu sudah cukup larut. Dia mengantar felix untuk mencari taksi dan berniat menemaninya pulang.

Felix melambaikan tangannya, Jangan khawatir, aku masih cukup sadar."

Setelah taksi pergi, felix memijat pelipisnya, dan tertidur sampai mereka sampai.

Felix membayar dan turun.

Melihat jalanan yang sepi, dia memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman di dekat apartemennya.

Obsessed / Minlix ??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang