Rosier 4

72 11 0
                                    

Sebulan telah berlalu, kini saatnya para anak Hogwarts bersiap untuk memasuki tahun ajaran baru. Aku yang sudah mempersiapkan barang barangku tidak perlu lagi repot di pagi hari tapi sayangnya takdir berkata lain, Uncle Reggie benar benar cerewet. Aku tidak menyangka dia bisa begitu berisik di pagi hari menanyakan apakah aku sudah siap dan menyuruhku untuk tidak gugup di hari pertama. Padahal dia sendiri yang gugup karena anak baptisnya ini akhirnya berhasil masuk menjadi anak Hogwarts.

Uncle Reggie membantuku membawa barangku dan sebelum dia mengatakan berbagai macam hal, aku sudah tau bahwa aku akan melewati batas antara peron 9 dan 10 untuk mencapai peron 9 ³/4. Aku sedikit berharap bahwa aku akan bertemu dengan Harry Potter jadi aku sedikit melama lamakan kehadiranku dan memberitahu Uncle Reggie bahwa betapa aku akan rindu padanya jika aku harus di Hogwarts sampai natal. Uncle Reggie hanya terkekeh pelan dan mengucapkan bahwa dia akan rindu juga dengan kebisingannku, karena selama sebulan itu aku terus menanyakan bagaimana rasanya tinggal di Hogwarts.

Aku sedikit melamun tentang perlakuanku selama di Malfoy manor, aku baru menyadari kesalahanku. Seharusnya aku tahu aku tidak bisa bersepakat dengan anak lelaki umur 11 tahun yang dari kecil sudah dicuci otaknya oleh keluarganya sendiri. Draco kecil pasti sudah berusaha sekeras mungkin untuk memenuhi ekspektasi ayahnya jadi aku bertekad aku akan membuat pertahanannya runtuh sedikit demi sedikit.

“Lizzie, ingat dimanapun asrama yang kamu tempati aku akan tetap menyayangimu” ucap Uncle Reggie yang kemudian langsung mengecup keningku lembut.

“Walau di Hufflepuff sekalipun?”

“Ya, walau di Hufflepuff sekalipun” dia kemudian memelukku untuk terakhir kalinya dan meletakkan koperku di sudut gerbong.

Kemudian aku pamit dan duduk di kompartemen dekat jendela yang berhadapan langsung dengan peron kereta. Aku melambaikan tanganku pada Uncle Reggie yang dibalasnya dengan lambaian juga, aku tersenyum kemudian menyibukkan diri ku dengan membaca buku.

“Oh, Harry! Apa kamu datang sendiri?” tidak susah menyadari bahwa dia Harry Potter karena rambut raven nya yang berantakan dengan kacamata bulatnya, ciri khas dari Potter mungkin.

“Uh, ya. Apa aku boleh duduk disini?”

“Tentu” aku mempersilahkannya duduk di hadapanku, sebenarnya aku sudah menyadari nya masuk ke peron bersama dengan keluarga Weasley saat aku memeluk Uncle Reggie jadi aku hanya perlu bersiap menyapa anak lelaki rambut raven itu agar bisa duduk denganku.

“Senang bertemu denganmu lagi Lizzie, aku tadi cukup kebingungan mencari kompartemen yang kosong”

“Terima kasih kembali” belum selesai percakapan kami, terlihat anak laki laki berambut merah menyembul masuk dari pintu kompartemen.

“Ada yang duduk disini? tempat lain sudah penuh”

“Silahkan duduk di sebelahku, masih cukup luas untuk duduk berdua” ucapku sambil menepuk bangku di sebelahku.

“Terima kasih” kemudian dia duduk di sebelahku dekat dengan jendela, kubiarkan dia duduk disana karena cahayanya menyilaukan mataku saat membaca.

“Jadi, apakah kamu Harry Potter?” tanya Ron untuk memulai percakapan

“Ya” jawab Harry senang

“Dan apakah benar benar ada- kau tau, kan...”

Ron menunjuk dahi Harry, kemudian Harry menyibakkan poninya memperlihatkan luka bentuk sambaran kilatnya. Mata Ron langsung terbelalak melihatnya.

“Wow” kata Ron. Selama beberapa saat dia kagum dengan penglihatannya, namun setelah dia menyadari hal bodoh apa yang dia lakukan langsung saja dia memandang keluar jendela.

“Keren bukan? Aku juga tidak menyangka bisa melihat Harry Potter” Ron yang memandang jendela langsung menatapku dan mengangguk setuju.

“Terima kasih, eh kita belum sempat memperkenalkan diri” ucap Harry

“Oh iya, namaku Ron. Ronald Weasley”

“Weasley, eh? Perkenalkan namaku Lizzie”

“Tidak ada nama keluarga?” tanya Ron curiga. Aku hanya mengendikkan bahuku, tidak ingin menjawab pertanyaannya. Ron bingung dengan responku tapi langsung teralihkan oleh pertanyaan Harry.

Selama mereka mengadu nasib tentang keluarganya, aku hanya diam mendengarkan sampai wanita troley datang menawarkan makanannya. Ron menolak sambil menunjukkan sandwichnya yang sudah kering, membuat Harry langsung berdiri berniat membeli semuanya.

“Tak ada tempat untuk semua makanan manis mu, Harry! Beli saja secukupnya, bagaimana jika ada anak yang tidak kebagian?” inilah pertanyaan yang selalu aku lontarkan ketika melihat Harry membeli semua makanan di troli dan tidak menyisakan satupun.

“Tak apa nak, masih banyak persediaan di belakang” Harry yang tadinya cemberut memikirkan apa yang harus dibeli akhirnya tersenyum senang dan membeli semua nya.

Aku menghela napas pasrah dan hanya membeli dua atau tiga pastel labu dan bolu kuali. Sepertinya Harry harus diajarkan bagaimana cara berhemat, aku tau dia anak tunggal kaya raya tapi kalau dia tidak memikirkan bagaimana caranya mengelola uang maka habis sudah. Sesaat aku baru ingat, yang dia lakukan hanyalah bagaimana cara bertahan hidup melawan penyihir kegelapan yang sudah setengah waras.

Ron yang melihat Harry membawa barang belanjaannya yang begitu banyak terbelalak kaget.

“Lapar rupanya?”

“Lapar berat. Bagaimana denganmu?” jawab Harry sambil terkekeh.

“Aku sudah membawa sandwich yang diberikan oleh mum. Uh, aku tidak suka kroket” mendengar kroket dari mulut Ron membuatku langsung menatapnya senang.

“Apa kamu mau menukar sandwich itu dengan pastel labu atau bolu kuali ku? Sebenarnya aku tidak terlalu suka makanan manis, kalau kamu tidak suka kita bisa bertukar” tanpa alasan apapun aku langsung menukar makanan ku dengan sandwich kering buatan Mrs. Weasley, rasanya sangat enak.

Harry juga meminta Ron untuk bertukar dengannya tapi berakhir dengan mereka yang makan makanan manis itu bersama sama. Harry mencoba menawarkan ku makanannya tapi aku tolak dengan halus.

Sampai akhirnya mereka mencoba Barty boots segala rasa, dan sialnya aku mendapat permen rasa kotoran telinga. Eww, menjijikan. Aku tidak akan mencobanya lagi!

“Apa yang ada di belakangmu itu, Ron?” kulihat tikus milik Ron yang bersembunyi di balik pakaiannya.

“Scarbes, ini tikus milik Percy dan sekarang sudah menjadi milikku. Kemarin aku mencoba mengubah warnanya menjadi kuning, tapi tidak berhasil... sebentar aku akan menunjukkannya pada kalian” Ron mulai mengobrak abrik isi kopernya untuk mencari tongkatnya.

Saat Ron mau memperlihatkan sihirnya pada kami, pintu kompartemen mendadak tergeser terbuka dan memperlihatkan perempuan berambut coklat bergelombang.

“Apa diantara kalian ada yang melihat katak milik Neville? Kataknya hilang” suaranya begitu berwibawa dan terkesan bossy.

“Tidak” kata Ron, tapi anak perempuan itu tidak mendengarkan perkataannya dan sibuk melihat Ron yang sedang memegang tongkatnya.

“Apa kamu akan menyihir? Coba kulihat!” saat mencobanya, sihir yang dilakukan Ron gagal karena mantra yang dirapalkan memang bukanlah mantra.

“Kamu yakin itu adalah sebuah mantra?” Hermione kemudian duduk di sebelahku yang awalnya itu adalah tempat Ron, “ Tidak berhasil ya, aku sudah mencoba membaca dan menghafal beberapa mantra dari buku dan semuanya berhasil. Keluargaku bukanlah penyihir, dan aku sangat terkejut ketika mendapat surat dari Hogwarts. Tentu saja aku bahagia, oh perkenalkan namaku Hermione Granger” tak bisa kutangkap apa maksud perkataannya karena cara bicaranya yang cepat.

“Ron Weasley”

“Harry Potter”

“Harry Potter?” kata Hermione dengan suara memekik “lalu bagaimana denganmu?”

“Lizzie” jawabku

“Tak ada nama keluarga?”

“Tidak penting” jawabku sekenanya, tentu saja nama keluarga Rosier penting hanya saja jika aku mengatakannya mungkin Ron akan memekik kaget karena dia duduk berhadapan dengan anak death Eater yang dibunuh oleh auror.

“Apa kamu dari keluarga non wizard atau traitor blood?” tanya Ron, kini dia mulai bertanya tanya dengan keluargaku.

“Ya, bisa dibilang begitu” toh mereka akan mengetahui nama keluargaku tapi jangan sekarang.

“Kalau begitu aku pergi dulu, Neville masih mencari kataknya. Oh ya, sebaiknya kalian langsung berganti seragam karena keretanya sudah hampir sampai” Hermione kemudian melenggang pergi bersama dengan Neville.

“Aku berharap semoga aku tidak se asrama dengannya” ucap Ron sambil mencebik kesal kearah dimana Hermione hilang.

“Memang keluargamu di asrama mana dulunya?” Harry yang penasaran mulai menanyakan hal itu pada Ron.

“Mereka semua di Gryffindor, mungkin jika aku masuk di Ravenclaw tidak buruk tapi jangan sampai aku di tempatkan di Slytherin”

“Memang kenapa?” kali ini aku yang menyeletuk menanyakan pendapatnya.

“Apa kamu tidak tahu? Hampir semua penyihir gelap berasal dari Slytherin, mereka semua adalah ular bahkan kau-tahu-siapa juga berasal dari sana” dia kemudian terhenyak dari tempat duduknya, terlihat tertekan setelah menceritakan tentang Voldemort.

“Dan kamu takut jika masuk kesana maka kamu akan berubah menjadi seperti lord Voldemort? Yah, jika kamu pengecut lebih baik jangan masuk kesana” sarkas ku, saat itu juga Ron mendelik menatapku tak senang.

Sebelum perdebatan berlanjut, pintu kompartemen kembali lagi dibuka. Tapi bukan Hermione ataupun Neville yang ada disana, itu adalah Draco dan antek anteknya yang berbadan besar dan tinggi.

“Kudengar Harry Potter ada disini, apakah kamu Harry Potter?” tanya Draco

“Ya,” jawab Harry. Dia memandang kedua bodyguard Draco yang besar dan dungu.

“Oh, ini Crabbe dan Goyle”kata Draco sambil menunjuk kedua temannya “Dan aku Draco, Draco Malfoy”

Ron yang mendengar perkenalan Draco sedikit terbatuk untuk menyamarkan kikikan nya.

“My name is funny, do you? Red hair, pakaian lusuh. You must be Weasley” yang diejek hanya menunduk diam.

“Oh Rosier, tak kusangka kamu sudah mendahuluiku. Bagaimana rasanya duduk satu kompartemen bersama dengan si famous Harry Potter?” shit! Kenapa dia harus memanggilku dengan nama belakang.

“Bukan urusanmu, Malfoy!” Aku menutup buku ku kesal dan menghadap Draco.

“Kupikir kamu sudah tak ada urusan lagi di kompartemen ini, kami bertiga akan berganti seragam. Jadi selamat tinggal!” Aku berusaha menutup kompartemen yang kemudian dicegah oleh Draco.

“Tunggu, aku belum selesai dengannya”

“Aku akan hati hati kalau jadi kau, Potter” kata Draco perlahan “Jangan sampai berteman dengan orang urakan seperti keluarga Weasley dan Hagrid, aku bisa membantumu” Draco mengulurkan tangannya

“Tidak, kurasa aku bisa menentukan sendiri mana orang yang bisa bergaul denganku” kata Harry dingin.

Draco yang mendapat perlakuan seperti itu langsung memerah, wajahnya yang pucat langsung saja dihiasi dengan warna merah jambu. Dengan cepat, aku mengusir mereka sebelum terjadi pertengkaran yang tidak diinginkan.

“Aku akan keluar, kalian bisa langsung berganti dengan seragam” aku yang sudah mengenakan seragam daritadi menyambar jubah hitam ku dan berjalan keluar kemudian menutup pintu kompartemen rapat. Sial, semuanya tidak berjalan sesuai dengan harapanku.



The Daughter Of RosierWhere stories live. Discover now