BAB 1 Part 3: Hubungan Baru

432 25 0
                                    

Ada salah satu hal yang Raka pikir tidak akan terulang lagi dalam hidupnya setelah ia memutuskan untuk hidup di rumah miliknya seorang diri, yaitu pulang ke rumah dengan disambut kembali oleh ibunya. Tapi, malam ini pemikirannya itu terbukti salah ketika ia baru saja tiba di rumah dan mendapatkan sebuah kejutan tak terduga berupa kunjungan dari Bu Hilda yang mendadak sudah ada di rumah. Bahkan Bi Sri pun diminta beliau untuk tidak memberi tahunya sehingga Raka pun berhasil dibuat terkejut. Tentu saja melihat keberadaan ibunya di rumah adalah hal yang menyenangkan, terutama setelah melalui kemacetan pada hari kerja seperti hari ini.

"Mami tau kalo kamu nggak suka yang surprise-surprise begini, tapi sesekali juga nggak salah, kan?" tanya Bu Hilda yang sepertinya sangat mengenali karakter pria itu.

"Emang nggak apa-apa Papi ditinggal di rumah?" tanya balik Raka.

Bu Hilda mengibaskan tangannya santai. "Papimu udah sehat dan dia bukan lumpuh atau struk meskipun udah tua. Papi juga yang ngasih ide ke Mami buat ngunjungin kamu ke sini. Katanya kalo anak bujang itu biasanya kalo ngapa-ngapain tuh suka asal dan makannya juga sembarangan meskipun di sini ada Bi Sri. Jadi, Mami sengaja bawain makanan kesukaan kamu biar kamu makan malemnya enak dan tidurnya nanti juga nyenyak."

Raka tersenyum. "Makasih, Mi. Kalo gitu Raka mandi dulu, ya."

Wanita paruh baya itu hanya mengangguk singkat sebelum bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan malam yang hanya perlu dihidangkan di ruang makan sementara Pak Raka segera pergi menuju kamarnya. Begitu tiba di sana, ia langsung mengambil handuk dan pergi memasuki kamar mandi. Dibasuhnya seluruh tubuh yang sempat lengket oleh keringat dan kini tubuhnya pun sudah terasa segar sehingga perut yang lapar pun semakin terasa. Untung saja Raka mengurungkan niatnya untuk makan malam di luar bersama Martin dan Nathan tadi sehingga ia bisa makan malam bersama Bu Hilda malam ini.

Setelah selesai mandi dan berpakaian dengan santai, Raka keluar dari kamar dan pergi menuju ruang makan di mana Bu Hilda baru saja memeriksa nasi di magic-jar yang menyala. Dari arah tangga saja Raka sudah bisa melihat kepulan asap yang keluar dari dalam magic-jar tersebut dan mungkin ia sudah begitu lapar sampai nasi putih saja bisa terlihat begitu menggoda di matanya, belum lagi lauk-pauk yang sudah dihidangkan di atas meja makan. Bu Hilda yang melihat kedatangannya pun segera melambai singkat dengan maksud menyuruhnya untuk langsung makan.

"Ayo, langsung makan aja mumpung masih anget," sahut Bu Hilda sebelum duduk di salah satu kursi yang kosong.

"Siap," balas Raka sebelum ikut duduk juga.

Mereka berdua mulai menikmati makan malam itu dengan suasana yang bisa dibilang sangat menyenangkan, sesekali juga diisi dengan sebuah obrolan mengenai topik-topik yang berbeda. Raka begitu rindu bisa menikmati makan malamnya seperti ini dan andai saja ada anggota keluarganya yang lain, sudah pasti acara makan malam hari ini akan menjadi lebih menyenangkan dari yang seharusnya. Tapi, sejenak Raka sempat lupa akan suatu hal mengenai kebiasaan Bu Hilda saat menikmati makan malam bersama dengan diselingi obrolan ringan yang mana obrolan itu terkadang bisa bertambah berat.

"Raka, kamu tau nggak? Kamu bisa nikmatin makan malem enak begini semisal di rumah ini ada perempuan selain Bi Sri yang bisa menjamu kamu selayaknya seorang istri. Yah, Bi Sri emang bisa masak, tapi masakan seorang istri yang kamu cintai itu akan terasa lebih enak daripada masakan perempuan lain. Kalo udah nikah kamu pasti paham maksud Mami," nada bicara Bu Hilda berubah lebih serius kali ini. "Kira-kira apa mau Mami kenalin sama anak temen Mami? Hmm, dia emang janda, tapi—"

"Nggak, Mi."

"Raka, jangan pilih-pilih. Nyari anak perawan buat kamu itu susah."

"Bukan itu. Bagi Raka semua perempuan tuh sama apapun statusnya. Janda atau gadis ... mereka sama terhormatnya dan kalo mau liat realita yang ada, suatu hari akan ada masanya di mana Mami juga bakal jadi janda kalo emang Papi yang nggak ada duluan. Suka atau nggak, kematian itu adalah hal yang pasti," pria itu berusaha meluruskan maksudnya agar tak ada salah paham di sini dan Bu Hilda pun mendengarkan dengan saksama. Raka berhenti makan sejenak sebelum menatap ibunya secara serius. "Raka nolak ada sebabnya, Mi."

BACKSTREET - New Version ✅️ [Ebook]Where stories live. Discover now